Selasa, Mei 13, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Penerapan Konstruktivisme Terhadap Pembelajaran Bermakna Kurikulum Merdeka

by Mata Banua
11 Desember 2023
in Opini
0
D:\2023\Desember 2023\1212\8\8\rikayati.jpg
Rikayati (Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

 

Kurikulum yang gencar dan digunakan saat ini yaitu kurikulum merdeka yang tidak terlepas dari tujuan penting yang ingin dicapai. Kurikulum merdeka ini diharapkan mampu menjadi solusi alternatif untuk memulihkan kondisi ketertinggalan peserta didik di Indonesia. Ketertinggalan pencapaian kompetensi peserta didik akibat covid 19 yang melanda di seluruh penjuru dunia yang rendah ini perlu diperhatikan bersama.

Artikel Lainnya

D:\2025\Mei 2025\13 Mei 2025\8\8\Anastasya Zulfatin Zahra.jpg

Membangun Generasi Bertaraf Global

13 Mei 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kelaparan Gaza dan Pembebasan Palestina dari Penjajahan

13 Mei 2025
Load More

Kurikulum merdeka memberikan kesempatan leluasa untuk para pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai pembelajaran bermakna dan berkualitas. Pembelajaran bermakna dan berkualitas ini tentu saja tidak diperoleh begitu saja. Perlu upaya-upaya nyata untuk merealisasikannya. Salah satu implementasi pada kurikulum merdeka agar menciptakan pembelajaran bermakna dan berkualitas ini diperoleh dan disusun berdasarkan teori belajar konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang mengarah pada proses konstruksi terhadap pengetahuan peserta didik itu sendiri. Menurut pendapat Schunk (1986), pengetahuan itu terdapat di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Dari kalimat tersebut, maka peserta didiklah yang berperan dalam proses pembentukan pengetahuan terhadap diri mereka sendiri. Sehingga dalam teori ini ,peserta didik dituntut aktif selama kegiatan pembelajaran. Contohnya, aktif berpikir, menyusun suatu konsep ide, dan mampu memaknai dari hal apa yang telah dipelajari.

Menurut pendapat teori ahli Jean Piaget, konstruktivisme dilihat dari interaksi peserta didik dengan lingkungan sekitar. Pada intinya interaksi ini memproses dan mengatur informasi dalam benaknya adalah bawaan sejak lahir yang berkaitan dengan lingkungannya (Supardan, 2004). Lingkungan dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator. Artinya, guru tersebut berperan untuk mendukung dan menuntun saja agar kegiatan berjalan lancar. Guru tidak hanya memberikan keterampilan dan pengetahuannya saja, tetapi peserta didik juga diberikan ruang untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya. Pembelajaran sepenuhnya berada pada keaktifan peserta didik yang menjadi subjek utama.

Suatu proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek utama ini dapat dibangun jika pembelajaran tersebut bermakna kepada peserta didik. Menurut David Ausubel, belajar bermakna terdapat 2 tingkatan yaitu tingkat pertama dan tingkat kedua. Pada tingkat pertama, informasi dikomunikasikan dalam bentuk penerimaan. Peserta didik dilatih menemukan sendiri sebagian atau keseluruhan materi yang diajarkan. Selanjutnya tingkat kedua, peserta didik mampu mengaitkan hubungan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimiliki dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga terjadilah pembelajaran bermakna (Fitri, 2020).

Pembelajaran bermakna yang dimaksud ini adalah guru dalam mentransfer ilmunya mampu mengaitkan dengan contoh-contoh yang tidak jauh atau dari kehidupan nyata. Terkadang dalam benak pikiran peserta didik muncul pemikiran, apa maksud saya belajar teori abstrak ini dan apa manfaat yang diperoleh jika memahami teori ini. Dalam benak pikiran seperti itu agar lebih efektif, guru perlu mentransfer pengetahuan untuk mendukung pemahaman peserta didik. Sehingga peserta didik dapat memahami dan menghubungkan keterkaitan antara teori dan aplikasi nyata yang memunculkan nalar berpikir kritis bagi para peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila Kurikulum Merdeka.

Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka yang digunakan saat ini bertujuan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia yaitu untuk mengedepankan nilai-nilai keindonesiaan dan kearifan lokal. Penerapan dalam Profil Pelajar Pancasila ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh David Ausubel tentang teori belajar konstruktivisme. Dalam Profil Pelajar Pancasila pengalaman belajar yang menyenangkan akan meningkatkan minat dan motivasi dalam belajar. Pembelajaran ini tidak hanya dilakukan di kelas tetapi di luar ruang kelas dengan kegiatan yang menarik dan bermanfaat. Selain itu, juga untuk mengembangkan kreativitas dan inovatif dari peserta didik. Kemudian pembelajaran pada kurikulum ini juga terdapat pembelajaran kontekstual dan pembelajaran inklusif. Pembelajaran kontekstual disesuaikan dengan konteks kehidupan peserta didik secara nyata yang berbasis pengalaman dan kearifan lokal. Sedangkan pembelajaran inklusif ini peserta didik tidak hanya yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi saja, tetapi juga peserta didik yang berbeda-beda potensi ini bisa terwadahi. Apakah kurikulum merdeka sudah menerapkan lingkungan yang nyaman dan sesuai bagi peserta didik atau pelajar di Indonesia ?

Implementasi perspektif David Ausubel tentang teori konstruktivisme ini selaras dengan penerapan pada profil pelajar Pancasila. Pada kurikulum merdeka sudah menerapkan lingkungan yang nyaman dan sesuai untuk para peserta didik atau pelajar di Indonesia. Sebagai contoh, pelajar dari satuan pendidikan SMP hingga SMA di Yogyakarta berasal dari berbagai daerah yang beragam di Indonesia. Mereka memiliki ciri khas seperti suku, ras, adat istiadat , agama dan perspektif ilmu yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu persoalan. Setiap masing-masing dari pelajar tersebut memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda yang perlu untuk dikembangkan. Pada kurikulum merdeka ini terdapat profil pelajar Pancasila yang mewadahi dalam bentuk Kebhinekaan yang inklusif. Pembelajaran konstruktivisme yang diharapkan tersebut tercermin dalam penerapan profil pelajar Pancasila sebagai bentuk untuk mewujudkan tumbuhnya toleransi dalam kegiatan pembelajaran. Bagaimana hubungan teori konstruktivisme dengan kasus pelajar bunuh diri di Indonesia karena pembelajaran yang terkesan bosan atau tidak bermakna?

Berdasarkan data dari Pusiknas Kepolisian RI , terdapat 971 kasus bunuh diri pada periode Januari sampai 18 Oktober 2023 di Indonesia. Menurut pelaporannya, angka yang mencapai kasus bunuh diri tertinggi di Indonesia terdapat di Jawa Tengah sebanyak 356 kasus dari kalangan SMP, SMA, mahasiswa, hingga orang tua( Muhamad, N. 2023). Dari data tersebut diperoleh bahwa kasus bunuh diri mencakup dari kalangan SMP hingga orang tua. Motif dari bunuh diri tersebut juga bermacam-macam, ada yang karena tekanan mental dari orang tuanya, terlilit hutang, kasus perundungan, dan stres banyak tugas.

Dalam kasus pelajar tersebut, diduga karena tekanan dari orang tua dan stres karena tugas oleh peserta didik SMP. Dalam kurikulum merdeka yang selaras dengan konstruktivisme dalam pembelajaran bermakna ini tidak hanya berpatokan pada kegiatan belajar dikelas atau luar ruang kelas, namun juga peran orang tua yang terlibat di dalamnya. Peran orang tua dalam memberikan pengawasan terhadap anaknya juga perlu diperhatikan. Jadi, pada kasus tersebut, bisa saja suatu sekolah tersebut kurang menekankan pada proses pembelajaran bermakna. Peserta didik merasa tertekan dengan adanya tugas yang menumpuk dengan pembelajaran yang membuatnya bosan dan tidak memiliki semangat dalam sekolah. Serta kurangnya perhatian dan pengawasan dari pihak orang tua yang lalai menjadi faktor tidak tercapainya belajar bermakna. Dalam hal ini penekanan konstruktivisme lebih tertuju pada cara berpikir seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Cara pemikiran ini diperoleh dari ilmu yang dimiliki sebelumnya kemudian dikonstruksikan dengan ilmu lain menjadi suatu ilmu baru atau cara berpikir.

Teori belajar konstruktivisme yang selaras dengan kurikulum merdeka yaitu Profil Pelajar Pancasila memberikan peluang kepada peserta didik untuk terus aktif mengembangkan potensi dan kemampuannya. Poros utama konstruktivisme ini yaitu peserta didik yang aktif, mandiri, mampu berpikir kritis adalah acuan utama, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk terus memberikan dukungannya. Tentu saja selain dari peran guru, peran lingkungan seperti lingkungan belajar, pertemanan, orang tua juga berperan penting di dalamnya untuk mencapai konstruktivisme yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Diharapkan dengan kurikulum merdeka ini, mampu mencetak generasi berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa depan dalam lingkup nasional maupun internasional.

 

 

Tags: kurikulum merdekaMahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu TarbiyahRikayati
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA