
Indonesia sebagai negara agraris dan mayoritas rakyatnya adalah sebagai petani, seharusnya menjadikan negara pertiwi ini menjadi negara yang memiliki kekuatan terkuat dalam forum internasional berkaitan dengan komoditas pangan yang dihasilkan. Namun di usia Republik Indonesia yang ke-77 saat sekarang ini, terbesit di dalam pemikiran penulis, apakah petani yang ada di Indonesia sudah terjamin kesejahteraan-nya?
Disamping mempersoalkan berkaitan tingkat kesejahteraan petani, nyatanya pemerintah masih saja melakukan impor barang dari negara tetangga seperti dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras Indonesia masih berlanjut di bulan Februari 2023. Impor beras pada bulan kedua tahun ini mencapai 212,71 juta kg. Impor tersebut datang dari 3 negara, yakni dari Thailand, Vietnam, dan India.
Hal itu dianggap wajar karena jika kita melihat secara fisik dan non fisik masih banyak terdapat kelemahan sistem pengelolaan pertanian yang ada di negara kita dibandingkan dengan negara maju seperti: Jepang, Selandia Baru, Belanda, dan negara maju lainnya.
Ketersediaan SDM dan SDA
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) disuatu negara menjadi aspek fundamental didalam meningkatkan kualitas dari produk pertanian yang dihasilkan oleh para petani. Dukungan dari sektor SDM harus di imbangi dengan dukungan sektor SDA, karena kedua sektor tersebut saling erat kaitannya dalam industri pertanian, akan menjadi sebuah polemik nantinya jika SDA yang terbentang luas, tetapi para SDM kurang mampu memanfaatkan sektor SDA dengan semaksimal mungkin, karena terhalang dengan beberapa permasalahan didalamnya.
Namun permasalahan-nya anggapan stigmatisasi dari lingkungan masyarakat sendiri menilai pekerjaan sebagai seorang petani merupakan pekerjaan yang dinilai statusnya rendah daripada menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS). Stigma menjadi seorang petani tidaklah harus menjadi seorang sarjana, sehingga anggapan seperti ini haruslah kita ubah secepatnya.
Penggunaan Teknologi di Sektor Pertanian
Hampir di seluruh wilayah Indonesia masih menggunakan sistem konvensional dalam menggarap pertanian. Transformasi dalam sektor pertanian dari sistem tradisional seperti membajak sawah menggunakan kerbau atau sapi menuju sistem modern menggunakan mesin traktor haruslah cepat diperkenalkan dan digunakan oleh para petani guna efisiensi pekerjaan.
Sektor Pasar Sebagai Hasil Usaha Petani
Dukungan sektor pasar dalam komoditas pertanian menjadi kunci utama dalam menilai keberhasilan dan kesejahteraan petani. Dengan menggunakan teori keseimbangan umum menunjukkan bahwa NTP (Nilai Tukar Petani) dapat dijadikan sebagai barometer tingkat kesejahteraan petani. Secara konsepsi arah dari NTP merupakan resultan dari arah setiap komponen penyusunnya, yaitu komponen penerimaan yang mempunyai arah positif terhadap kesejahteraan petani dan komponen pembayaran yang mempunyai arah negatif terhadap kesejahteraan. Apabila laju komponen penerimaan lebih tinggi dari laju pembayaran maka NTP akan meningkat, demikian sebaliknya.
Sambutan pasar haruslah bersifat positif kepada petani, untuk itu adanya strategi bagi petani dalam memilih komoditas yang cocok di daerah tempatnya, sesuai dengan kondisi geografis, sekaligus menilai komoditas apa yang menjadi sorotan ditengah pasar sekarang ini.
Dari berbagai akar permasalahan pertanian di indonesia, maka langkah pemerintah dalam menampung permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pendataan, yang juga disebut sebagai sensus pertanian. Mengapa penting hal nya dilakukan sensus pertanian? Menurut Presiden RI Joko Widodo, “Urgensitas sensus pertanian melibatkan hajat hidup orang banyak, sehingga dibutuhkan akurasi kebijakan yang tepat. Akurasi kebijakan ini sangat bergantung kepada akurasi data yang akurat”.
Sensus Pertanian dilaksanakan setiap 10 (sepuluh) tahun sekali di tahun berakhiran 3 yang mendata seluruh pelaku usaha pertanian, sensus pertanian tahun 2023 (ST2023) merupakan sensus pertanian yang ke-7 diadakan. kegiatan ST2023 dilakukan untuk mengakomodir variabel yang dibutuhkan untuk kelengkapan data pertanian berkembang sangat dinamis, menjawab kebutuhan data baik di level nasional maupun internasional, dan dirancang untuk memperoleh hasil yang berstandar internasional dengan mengacu pada program Food and Agricultural Organization (FAO) yang dikenal dengan World Programme for the Census of Agriculture (WCA).
Kegiatan sensus ini mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian. Partisipasi pelaku usaha pertanian terdiri dari: perorangan, kelompok atau perusahaan berbadan hukum sangat diperlukan.
ST2023 merupakan kegiatan besar yang terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan yang diawali dengan perencanaan, persiapan, pengumpulan data, penyajian dan analisis data. Kegiatan ST2023 dimulai dari tanggal 1 juni sampai 31 juli 2023 mendatang. Secara umum tujuan ST2023 ini adalah untuk: mendapatkan data statistik pertanian yang lengkap dan akurat supaya diperoleh gambaran yang jelas tentang pertanian di indonesia, mendapatkan kerangka sampe (sample frame) yang dapat dijadikan landasan pengambilan sampel untuk survei-survei di sektor pertanian, dan memperoleh berbagai informasi tentang populasi usaha pertanian, rumah tangga gurem, jumlah pohon dan ternak, distribusi penguasaan dan pengusahaan lahan menurut golongan luas, dan sebagainya.
Sudah saatnya para petani seluruh indonesia memperoleh kesejahteraan, dukungan seluruh stakeholder berperan penting terhadap hasil data sensus pertanian yang akan dimanfaatkan pemerintah untuk memberikan kebijakan tepat. Mari kita nantikan petugas sensus (ST2023) datang kerumah anda, berikan jawaban yang sebenar-benarnya, sensus pertanian 2023 mencatat pertanian indonesia!.