
JAKARTA – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada isu HAM, Imparsial meminta dilakukan investigasi mendalam terkait insiden ledakan yang menewaskan 13 orang saat pemusnahan amunisi tidak layak milik TNI di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/6).
Direktur Imparsial Ardi Manto menilai jatuhnya korban jiwa dalam proses pemusnahan amunisi itu adalah bentuk inkompetensi penataan wilayah pertahanan termasuk proses perencanaan dan pengendalian wilayah pertahanan.
“Diperlukan adanya investigasi mendalam tentang jatuhnya korban yang bukan hanya dari kalangan prajurit. Sebab, hal ini menjadi sinyal kuat adanya kelalaian dalam pelaksanaan SOP disposal amunisi tersebut,” kata Ardi dalam keterangan tertulis, Selasa (13/6), seperti dikutip CNNIndonesia.com.
Menurutnya, perlu juga dilakukan evaluasi menyeluruh mulai dari perencanaan hingga eksekusi dan tidak hanya menyasar pelaksana teknis, tetapi juga menyentuh atasan yang bertanggung jawab.
Ia menyoroti soal standart opertational procedure (SOP) dalam pengamanan area serta pemberian informasi kepada warga sekitar lokasi.
Menurutnya, keberadaan warga sipil yang berada dalam jarak bahaya menunjukkan lemahnya pengamanan dari pihak TNI dan kurangnya sosialisasi kepada warga tentang jarak dan batas aman lokasi disposal.
Ia berkata seharusnya dilakukan pengamanan berlapis mengingat efek ledakan yang akan timbul cukup mematikan.
“Padahal pemusnahan bahan peledak, termasuk amunisi kadaluwarsa milik TNI memerhatikan aspek keamanan, keterbukaan informasi dan keterlibatan serta kerja sama dengan masyarakat sekitar lokasi pemusnahan amunisi,” ujarnya.
Lebih jauh, Imparsial menilai peristiwa jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa itu menunjukkan adanya gejala masalah yang lebih besar, yakni ketidak-profesionalan TNI akibat terlampau jauh ditarik dalam urusan-urusan non-pertahanan.
Ardi mengatakan keterlibatan TNI dalam wilayah sipil seperti penanganan kenakalan siswa, program Makan Bergizi Gratis, program swasembada pangan, hingga menjadi penjaga gedung kejaksaan sesungguhnya meningkatkan potensi kelalaian pada tugas utamanya.
“Kecenderungan menarik TNI untuk terlibat dalam urusan-urusan sipil adalah ancaman serius bagi profesionalisme TNI yang mengakibatkan TNI menjadi lalai dan menggerus keahlian TNI dalam tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara,” katanya.
Ia pun meminta pemerintah untuk menanggung segala kerugian yang timbul akibat peristiwa itu, termasuk bagi keberlangsungan kehidupan keluarga korban yang meninggal dunia
“Panglima TNI untuk mengevaluasi jajaran termasuk melakukan investigasi terhadap pimpinan pelaksanaan operasi atau komandan yang bertanggung jawab,” ucapnya
Sebelumnya, ledakan terjadi saat pemusnahan amunisi tidak layak milik TNI di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Peristiwa itu menyebabkan 13 orang meninggal dunia, terdiri dari empat Anggota TNI dan sembilan warga sipil.
Sementara, sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kondisi sebelum terjadinya ledakan saat pemusnahan amunisi tidak layak pakai di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5)
Terlihat amunisi itu disusun di sekitar lubang besar yang diduga menjadi lokasi pemusnahan. Seorang anggota TNI terlihat berada di dalam lubang, sementara anggota lainnya menyerahkan mortir dari atas.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan membenarkan foto tersebut merupakan penampakan sebelum kejadian.
“[Foto itu] sebelum kejadian,” ujar Hendra saat dikonfirmasi, Senin (12/5), melansir detikJabar.
“Kami menyampaikan bela sungkawa kepada korban, baik itu dari TNI AD maupun dari rakyat,” ujar Hendra.
Menurut Hendra, TNI AD telah melakukan disposal sesuai dengan SOP yang berlaku. Ia menyebut, insiden tersebut murni kejadian tidak terduga.
Terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhaya menjelaskan, insiden terjadi saat proses pemusnahan amunisi oleh jajaran Gudang Pusat Amunisi (Gupusmu) III Peralatan TNI AD.
Pemusnahan dilakukan pada pukul 09.30 WIB. Pemeriksaan terhadap seluruh personel dan lokasi peledakan telah dilakukan guna memastikan keamanan prosedur.
“Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan, dan semua dinyatakan dalam keadaan aman,” ujar Wahyu dalam keterangan resmi.
Peledakan pertama dilakukan di dua lubang subur yang telah disiapkan. Peledakan ini berjalan dengan baik. Setelahnya, tim bersiap untuk menghancurkan detonator sisa di lubang terpisah. Namun, saat proses ini lah ledakan yang tak diduga terjadi.
“Saat tim menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang,” ujar Wahyu.
Namun demikian, hingga saat ini belum diketahui pasti apa yang membuat masyarakat sipil bisa masuk ke dalam lokasi ledakan. web
