JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan Presiden Prabowo Subianto meminta Perum Bulog ikut menyalurkan minyak goreng kemasan Minyakita.
“Beliau menyampaikan secara tegas Minyakkita dibantu oleh BUMN bidang pangan khususnya Bulog. Jadi stok ini biar Minyakkita bisa ‘dikuasai’ oleh BUMN. Ya supaya bisa distribusikan dan kita bisa kontrol,” ujarnya saat ditemui di gedung Graha Mandiri, Jakarta.
Arief mengatakan kecepatan distribusi minyak goreng besutan pemerintah itu penting untuk memastikan harganya sesuai dengan yang ditetapkan sebesar Rp15.700 per liter.
Selain itu, pendistribusian lewat Bulog bisa memudahkan pemerintah daerah (pemda) memiliki cadangan pangan. Pasalna, Bulog memiliki 1.593 gudang yang tersebar di berbagai daerah.
Terkait rencana pendistribusian Minyakita lewat Bulog tersebut, pemerintah akan mengadakan rapat di Kementerian Perdagangan (Kemendag) siang ini. “Sekarang kita siapkan aja, supaya secepatnya khusus minyak goreng itu terdistribusi, dilewatkan BUMN, Bulog,” katanya.
Arief menjelaskan Minyakkita merupakan kontribusi pelaku usaha eksportir produk turunan kelapa sawit ke pasar dalam negeri melalui skema Domestic Market Obligation (DMO).
Dengan skema tersebut, produsen wajib memasok minyak goreng di dalam negeri dari total volume ekspor masing-masing perusahaan.
“Untuk perusahaan-perusahaan yang akan punya PE, persetujuan ekspor, dia harus kasih DMO. DMO-nya itu yang jadi Minyakita, yang Minyakita itu distribusikannya oleh BUMN, tapi nanti tunggu rapat,” katanya.
Namun, Arief mengatakan tidak seluruh distribusi Minyakita akan dikuasai oleh Bulog. Pihak swasta katanya juga masih akan terlibat.
“Jadi kan itu kan ada 100 persen. Kalau yang dikuasai sama Bulog berapa nanti jam 1 kita meeting. Iya dong, harus (swasta terlibat),” katanya.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebelumnya memanggil distributor Minyakita karena harganya naik menjadi Rp17 ribu per liter.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Moga Simatupang mengatakan kenaikan harga Minyakita ini terjadi karena distributor kedua (D2) melakukan minimum order quantity sehingga pengecer tidak dapat membeli dengan jumlah banyak. cnn/mb06