
JAKARTA – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap banyak UMKM dan usaha lokal babak belur akibat maraknya produk impor. Salah satunya, karena harga yang ditawarkan produk impor dari China jauh lebih murah.
Teten mencatat, regulasi yang mengatur masunya produk impor masih terlalu mudah, sehingga banjirnya produk impor ke dalam negeri. Kemudian, tarif beaasuk yang murah pun dikeluhkan Teten yang seakan makin mempermudah masuknya produk dari luar negeri.
“Terlalu mudah masuknya barang impor ke Indonesia. Terlalu murah tarif bea masuk consumer goods ke sini, jangankan UMKM, produk industri manufaktur pun gak bisa bersaing,” kata dia kepada media, Sabtu.
Teten mengatakan, produk yang banyak masuk diantaranya produk garmen, kosmetik, sepatu olahraga, hingga produk-produk farmasi. Keadaan ini menurutnya makn diperparah dengan kondisi ekonomi China yang melemah. Alhasil, banyak produknya yang disebar ke berbagai daerah, termasuk ke Indonsia.
“Apalagi saat ini China ekonominya lagi melemah, produksi consumer good-nya oversupply, dibuang k Asean, terutama kita karena market kita besar dan hampir separuh populasi kita udah masuk ke eccomerce,” ujar dia.
“Babak belur kita. 80 persen UMKM yang jualan di eccomerce dan social commerce hanyalah seller produk-prodk impor terutama dari China,” tegas Teten Masduki.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap dampak dari proses transformasi digital di lingkup usaha. Nyatanya, penerapan teknologi belum maksiml mendorong keuntungan bagi UMKM.
Teten mencatat, saat ini Indonesia belum memiliki badan yang mengatur strategi nasional transformasi digital. Alhasil, dia dan para menteri lainnya menaku tak memiliki acuan yang jelas, padahal transformasi digital melibatkan banyak aspek.
“Di Indonesia transformasi digital hanya berkembang di sektor perdagangan (ecommerce) di sektor hilir bkan di sektor produksi,” kata dia.
“Makanya produksi nasional kalah dengan produk dari luar yang lebih murah, karena produksinya lebih efisien dan berkalitas,” imbuhnya.
Teten mengatakan, pada sisi platform dagang digital pun, pemerintah seakan terlambat menghadirkan aturan. tamya yang mengatur platform e-commerce dan social commerce.
“Akibatnya kita didikte platform digital global. UMKM produsen kita gak punya kemampuan teknologi digital. Aplikasi-aplikasi diital untuk membantu supply chain UMKM masih sedikit,” ungkapnya.
Teten mengatakan, sejak lama Presiden Joko Widodo (Jokowi) sidah mengingatkan pemerintah dan sektor swasta akan pentinnya transformssi digital untuk kemajuan ekonomi nasional. Misalnya penerapan Artificial Intelligent (AI) hingga Internet of Things (IoT).
“Tapi gak ada yg mewujudkanya bagaimana tekologi digital diaplikasikan dalam sistem produksi nasional, di industri manufaktur, agriculture, agromaritim, kesehatan dan lain-lain. Akibatnya transformasi digital di Indonesia gak melahirkan konomi baru, hanya membunuh ekonomi lama,” paparnya. lp6/mb06