JAKARTA – Produksi beras Indonesia dinilai masih tetap cukup meski ada perlambatan produksi beras sebanyak 1,2 juta ton pada musim kemarau panjang akibat dampak dari El Nino.
Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengatakan terjadi perlambatan produksi akibat El Nino tetapi dapat teratasi. Ia menuturkan, ada perlambatan produksi sebanyak 1,2 juta ton beras. Namun, produksi beras Indonesia dinilai masih tetap cukup dengan total 30 juta ton beras per taun. Dengan demikian, hingga kini, ketahanan pangan di Indonesia masih aman.
“Ini mudah-mudahan bisa masyarakat ketahui untuk tidak terlalu mengkhawatirkan,” ujar dia saat kegiatan panen di lahan Balai Besar Peramalan Organisme Penganggu Tanaman (BBPOPT), Jumat,1 September 2023, dikutip dari Antara, Sabtu.
Harvick menuturkan, Kementerian Pertanian terus berupaya mengantisipasi El Nino. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain gerakan percepatan tanam, penguatan alat mesin pertanian berupa pompa air dan sumur.
“Alhamdulliah, persediaan pangan kita sampai saat ini masih aman dan tentu saja mudah-mudahan ini bisa kita atasi dengan baik,” ujar dia.
Selain itu, juga ada penyediaan benih-benih yang lebih tahan dengan situasi cuaca ekstrem. Harvick mengakui, alau saat ini benih-benih tersebut sudah disalurkan ke berbagai daerah, termasuk di Jawa Barat. Hal itu diharapkan bisa menjaga produktivitas melalui gerakan percepatan tanam.
Sementara itu, terpisah Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai risiko inflasi dari beras ke depan masih relatif tinggi. Sebab, harga pupuk yang tak kunjung turun serta risiko fenomena El Nino.
“Ke depannya, risiko inflasi dari beras relatif cukup tinggi, mengingat masih belum kunjung turunnya harga pupuk, serta risiko dari El Nino,” kata Josua.
Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras eceran naik 1,43 persen secara bulanan (mtm) pada Agustus 2023, sedangkan secara tahunan naik 13,76 persen (yoy).
Beras menjadi komoditas yang menyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2023, yakni sebesar 0,05 persen. Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus tercatat 3,27 persen (yoy). Inflasi beras pada Agustus terjadi peningkatan setelah sempat melandai pada Mei, Juni, dan Juli.
Josua mengatakan, kenaikan beras tidak hanya terjadi pada 2023 saja, melainkan juga cenderung mengalami peningkatan sejak Agustus 2022. Salah satu penyebab kenaikan harga beras yakni meningkatnya harga pupuk global sehingga biaya produksi pada ektor pertanian meningkat.
Harga pupuk global sudah mengalami peningkatan sejak perang Rusia-Ukraina pada awal 2022 lalu. Namun, dampaknya baru dirasakan ketika musim panen pada Agustus 2022.
Josua menilai pemerintah perlu melakukan intervensi subsidi pupuk dalam rangka meminimalkan biaya masukan (input) dari pertanian. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk menaikkan kuota impor beras dalam rangka memenuhi kebutuhan domestik. lp6/mb06