Oleh : Edy Rahmadi (Statistisi, BPS Kota Banjarmasin)
Pada 14 Agustus 2023, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) memperingati hari jadinya ke-73. Tema yang diusung yakni “Rakat Basindat, Junjung Martabat, Banua Babarakat”, artinya persatuan yang sangat erat, selalu menjunjung tinggi derajat dan martabat, agar Banua atau kota mendapatkan keberkahan. Adapun logo menggunakan empat simbol, pertama simbol angka 73, kedua motif ukiran ornamen khas Kalsel, ketiga bentuk permata di antara angka tujuh dan tiga, dan keempat simbol dinamis menggambarkan kehidupan yang selalu dinamis serta kehidupan masyarakat yang lekat dengan budaya sungai. Perpaduan warna seperti merah menggambarkan kehidupan di Kalsel yang selalu bersemangat, warna hijau menggambarkan ketenangan dan kenyamanan tinggal di Kalsel, warna kuning menggambarkan optimisme dalam menyongsong masa depan, dan warna biru menggambarkan warna sungai yang tenang dan damai.
Dalam konteks pembangunan Kalsel, tema dan logo tersebut meneguhkan kembali akan pentingnya menjaga persatuan, kekompakan dan kebersamaan dengan tetap memperhatikan dan menjaga norma, budaya serta kearifan lokal dalam suasana yang penuh kerukunan dan kedamaian sehingga diharapkan pelaksanaan program pembangunan akan dirasakan manfaatnya serta menghasilkan keberkahan. Keberkahan yang dimaksud adalah semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya yakni meningkat kesejahteraanya serta tercukupi segala kebutuhannya baik material maupun spiritual.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah selama 73 tahun, sudah banyak menghasilkan kemajuan, baik terkait pembangunan kualitas hidup manusia maupun ekonomi. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejataraan masyarakat diharapkan terus bergerak maju dan terdepan seiring adanya peluang sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Negara (IKN) sebagaimana Visi Kalsel Maju, yaitu Kalsel makmur, sejahtera dan berkelanjutan sebagai pintu gerbang Ibukota Negara.
Peningkatan pembanguan kualitas hidup manusia diantaranya tercermin dalam capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Badan Pusat Satistik (BPS) mencatat, nilai IPM Provinsi Kalsel mengalami peningkatan dari 69,92 pada tahun 2010 menjadi 71,84 pada tahun 2022. Berdasarkan kriteria United Nations Development Program (UNDP) dengan besaran nilai IPM tersebut masuk kategori “tinggi” (70 d” IPM > 80). Peningkatan capaian IPM ini tentunya merupakan hasil kerja keras pemerintah yang didukung masyarakat dalam melakukan pembangunan di semua sektor utamanya di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Namun demikian, bila dilihat capaian di tingkat kabupaten/kota, masih menunjukkan adanya potensi kesenjangan yang relatif terbuka karena ada enam kabupaten yang menyandang status capaian IPM katagori “sedang” (60 d” IPM > 70) yaitu Hulu Sungai Utara, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Kotabaru dan Hulu Sungai Selatan. Oleh karenanya perlu dukungan dan dorongan penuh secara bersama untuk mengakselerasi capaian pembangunan manusianya.
Dari sisi perekonomian, pada tahun 2022, PDRB atas dasar berlaku Kalsel mencapai 251,26 triliun rupiah, meningkat tajam dibanding 2010 yang hanya 85,30 triliun rupiah. Struktur ekonomi Kalsel masih di topang oleh enam sektor utama yaitu pertambangan, pertanian, indutri pengolahan, perdagangan, kontruksi dan trasportasi pergudangan dengan porsi mencapai 77,49 persen. Hingga saat ini sektor pertambangan batu bara masih menjadi lokomotif utama yang selama lima tahun terakhir berkontribusi rata-rata sekitar 22,3 persen. Secara agregat perekonomian Kalsel tumbuh relatif stabil pada kisaran 4 – 5 persen, walaupun sempat terkontraksi -1,82 persen pada tahun 2020 akibat Covid-19, namun tahun berikutnya kembali bangkit tumbuh positif masing-masing 3,48 persen pada 2021 dan 5,11 pada 2022. Pada tahun ini, yang diprakirakan perekonomian nasional melambat seiring perlambatan perekonomian global, namun berdasarkan rilis BPS, pada triwulan II-2023, ekonomi Kalsel masih tumbuh 4,96 persen (y-o-y) dan inflasi gabungan tiga kota di Kalsel pada Juli 2023 semakin terkendali yaitu sebesar 3,93 persen (y-o-y) dan telah berada di rentang target inflasi tahunan nasional.
Perekonomian yang terus tumbuh dan berkembang tentunya juga berdampak terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. Dari tahun ke tahun serapan tenaga kerja terus meningkat dan angka pengangguran relatif menurun. Pada Pebruari 2023, tingkat pengangguran terbuka mencapai 3,95 persen, menurun bila dibandingkan Pebruari 2021 dan 2022, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat menjadi 69,53 persen. Pada Pebruari 2023, serapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu 30,13 persen, diikuti oleh perdagangan, jasa kemasyarakatan dan industri dengan total serapan 54,04 persen.
Masih tingginya masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian dengan porsi ekonomi yang hanya 12,04 persen, tentunya kedepan harus menjadi perhatian yang lebih serius lagi dalam upaya peningkatan produktifitas pertanian beserta kesejahteraan petaninya.
Tingkat kesejahteraan masyarakat juga tercermin dari angka kemiskinan. Rilis terakhir BPS mencatat, angka kemiskinan Kalsel pada Meret 2023 sebesar 4,29 persen, merupakan terendah kedua di Indonesia setelah Bali. Hal ini tentunya menjadi catatan prestasi yang patut diapresiasi bagi pemerintah dan para pihak atas upaya yang telah dilakukan.
Namun demikian masih ada catatan bila dicermati pada sebarannya dan juga tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, dimana pada wilayah perdesaan masih relatif lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Artinya jumlah persentase penduduk miskin dan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan serta penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Hal ini dapat menjadi perhatian kedepan agar program penanggulangan kemiskinan lebih di tingkatkan lagi sebaran pemerataannya pada golongan ekonomi lemah utamanya di perdesaan.
Berbagai capaian kemajuan yang telah diraih selama 73 tahun tersebut hendaknya tetap dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan catatan kekurangan yang masih ada agar diperbaiki dan disempurnakan. Selain itu, adanya peluang Kalsel sebagai salah satu penyangga IKN harus dapat dimanfaatkan secara maksimal baik terkait penyediaan SDM yang berkualitas, juga pengembangan potensi wisata dan produk ekonomi kreatif serta peningkatan produksi komoditas unggulan utamanya beras yang saat ini masih terjadi surplus.
Pelaksanaan program pembangunan ekonomi ke depan hendaknya dapat mewujudkan berbagai alternatif sumber pertumbuhan baru guna mendukung transformasi struktural ekonomi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi digital berbasis kerakyatan melalui UMKM yang selama ini dilaksanakan harus terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi.
Harapannya dengan berbagai upaya yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi Kalsel akan lebih berkualitas yang dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya mempercepat pengentasan kemiskinan, peningkatan serapan tenaga kerja dan pemerataan pembangunan. Semoga seiring bertambahnya usia Kalsel dengan semangat sebagaimana tema hari jadi maka pembangunan Banua kedepan akan semakin meningkat, merata dan membawa kesejahteraan serta keberkahan bagi masyarakatnya.