
JAKARTA – Zaman kiwari, kian banyak masyarakat yang menyadari pentingnya memakai produk perawatan kulit (skincare) untuk menjaga kesehatan maupun mengatasi permasalahan kulit.
Pengguna skincare tak cuma kaum hawa. Laki-laki juga rutin memakai produk ini sehari-hari. Buktinya, semakin banyak jenama yang merilisproduk skincare khusus pria.
Di tengah gempuran impor skincare, terutama dari Korea Selatan, industri perawatan kulit di dalam negeri juga tumbuh pesat. Banyak pesohor yang ‘bermain’ di bisnis ini karena menyadari besarnya potensi pasar Tanah Air.
Seberapa menarik pasar skincare Indonesia?
Pada Feruari 2024, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pernah mengungkap pertumbuhan fenomenal industri kosmetik, di mana skincare termasuk di dalamnya.
Airlangga menyebut pertumbuhan industri kosmetik lokal tumbuh 21,9 persen dari 913 perusahaan pada 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023.
Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik pada 2022, pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri atau personal care dengan volume pasar sebesar US$3,18 miliar atau setara Rp51 triliun (asumsi kurs Rp16.270).
Lalu, disusul skincare sebesar US$2,05 miliar atau setara Rp33,3 triliun, lalu kosmetik US$1,61 miliar atau Rp26 triliun, dan wewangian US$39 juta atau Rp635,5 miliar.
“Dengan komposisi 95 persen industri kosmetik lokal merupakan Industri Kecil dan Menengah, industri ini tercatat mampu menyerap tenaga kerja sekitar 59.886orang pada tahun 2022,” kata Airlangga kala itu.
Kinclongnya pasar kecantikan Indonesia juga bisa dilihat dari penjualan produk di e-commerce.
Di e-commerce, penjualan produk personal care dan kosmetik melesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018-2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di marketplace, dengan nilai transaksi mencapai Rp13.287,4 triliun dan volume transksi 145,44 juta kali.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mencatat gemilangnya industri kosmetik lokal. Pada 2020, jumlah pelaku usaha di sektor ini cuma 726, tetapi angkanya melonjak lebih dari 77 persen pada 2024, di mana pebisnis kosmetik menyentuh angka 1.292.
Dari 1.292 industri yang tercatat itu, sebanyak 83 persen di antaranya masuk kategori perusahaan mikro dan kecil, serta sisanya 17 persen industri menengah dan besar.
“Peningkatan ini mencerminkan daya saing an inovasi yang terus berkembang, menjadikan industri kosmetik sebagai salah satu sektor yang harus terus dikembangkan dan memiliki prospek yang positif,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangan resmi.
Dengan merujuk data Statistik, Reni mengatakan proyeksi pasar kosmetik nasional diperkirakan mencapai US$9,7 miliar atau Rp157 triliun pada 2025. Industri kecantikan juga diprediksi tumbuh 4,33 persen per taun hingga 2030. cnn/mb06