JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap masih ada produk pangan segar Indonesia yang ditolak negara tujuan ekspor. Alasannya tak lain akibat standar mutu pangan yang tak sesuai.
Menurutnya, masalah penolakan ekspor ini jadi tantangan selain adanya masalah penyakit bawaan pangan. Sehingga, diperlukan perhatian khusus mengenai keamanan dan mutu pangan.
“Sampai saat ini kita masih hadapi masalah pangan, penolakan ekspor dan masalah penyakit bawaan pangan, disebabkan tidak terpenuhinya standar kemanan dan mutu pangan,” ungkapnya dalam Konsolidasi Nasional Penguatan Standar Keamanan dan Mutu Pangan, di Bekasi, Selasa.
“Sehingga kita perlu mengambil langkah antisipatif, adaptif, dan dinamis terhadap perubahan lingkungan strategis, baik di nasional maupun internasional,” tambah dia.
Salah satu produk yang sempat mengalami penolakan ekspor adalah rempah pala. Ini menjadi salah satu tantangan bagi perdagangan pala secara internasional. Dengan penyamaan persepsi soal standar mutu pangan, ia berharap permaslaah serupa tak akan terjadi lagi.
“Kita juga ada beberapa produk yang kita mulai ekspor, sehingga jangan sampai seperti kemarin, pala, yang ke Eropa, sampai di sana enggak memenuhi standar di sana. Sehingga mesti done (selesai standarnya) dulu di Indoneisa, sehingga kita bisa ekspor produk kita,” terang Arief.
Tak hanya menyoal ekspor, dia juga menekankan standar yang sama perlu berlaku untuk produk pangan segar impor. Lagi-lagi tujuannya menjamin keamanan untuk dikonsumsi masyarakat.
“Kebalikannya juga, apabila memang ada kebutuhan, ketersediaan dari luar, ini juga jadi corcern kita, sehingga barang yang keluar atau pangan yang masuk yang produk segar ini bisa kita jamin keamanan dan mutu pangannya,” tuturnya.
Melihat kendala tersebut, Arief memandang melalui penguatan standar mampu meningkatkan potensi ekspor pangan segar dari dalam negeri. Mengacu pada prestasi tanah air sebagai pengekspor bahan-bahan rempah contohnya.
“Yang pasti kita dengan pala dan beberpa produk lain, padahal kita ini kalau bahasanya beberapa menter, salah satu menteri yang saya kutip memgatakan ‘VOC aja jaman dulu ekspornya itu dari indonesia timur’, hari ini, ini kesempatan kita untuk kita juga untuk balance neraca perdaganagan terutama di bidang pangan, kenapa enggak jita kerkakan lagi,” paparnya.
“Dulu Indonesia ini eksportir tempah, mungkin hari ini masih sama,” imbuhnya.
Pada konteks ini, ia pun mengaku telah berdiskusi dengan pemerintah daerah Maluku. Bahasannya, mengenai potensi ekspor langsung produk perikanan dari daerah tersebut.
“Tapi mesti disiapkan semuanya, keamanan pangannya, mutunya, standar diluar seperti apa? apakah juga nanti iperlukan cold chain? Sehingga rantai dingin akan menjaga produk kita, mutunya,” tukas Arief. lp6/mb06