
BANJARMASIN – Kota Banjarmasin gagal lagi merebut kembali piala adipura 2023. Kali ini Banjarmasin hanya mendapatkan sertifikat adipura dalam kategori kota besar di Kalimantan Selatan.
Gagalnya merebut kembali piala tertinggi dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI tersebut juga diakui oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin Alive Yoesfah Love.
Alive menuturkan bahwa nilai tak memenuhi passing grade karena rendahnya penilaian pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) Basirih.
TPA Basirih masih menggunakan metode lama yakni open dumping. Metode ini merupakan penumpukan sampah dengan sistem terbuka atau hanya menutup dengan plastik. Sedangkan menurut KLHK mengharuskan penutupan sampah dengan sistem sanitary landfill.
Nilai untuk TPA Basirih hanya mencapai 71. Selain ifu TPA Basirih juga belum sesuai standar yang ditetapkaj oleh Kementrian Lingkungan Hidup. “ Karena ini TPA Basirih mendapatkan nilai 71 dari nilai yang terendah bisa lolos 74, “kata Alive.
Ia pun mengakui bahwa untuk sanitary fill pada TPA Basirih juga sulit. Selain karena lahan merupakan lahan rawa juga biaya untuk menguruk atau menutup dengan sampah lumayan besar. “ Biayanya menutup sampah dengan tanah itu sangat besar, bayangkan kita beli tanah 1 rite Rp600 ribu, jika dikalikan dengan sampah yang harus ditutupi sangat luas pastinya sangat memerlukan biaya, “jelasnya.
Lain halnya dengan TPA di tempat lain yang tanahnya pegunungan sehingga tak memerlukan biaya mahal karena cukup mengeruk lahan gunung disekitarnya.
Ditambahkan Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolan Sampaj, Marzuki bahwa selain TPA Basirih, KLHK juga melakukan penilaian lainnya. Diantaranya Ruang Terbuka Hijau (RTH/Taman) yang mendapatkan nilai 80.
Ia pun menegakan sebagai kota besar, Banjarmasin disandingnya dengan kota besar lainnya seperti Balikpapan, Samarinda dan Yogjakarta. “ Mereka memiliki keunggulan wilayahnya sehingga mudah dalam pengelolaan sampah sanitary landfill, “jelas Marzuki. via