Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Pedagang Makanan Siasati Kenaikan Harga Beras

by matabanua
25 September 2023
in Ekonomi & Bisnis
0

 

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\7\7\master 7.jpg

Rumah Subsidi 18 Meterpersegi Batal Dibangun

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\7\7\hal 7 - 2 kklm (KIRI).jpg

Harga Beras Mahal, Cabai Makin Pedas

10 Juli 2025
Load More

MAJALENGKA – Sejumlah konsumen di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sengaja membeli beras secara langsung di pabrik penggilingan beras. Hal itu untuk menyiasati mahalnya harga beras di pasaran.

Salah seorang pemilik warung nasi di Jalan Gerakan Koperasi, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Nenden (28 tahun) mengatakan, dirinya sudah tidak lagi membeli beras di pasaran sejak dua pekan lalu. Nenden memilih langsung membeli beras di salah satu pabrik penggilingan beras di wilayah Kabupaten Majalengka. Pasalnya, harga beras di pabrik penggilingan lebih murah dibandingkan harga beras di pasaran.

Nenden menyebutkan, harga beras di pasaran di kisaran Rp 14 ribu per kilogram. Sedangkan harga beras di pabrik penggilingan beras hanya Rp 12.500 per kilogram. “Lumayan ada selisihnya,’’ kata Nenden.

Nenden mengaku sengaja membeli beras langsung dari pabriknya yang lebih murah agar tidak perlu menaikkan harga jual nasi ke konsumen. Pasalnya, jika menaikkan harga jual nasi, di­kha­watirkan konsumennya akan kabur.

Sementara itu, salah seorang pe­dagang beras di Pasar Sindangkasih, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Opik Surahman, mengakui ada sejumlah pelanggannya yang memilih untuk membeli beras langsung ke pabrik penggilingan beras. “Ya cuma bisa pasrah, mau gimana lagi,” tutur Opik.

Opik menyebutkan, saat ini beras sebanyak lima kuintal habis terjual dalam waktu tujuh sampai 10 hari. Padahal, sebelum harga beras naik, beras yang terjual bisa mencapai dua sampai tiga ton dalam waktu sepekan.

Opik menjelaskan, kenaikan harga beras dipicu oleh fenomena El Nino yang berdampak pada produksi padi petani. Karena itu, kenaikan harga itu sudah dimulai sejak tingkat pabrik. “Pasokan beras dari pabrik penggilingan juga menurun,’’ kata Opik menerangkan.

Opik menyebutkan, dalam kondisi normal, kiosnya biasa mendapat pasokan tiga sampai lima ton beras per pekan dari tiga pabrik. Namun, saat ini turun drastis, hanya 500 kuintal dari tiga pabrik.

Pemilik pabrik penggilingan beras (PB) Sri Rahayu di Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Dede Koswara (48), mengakui pem­belian beras oleh konsumen mengalami peningkatan.

“Pembeli yang datang langsung ke penggilingan meningkat 20 persen – 25 persen, kebanyakan dari Majalengka, tapi ada juga yang dari luar daerah,’’ kata Dede.

Dede menyebutkan, harga gabah di Kabupaten Majalengka saat ini di kisaran Rp 850 ribu per kuintal. Harga itu mengalami kenaikan signifikan di­banding­kan sebelumnya yang ada di kisaran Rp 610 ribu per kuintal.

Sedangkan saat ini, gabah dari Ciamis, Banjar, Pangandaran, dan Cilacap, harganya masih berkisar antara Rp 800 ribu – Rp 810 ribu per kuintal. “Ada selisih,” kata Dede.

Dede menjelaskan, pabriknya saat ini menjual beras kualitas medium ke pasaran seharga Rp 12.600 per kilogram. Sedangkan beras kualitas premium, dijual seharga Rp 12.800 per kilogram.

“Kalau harga gabahnya di atas Rp 810 ribu (per kuintal), harga jual beras di kisaran Rp 13 ribu per kilogram, bahkan bisa lebih,’’ kata Dede.

Semakin tinggi harga jual beras di pabrik pengilingan, maka semakin mahal harga beras yang dijual kepada konsumen di pasaran.

Dede mengungkapkan, tingginya harga beras di pasaran terjadi seiring dengan mahalnya harga gabah. Dia menyebutkan, kenaikan harga gabah tersebut berlangsung sejak awal Agustus 2023, dan dikhawatirkan terus bertahan hingga akhir tahun. “Dari pengalaman tahun sebelumnya, Desember-Januari itu masa paceklik,’’ kata Dede menerangkan.

Dede menambahkan, mahalnya harga gabah juga membuat biaya operasonal di pabrik penggilingan beras membengkak. Karena itu, dia terpaksa menurunkan kapasitas produksinya sejak Agustus 2023.

Kapasitas produksi di PB Sri Rahayu bisa mencapai 40 ton-50 ton per hari. Namun, sejak harga gabah dan beras melambung, dia terpaksa menurunkan produksinya menjadi 20 ton-30 ton per harinya. “Kalau dipaksakan sampai kapasitas produksi maksimal, di­khawatirkan enggak nutup (biaya produksinya),’’ kata Dede.rep/mb06

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA