INVESTIGASI yang dilakukan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menemukan fakta bahwa polisi menembakkan gas air mata secara sembarangan di Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
KontraS menyebut polisi menembakan gas air mata ke berbagai penjuru saat menghadapi warga yang menolak direlokasi untuk proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City.
“Di lapangan kami menemukan fakta bahwa gas air mata ditembakkan secara serampangan menyasar ke berbagai penjuru jalan pada saat aparat gabungan hendak membubarkan massa aksi,” tulis Kontras dalam laporan; ‘Keadilan Timpang di Pulau Rempang’, seperti dikutip CNNINdonesia.com Rabu (20/9).
KontraS mengungkapkan, penembakan gas air mata terjadi sekitar pukul 10.10 WIB pada 7 September 2023. Penembakan gas air mata pun merembet ke area SMPN 22 Batam.
Mereka mengatakan gas air mata ditembakan ke arah sekolah. Suasana mencekam terjadi seketika. Para murid dan guru berhamburan menyelamatkan diri.
“Gas air mata tetap ditembakkan ke arah sekolah, yakni pada kebun yang berlokasi di depan SMPN 22 Batam. Asap pun menuju SMP hingga membuat para murid berlarian,” tulis mereka.
Dalam laporan investigasinya, KontraS juga melaporkan polisi menembakkan gas air mata tanpa ragu ke arah SD 024 Galang. Menurut KontraS, hal ini membantah pernyataan Polri yang menyebut gas air mata tertiup angin.
KontraS menyatakan, sedikitnya ada 10 murid SMP yang dilaporkan menjadi korban penembakan gas air mata tersebut. Selain itu, terdapat juga satu orang warga yang terluka parah akibat tembakan peluru karet oleh aparat.
Temuan KontraS ini sejalan dengan temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Mereka menemukan selongsong gas air mata di atap sekolah.
Komisioner Komnas HAM Prabianto Mukti Wibowo menyebut selongsong itu ditemukan di SDN 024 Galang Pulau Rempang saat pihaknya melakukan pemantauan.
“Betul, ada selongsong di atap sekolah,” kata Prabianto kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/9).
Dihubungi terpisah, Kasi Humas Polresta Barelang AKP Tigor Sidabariba tak percaya dengan temuan selongsong gas air mata di atap sekolah. Menurutnya, temuan itu aneh dan tidak masuk logika.
Dia menyebut tak mungkin selongsong sampai di atap, kecuali polisi yang menembak memanjat dan menembakan gas air mata di atap.
“Mana ada. Yang anehnya kok bisa di atas atap. Kalau di atas atap kan polisi ya harus naik di atas atap. Logikanya enggak masuk,” kata Tigor kepada CNNIndonesia.com.
“Sementara selongsong itu, ditembak di situ, di situ dia jatuh. Masa ada sampai di atap. Enggak mungkin polisi manjat? Robohlah, atapnya kayak gitu,” ucapnya. web