KANDANGAN – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Hj Fatimatuzahra mengungkapkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) adalah masalah serius yang harus ditangani pemerintah, maka dari itu pihaknya membentuk masyarakat peduli api (MPA).
“Di Kalsel saat ini sudah terbentuk 129 kelompok MPA tersebar di sembilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam,” ujarnya saat dikonfirmasi di Banjarmasin, Sabtu (26/8).
Pentingnya peran MPA ini, kata Fatimatuzahra, terutama untuk sosialisasi, deteksi dan pemadaman dini agar dampak Karhutla bisa diminimalisir.
“Keberadaan MPA sangat penting dan bagi kami MPA ini adalah ujung tombak dalam penanggulangan Karhutla di tingkat tapak,” ujarnya.
Di musim kemarau ekstrim tahun 2023 ini, lanjutnya, Karhutla harus ditanggulangi oleh semua pihak termasuk masyarakat di pedesaan. “Kita terus mendorong terbentuknya lebih banyak MPA di banua ini,” ungkapnya.
Peran penting MPA yang dibentuk Dishut Kalsel ini, bisa dilihat di Desa Hamak Timur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Di wilayah ini terdapat 400 hektar hutan lindung, sedangkan lahan yang dikelola Kelompok Petani Hutan (KTH) ada 100 hektar.
“Keberadaan MPA ini penting sekali untuk pengendalian kebakaran,” ujar Kepala Desa Hamak Timur, Sarfani saat mengikuti sosialisasi Karhutla yang diadakan Tim Ekspedisi Meratus 2023.
MPA Hamak Timur, dinilai Sarfani, bisa menjaga kawasan hutan dan juga menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.
Setiap tahun saat musim tanam, MPA Hamak Timur ini menjadi pengawas saat pembukaan ladang. Budaya masyarakat adat, kata Sarfani, saat membakar lahan untuk berladang dijaga dan dipastikan berlangsung sesuai aturan.
“Rata-rata petani membuka lahan 0,5 hektar, untuk konsumsi sendiri dan di Hamak Timur ini ada sebanyak 228 kepala keluarga (KK),” ujarnya.
Pembukaan lahan dengan cara dibakar ini, kata Sarfani, terlebih dahulu dilakukan penyekatan dan prosedural wajib lapor kepihak terkait juga dilaksanakan oleh masyarakat ataupun MPA Hamak Timur. ril/ani