
Pernah saya jumpai tulisan Enstein: “Pertanyaan lebih penting dari jawaban, jawaban itu akan selalu adadi dunia ini kalau kita mau bertanya. Kita tidak akan menemukan apa-apa kalau kita tidak pernah bertanya” demikian kata-katanya. Pertanyaan yang dimaksud tentunya memiliki sebuah standar yaitu sebuah standar rasional atau ilmiah (siklus observasi-hipotesis-pengujian) yang ditemukan oleh seorang ilmuan peletak dasar optik benama Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham.
Maka berangkat dari ugensi bertanya, saya mencoba merenungkan sebuah pertanyaan yang sederhana siapa yang mengatur jalannya dunia ini? Menjawab pertanyaan ini akan menimbulkan banyak perdebatan, untuk meminimalisir perdebatan itu saya fokuskan untuk membahasnya secara riil dan material atau rasional.
Pertama, jika seseorang yang telah berumur 45 tahun atau lebih, secara jiwa zaman mereka akan temukan ada dua negara besar (Amerika & Uni Soviet) yang dominan dalam menjalankan aturan dunia diera perang dingin 1947-1991, masa ini kita sebut sebagai dunia dengan kekuatan bipolar. Kedua, jika seorang berumur dibawah 45 tahun mereka temukan hanya terdapat pengatur tunggal yaitu Amerika Serikat yang menjalankan dan mendominasi insitusi dunia atau disebut sebagai dunia unipolar. Ketiga, 15 tahun terakhir (2008-2023) terjadi perubahan signifikan Amerika mulai kepayahan untuk menjadi polisi dunia, pengatur perdagangan dunia, dan penjaga moral yang dirasa penting untuk dunia. Dampaknya beberapa negara menjadi semakin kuat, mulai menolak aturan yang mereka tidak sukai dan membuat aturan-aturannya sendiri.
Sebernarnya apa yang terjadi belakangan ini? Terdapat tiga hal pula yang menjadi sebabnya. Pertama, Rusia tidak terintergrasi dengan institusi barat, negaranya sedang mengalami sebuah kemunduran parah dan Rusia begitu marah karenanya. Kedua, China terintegrasi dengan institusi yang dibawahi oleh Amerika, dapat diasumsikan kalau china mendapat kemakmuran dan kekuatan seperti amerika. Ketiga, puluhan juta warga di negara demokrasi yang kaya merasa tertinggal oleh globalisasi, hal ini telah diabaikan selama puluhan tahun, akibatnya mereka merasa pemerintah dan pemimpinnya semakin tidak diakui keabsahannya atau dapat disebut krisis kepercayaan. Sebagian besar isu di dunia belakangan ini bertumpu pada tiga point ini yang mengendalikan ketegangan geopolitik dan konflik. Dunia semakin terasa seperti tanpa pemimpin.
Perubahan tersebut tentunya tidak akan berhenti. Selanjutnya apa? Apa yang dibayangkan dapat terjadi 10-15 tahun kedepan? Kedepan nampaknya tidak akan dijumpai dunia dengan kekuatan bipolar, unipolar, ataupun multipolar melainkan terdapat 3 bentuk baru dari dominasi dunia. Pertama, Global Security Order (pengatur kemanan dunia) dalam hal ini Amerika masih yang terkuat menjadi satu-satunya negara yang dapat mengirimkan tantara dan peralatannya kesuluruh penjuru dunia. China mulai membangun armada perangnya di kawasan Asia dan Afrika, dan Rusia dengan kekuatan keamanan di Eropa timur. Kedua, Global Economic Order (pengetur ekonomi dunia) disini kekuatan mulai terbagi, Amerika dan China memiliki kekuatan ekonomi yang saling ketergantungan sehingga satu sama lain tidak dapat memaksakan keputusan ekonomi melalui pendekatan militer. Uni eropa, India dan jepang memainkan bagian besar pula dari ekonomi dunia namun kemungkinan besar yang akan muncul adalah pengatur ekonomi multipolar. Dua bentuk dominasi dunia diatas sudah cukup menegangkan namun untuk jenis yang ketiga menjadi sebuah topik khusus yang begitu penting untuk diperbincangkan dikarenakan manusia modern yang menjunjung tinggi globalisasi dan keterbukaan informasinya, begitu lekat dan bergantung padanya ialah dunia yang diatur oleh digitalisasi.
Satu poin perubahan besar dalam sistem dunia digital adalah sistmnya tidak dijalankan oleh pemerintah malainkan oleh perusahaan pengembang teknologi. Beberapa kasus perang belakangan diketahui peran dari perusahaan pengembang teknologi begitu signifikan, perang aerbaijan dimenangkan dengan peralatan dan kekuatan keamanan digital yang disuplai dari perusahaan teknologi turkiye, perang Ukraina dapat menahan serangan Rusia karena peralatan dan sistem keamanan digital dari perusahaan teknoogi pula. Tanpa peran perusahaan pengembang teknologi azerabaijan dan ukraina dapat kehilangan koneksi seminggu setelah perang dimulai dan tentunya akan kehilangan dukungan dan kekalahan terpaksa ditelan mentah-mentah.
Pada kasus lain khusus untuk media sosial yang memiliki kekuatan untuk meyampaikan disinformasi dan teori konspirasi sehingga memunculkan banyak protes dan pemberontakan di berbagai belahan dunia pada kasus Indonesia terlihat dalam kasus protes 212, dan penolakan RUU KUHP peran besar media sosial berpengaruh besar dan keadaan terburuknya adalah perusahaan teknologi semakin menentukan identitas manusia. Terdapat pendatang baru yang menentukan identitas manusia diluar dari nature dan nurture (dalam artian identitas manusia diperngaruhi oleh permasalahan emosi yang muncul dari cara asuh atau dikarenakan permasalahan genetik) pendatang baru itu disebut algoritma.
Algoritma menjadi kekuatan terbesar dalam menentukan keputusan di masa digitalisasi ini, sekaligus menjadi kekuatan yang dipegang tunggal oleh perusahaan teknologi dunia. Apa yang akan dilakukan mereka dengan kekuatan tersebut? jawabanya tergantung dari tujuan dari perusahaan tersebut. kemungkinan pertama, apabila perusahaan teknologi terhubung pada negeri tempat mereka beroperasi maka akan didapati dunia akan terbagi menjadi 2 kekuatan digital yaitu kekuatan digital Amerika dan China. Kedua, apabila perusahaan teknologi bertahan dengan model bisnis global dan mempertahankan persaingan digital dan dunia secara fisik maka kemungkinan besar didapati globalisasi baru dunia yang diatur oleh digitalisasi. Ketiga, apabila dunia yang diatur digitalisasi semakin menguat dan pemerintah mengurangi kapasitas mereka dalam memerintah maka perusahaan teknologi akan menjadi pemegang utama dari dominasi dunia atau dapat disebut sebagai Techno-Polar Order (dunia yang diatur oleh teknologi) hal tersebut membawa 2 kemungkinan yaitu dunia dengan peluang tanpa batas atau dunia tanpa kemerdekaan.
Dengan kondisi demikian, manusia pemilik perusahaan teknologi menjelma menjadi manusia terkuat di dunia dan dapat mempengaruhi masa depan manusia. Perubahan tersebut semakin mengarah akhir-akhir ini dengan diluncurkannya Artificial Intelegent (AI), hal mendasar yang perlu diketahui adalah setiap data manusia di dunia media sosial dapat dikelola oleh AI sesuai dengan keinginan perusahaan teknologi, apakah akan digunakan untuk meningkatkan laba dengan menjadikan manusia sebagai produk mereka dengan mengendalikan kebencian, memanfaatkan keatakutan, mengendalikan informasi palsu atau melencengkan informasi, atau menghadirkan perpecahan dalam masyarakat luas. Jelasalah kalau demikian arah dunia ini dibentuk maka dunia kedepan adalah dunia tanpa kemerdekaan akibat dari penentuan identitas manusia yang telah habis dikendalikan oleh algoritma.
Setelah penjelasan tersebut konklusinya adalah kita wajib bertanya kepada pemimpin yang memegang kendali terhadap kekuatan dunia digital, apa yang akan mereka lakukan kedepannya? Kita perlu mencari jawabannya.