JAKARTA – Sejumlah harga kebutuhan pokok (bapok) di Jakarta jelang Idul Adha 2023 bergerak beragam. Dilansir dari laman Info Pangan Jakarta, harga sejumlah komoditas ada yang mengalami penurunan diantaranya harga telur ayam hingga beras.
Rata-rata harga telur ayam di DKI Jakarta kini dikisaran Rp 31.596 per kilogram. Harga telur tersebut memang masih terbilang tinggi, namun jika dibandingkan harga seblumnya yang pernah mencapai Rp 36.000 per kilogram.
Adapun harga terendah dijual di Pasar Mampang Prapatan Rp 30.000 per kilogram. Untuk harga teringgi dijual di Pasar Rawa Badak sebesar Rp 33.000 per kilogram.
Kemudian, untuk komoditas beras yang mengali penurunan yakni harga beras IR I (IR 64)saat ini dibanderol sekitar Rp 12.297 per kilogram, Harga Beras IR II IR 64) Ramos dijual rata-rata Rp 11.546 per kg, harga beras IR III (IR 64) Rp 10.677 per kg.
Kemudian harga Beras Muncul I dipatok rata-rata Rp 12.487 per kg, harga beras IR 42/Pera Rp 14.052 per kg.
Sedangkan harga eras Setra I/Premium naik menjadi Rp 13.136 per kg. Demikian juga dengan harga cabai merah keriting naik menjadi Rp 38.127per kilogram, cabai merah besar (TW) naik menjadi Rp 47.800 per kg.ga Rp 39.000 per kilogram.
Sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri turun tangan langsug untuk mencari tahu penyebab harga telur yang melambung tinggi. Sekaligus mencari solusi agar harga yang beredar di pasaran bia semakin terjangkau masyarakat.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Whisnu Hermawan mengatkan, dari hasil deteksi yang dilakukan kenaikan harga telur akibat dari kelangkaan bahan baku pakan ternak yang sulit didapt petani ternak ayam.
“Penyebab meningkatnya harga telur ayam ras antara lain, adanya kelangkaan bahan baku pakan ternaktersebut menyebabkan Harga Pakan Ayam yang tinggi hingga mencapai Rp 8.500 – Rp 8.700/kg,” kata Whisnu.
Karena, komposisi bahan baku pakan ternak terdiri dari jagung, konsentrat, dan dedak bekaul alami kelangkaan pada bahan baku jagung. Akibat, produksi jagung dalam negeri yang belum mencukupi dan masih tergantung denan impor.
“Tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak seluuh peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak. Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak aya petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikan biaya produksinya,” katanya.
Sementara faktor lain, kata Whisnu, adanya ngaruh naiknya biaya transportasi atau angkutan. Pengaruh itu membuat harga telur ayam menjadi semakin naik. “Karena beberap daerah belum bisa mencukupi kebutuhan Telur Ayam ras di daerahnya sehingga masih supply membutuhkan dari daerah lain. Tgginya permintaan kebutuhan masyarakat,” kata dia. lp6/mb06