BANJARMASIN – Terhitung sejak September 2021 hingga September 2022, terdapat 1.441 orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Banjarmasin.
Walikota Banjarmasin Ibnu Sina memastikan bahwa keseluruhan ODGJ itu sudah tertangani dengan baik. “Dan penting untuk diketahui, sejak tahun 2017 lalu, Banjarmasin sudah menggalakkan bebas pasung,” ujarnya, Senin (10/10) pagi.
Menurutnya, tindakan pemasungan diantisipasi melalui pendekatan dengan keluarga yang bersangkutan. Misalnya dengan membawa ke rumah sakit. Semua tertangani dengan baik dan bahkan ada yang sudah sembuh.
Ibnu tak menampik, sebelumnya ODGJ kerap berkeliaran di kota ini. Warga kerap melakukan pemasungan lantaran terkadang ODGJ bisa mengganggu masyarakat.
Pemko melalui dinas serta jajaran kecamatan hingga kelurahan terkait, berupaya menciptakan suasana yang nyaman, agar tak ada lagi ODGJ yang berkeliaran.
Ibnu pun memastikan pemko tidak hanya melakukan pembangunan fisik alias pembenahan kota saja, tapi juga hadir membangun sumber daya manusia (SDM). “Termasuk ODGJ harus ditangani dengan baik,” ucapnya.
Ibnu mengatakan, salah satunya pemicu munculnya ODGJ bermula dari kesulitan tidur hingga depresi. Lalu, berakhir dengan stres. Jika tidak ditangani dengan baik, bisa saja mengarah ke peningkatan status menjadi gangguan mental.
“Jadi saya kira penting, untuk memastikan bahwa pembangunan aspek kesehatan itu juga perlu,” tekannya.
Saat ini, lanjut Ibnu, 1.441 ODGJ yang ada di Banjarmasin kondisinya beragam. Ada yang masih dirawat di rumah sakit, rawat jalan, sembuh, hingga ada pula yang masih dalam pemantauan.
Ia menjelaskan, meski ODGJ sudah sembuh, namun belum tentu langsung bisa diterima oleh masyarakat.
“Masyarakat atau kekuarga yang bersangkutan mesti diedukasi untuk melakukan pendampingan. Jangan sampai justru ODGJ-nya kambuh lagi,” harapnya.
Ibnu mengimbau kepada masyarakat, apabila ada yang melihat ODGJ berkeliaran atau keluarga yang memerlukan penanganan, hendaknya bisa langsung melaporkan.
“Yang bersangkutan harus segera dirawat, jangan dipasung. Mudah-mudahan bisa ditangani dan sembuh,” tutupnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin M Ramadhan juga berharap kesadaran masyarakat untuk mendeteksi ODGJ.
“Semakin banyak terdeteksi dan ditemukan, semakin baik. Misalnya, program bebas pasung itu. Alhamdulillah sudah ada hasilnya. Mulai dari mitigasi dini, antisiapsi ODGJ, sehingga bisa dirawat semaksimal mungkin,” ujarnya.
Ramadhan juga mengatakan, pemicu bertambahnya ODGJ itu cukup kompleks. Bisa dipicu lantaran dampak dari krisis ekonomi, Covid-19, pengaruh nafza dan lain sebagainya.
“Petugas puskesmas akan membantu pendeteksian dan lain sebagainya. Karena ada tenaga khusus yang menangani hal itu,” janjinya.
Sementara, Kepala Dinsos Banjarmasin Dolly Syahbana menjelaskan, sejauh ini penanganan ODGJ di Kota Banjarmasin dilakukan di Rumah Singgah Baiman, Jalan Lingkar Selatan.
Umumnya, mereka yang ditampung itu sudah terdeteksi, atau selesai menjalani assesmen. Dari situ akan diketahui, apakah masih perlu penanganan lebih lanjut ke rumah sakit, atau masih bisa dikendalikan.
“Kalau keluarga mau menerima, dan pengidap ODGJ sudah bisa bergaul dengan masyarakat, maka kami kembalikan ke keluarganya,” ujarnya.
Dolly membeberkan, mayoritas ODGJ yang berada di rumah singgah adalah mereka yang keluarganya tidak teridentifikasi. Ada pula keluarganya tidak mau menerima, lantaran dianggap aib.
“Rata-rata usianya 40 hingga 60 tahun,” ucapnya.
Saat ini, jelas Dolly, jumlah ODGJ yang dikirim ke Rumah Sakit Sambang Lihum sekitar 60 pasien. Ia menyatakan, ODGJ yang ada di rumah sakit maupun rumah singgah dijamin kebutuhan hidupnya. Utamanya, dalam hal konsumsi alias makanan setiap harinya.
“Untuk kebutuhan pemeriksaan hingga pengobatan, itu gratis. Kita bekerja sama dengan puskesmas dan rumah sakit,” tutupnya. dwi