JAKARTA – Petani kelapa sawit di Kalimantan Tengah mengaku kesal karena harga tandan buah segar (TBS) sawit anjlok di kisaran Rp800-Rp1.000 per Kg.
Padahal, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalimantan Tengah Gusto Adrianus mengatakan harga normal TBS sawit sekitar Rp3.000 per Kg.
Tak cuma TBS sawit yang anjlok, tetapi juga minyak sawit mentah (CPO). Ironisnya, Wakil Ketua Bidang Organisasidan Keanggotaan Apkasindo Kalteng Hatir Sata Tarigan menyebutkan harga CPO sebenarnya sedang menjulang tinggi.
Di Malaysia, saat ini harga CPO dibanderol Rp5.300 per Kg. Namun di Indonesia, harganya Rp1.800 per Kg. Selisihnya bisa mencapai lebih dari Rp2.000 per Kg.
“Ini sungguh ironis, di saat rakyat kita harusnya mencapai kesejahteraan itu, petani sawit justru menderita dengan harga jual TBS sawit yang anjlok,” katanya dilansir Antara, Rabu.
Beda Kalteng, beda pula Mukomuko, Bengkulu. Di sana, harga TBS sawit turun hingga Rp200 per Kg pada Selasa (14/6) karena terbatasnya penjualan CPO dari Bengkulu. Data itu didapat Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Meri Marlina dari 10 pabrik.
Tim perumus harga komoditas perkebunan kelapa sawit menetapkan harga jual TBS sawit tingkat pabrik tertinggi di level Rp3.200 per Kg, sedangkan yang terendahp2.400 per Kg.
Namun, beberapa dijual lebih rendah dari harga tersebut. Yakni, Rp1.370 per Kg dari Rp1.500 per Kg di PT Daria Dharma Pratama. Diikuti di PT Usaha Sawit Mandiri turun dari Rp1.480 per Kg menjadi Rp1.280 per Kg, serta Rp1.350 di PT Bumi Mentari Karya dari sebelumnya Rp1.500.
Kemudian di Riau, harga TBS sawit periode 15-21 Juni 2022 tercatat Rp2.726,70 per Kg, naik tipis dari pekan sebelumnya, yaitu Rp2.720,66 per Kg.
Akibat anjlok harga itu, petani itupun menggelar aksi bakar buah kelapa sawit di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, karena anjloknya harga tandan buah segar (TBS).
Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalteng Gusto Adrianus mengatakan aksi bakar sawit sebagai bentuk keprihatinan petani sawit. “Kami sengaja bakar TBS sawit karena tidak bisa dijual. Kalau dijual, kami mengalami kerugian karena harga TBS saat ini sedang tidak bagus, anjlok,” ujarnya.
Tadinya, petani kelapa sawit sangat senang dengan kebijakan dibuka kembali keran ekspor CPO oleh pemerintah pusat. Mereka berharap harga jual TBS sawit naik.
Namun, kenyataannya, sejak ekspor dibuka, harga kelapa sawit malah merosot hingga membuat petani sulit membeli pupuk untuk kebun kelapa sawitnya.
“Ternyata, dibuka ekspor itu ada berbagai aturan tambahannya dan hal tersebut dibebankan ke harga TBS sawit, sehingga dengan persoalan itu, petani sawit yang kena getahnya,” terang dia.
Di sisi lain, sambung Gusto, harga pupuk untuk perkebunan kelapa sawit naik signifikan, yakni hingga 300 persen. Dengan kondisi ini, petani kelapa sawit menjerit apabila persoalan tersebut tidak segera ditangani oleh pemerintah pusat. cnn/mb06