BANTUAN – Wali Kota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin secara simbolis menyerahkan bantuan sembako kepada ibu yang memiliki anak di bawah usia 2 tahun.
ORIENTASI – DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru mengadakan Orientasi Teknis Tim Pendamping Keluarga yang dibuka oleh Wali Kota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin. Kepala DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru Sri Lailana menyampaikan laporan kegiatan.
BANJARBARU – Pemko Banjarbaru terus berupaya mempercepat penurunan stunting di Kota Banjarbaru.
Salah satunya dengan menggelar Orientasi Teknis Tim Pendamping Keluarga di Aula Gawi Sabarataan Balai Kota Banjarbaru, Senin (25/4).
Acara dibuka Wali Kota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin SH MH, ddan dihadiri Ketua Perwakilan BKKBN Prov Kalsel Ir H Ramlan MA, Kepala DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru Dra Sri Lailana, TP PKK Kota Banjarbaru, Camat serta Ketua TP PKK Kecamatan se Kota Banjarbaru dan para kader KB serta undangan lainnya.
Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin mengatakan, orientasi ini sangat penting sebagai media peningkatan wawasan dan kemampuan kader-kader tim pendamping keluarga.
Tentunya dari kegiatan ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi, komunikasi dan sosialisasi antara kader tim pendamping keluarga, untuk saling menyempurnakan dan mendukung keberhasilan program-program di daerah masing-masing.
Aditya menjelaskan, sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas merupakan syarat untuk membawa negara, bangsa, masyarakat dan daerah ke arah kemajuan.
Namun, penyiapan sumber daya manusia unggul masih terkendala tantangan yang bernama stunting.
Berdasarkan data survei status gizi balita Indonesia tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
“Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Namun, Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Pemerintah Kota Banjarbaru dalam rangka mewujudkan misi tersebut terus melakukan berbagi upaya, seperti penandatanganan komitmen bersama percepatan penurunan stunting dengan melibatkan lintas sektor terkait, sebut Aditya.
Upaya lainnya adalah pemberdayaan tim pendamping keluarga, yang terdiri dari bidan, kader pkk dan kader keluarga berencana.
Tim pendamping keluarga bertugas mengedukasi, sosialisasi dan screening pencegahan stunting pada 3 kelompok sasaran, yaitu calon pengantin, ibu hamil, dan keluarga yang memiliki anak di bawah 2 tahun. “Ketiga kelompok sasaran ini memang yang paling beresiko tinggi mengalami kasus stunting,” katanya.
Menurut Aditya, deteksi dini terhadap resiko stunting terus dimasifkan. Keberadaan tim pendamping keluarga diharapkan, bisa memperluas cakupan penemuan potensi stunting di masyarakat, sehingga semakin awal ditemukan, akan semakin cepat diintervensi.
Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel Ir H Ramlan MA mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi apa yang telah dilakukan Wali Kota Banjarbaru, terkait penurunan angka stunting di Banjarbaru.
Ramlan mengatakan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Otaknya hanya 35 % saja dan itu sangat sulit menerima ilmu atau pendidikan. “Diharapkan melalui tim pendamping keluarga ini kita dapat menurunkan angka stunting di daerah kita,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru Dra Sri Lailana menyampaikan, ada sebanyak 66 tim pendamping keluarga di seluruh kelurahan di Kota Banjarbaru. Pendamping terdiri dari 3 orang, yang dikoordinasi oleh bidan atau tenaga kesehatan, kader PKK dan Kader KB, jumlah se Kota Banjarbaru 498 Kader.
Dimana, keluarga yang menjadi sasaran pendampingan oleh tim keluarga adalah remaja atau calon pengantin atau calon pasangan usia subur 3 bulan, sebelum terjadinya pernikahan atau sebelum berkeluarga, pasangan usia subur, ibu hamil dan pasca persalinan serta keluarga yang memiliki anak 0 – 23 bulan, dan keluarga yang memiliki anak usia 24 sampai 59 bulan. hum/dio