JAKARTA – Pemerintah mewacanakan kenaikan harga BBM Pertalite hingga LPG 3 Kg. Hal ini untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang pemerintah dalam mengantisipasi harga minyak dunia yang masih tinggi.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan sinyal kenaikan BBM jenis Pertalite secara bertahap dan gas elpiji 3 kg.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, sebagian besar masyarakat diyakini belum siap jika harga-harga kebutuhan pokok ini naik.
“Kalau ditanya konsumen siap atau tidak, tentu sebagian besar menjawab tidak, makanya pemerintah harus berdiri di tengah sebagai policy maker, melihat semua aspek secara menyeluruh sebelum menerapkan kenaikan harga,” ungkapnya dalam Market Review IDX Channel, Senin.
Lebih lanjut, struktur masyarakat Indonesia dari sisi kemampuan finansial cukup kompleks, ada masyarakat mendekati miskin, miskin, hingga sangat miskin.
Pergeseran harga komoditas penting seperti BBM, LPG dan listrik tentu akan menggeser jumlah masyarakat yang tadinya mendekati miskin menjadi miskin dan seterusnya.
Kemudian lanjut dia masyarakat memang sudah memahami bahwa sebagian komoditas energi Indonesia diimpor dari luar negeri. Indonesia ‘hanya’ bisa memproduksi minyak dengan kapasitas 700-800 ribu barel, namun kebutuhan dalam ngeri mencapai 1,6 juta barel.
“Tapi jika kebijakan ini bersama-sama dilakukan, impactnya perlu dimitgasi. Perlu diperhatikan, target berapa persen, aspek makronya yang terdampak apa saja perlu dikalkulasi,” ungkap Komaidi.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira menilai naiknya gas elpiji 3 kg jenis subsidi berisiko terhadap daya beli 40% kelompok pengeluaran terbawah sangat besar.
“Harusnya wacana kenaikan harga gas elpiji 3 kg lebih baik di tutup buku saja, tidak perlu disampaikan pemerintah. Karena naiknya berisiko terhadap daya beli 40% kelompok pengeluaran terbawah sangat besar,” kata Bhima Yudhistira.
Kemudian, lanjut dia untuk Inflasi diperkirakan menembus 5% di 2022 apabila pemerintah bersikeras naikan harga pertalite dan gas elpiji 3 kg secara bersamaan.
“Mau tidak mau masyarakat kelas bawah akan tetap pakai gas elpiji 3 kg subsidi karena kebutuhan utama. Akhirnya berimbas kemana mana termasuk naiknya angka kemiskinan,” urainya.
Daya beli langsung turun karena sebelumnya gas elpiji non-subsidi naik sebanyak 2 kali, banyak yang turun kelas konsumsi gas elpiji 3 kg. okz/mb06