JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis angka inflasi tahun 2022 tetap terjaga dikisaran 2 sampai 4 persen. Hal ini menjawab keresahan masyarakat atas kenaikan sejumlah komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina.
“Secara keseluruhan asesmen kami sejauh ini. Kami masih confident, inflasi masih bisa terjaga di sasaran 2-4 persen,” ujar Gubernur Bank Indonesia dalam acara konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta.
Meski begitu, Perry mengakui konflik antara Rusia dan Ukraina berpotensi mengerek laju kenaikan harga pangan hingga komoditas energi. Mengingat, kedua negara yang bersitegang tersebut merupakan salah satu produsen pangan dan energi global.
“Tidak dipungkiri tekanan geopolitik meningkatkan tekanan harga. Yang suda terjadi sekarang tekanan harga pangan dan juga harga energi,” bebernya.
Untuk itu, Bank Indonesia bersama KSSK akan terus aktif dalam melakukan pemantauan harga pangan maupun energi terkait perkembangan konflik Rusia dan Ukraina.
Selain itu, Bank Indonesia bersama pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga pangan. Antara lain dengan meningkatkan koordinasi erat dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPI). “Tentu saja, kami akan terus memantau kenaikan harga ke depannya,” tandasnya.
Sebelumnya, hasil Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia (BI) menyatakan, perkembangan harga pada minggu pertama April 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,68 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm). Secara tahun kalender sebesar 1,89 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,20 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyatakan, komoditas utama penyumbang inflasi April 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu minyak goreng sebesar 0,24 persen secara mtm. Diikuti bensin 0,18 persen secara mtm, daging ayam ras 0,08 persen secara mtm.
Selanjutnya, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen mtm, cabai merah dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,03 persen mtm, sabun detergen bubuk/cair sebesar 0,02 persen mtm. Kemudian, daging sapi, bawang putih, tempe, jeruk, bayam, kangkung, ayam goreng, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
“Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu tomat -0,02 persen secara mtm dan angkutan udara -0,01 persen secara mtm,” Kata Erwin dalam keterangannya.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk tetap mendorong pertumbuhanekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat. rep/mb06