
JAKARTA – Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) menyatakan isu kenaikan harga daging sapi menjelangHari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Pelaku usaha menilai pergerakan harga yang terjadi merupakan bentuk penyesuaian seiring dinamika biaya dan pasokan.
Gapuspindo menyampaikan keterangan tersebut dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Harga Pangan yang digelar Badan Pangan Nasional (Bapanas) di Jakarta, Kamis (18/12/2025). Dalam forum tersebut, asosiasi memastikan stok daging sapi berad dalam kondisi aman dan penyaluran ke pasar berjalan normal sepanjang periode Natal dan Tahun Baru.
“Untuk Natal dan Tahun Baru, stok cukup. Harga ini bukan kenaikan, tetapi penyesuaian. Kami masih mejual di bawah harga acuan sapi hidup,” kata perwakilan Gapuspindo Joni Liano.
Joni menjelaskan harga beli sapi hidup saat ini berada di kisaran 3,65 dolar AS per kilogram. Kondisi tersebut dinilai masih memungkinkan pelaku usaha menjual sapi hidup di bawah rentang Harga Acuan Pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah.
Kami sepakat dengan arahan pemerintah, semua pihak harus berjalan seimbang. Pedagang berjalan, penjual berjalan, konsumen juga terlayani. Kami tidak melampaui harga acuan,” ujarnya.
Pemerintah melalui Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024 telah menetapkan HAP di tingkat produsen dan konsumen. Untuk sapi hidup di tingkat produsen, HAP berada pada kisaran Rp 56.000 hingga Rp 58.000 per ilogram.
Di tingkat konsumen, HAP daging sapi segar atau chilled paha depan ditetapkan sebesar Rp 130.000 per kilogram dan paha belakang Rp 140.000 per kilogram. Untuk daging sapi beku paha depan, HAP berada di angka Rp 105.000 per kilogram, sedangkan daging kerbau beku sebesar Rp 80.000 per kilogram.
Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas telur. Pinsar Petelur Nasional mencatat harga telur menjelang Natal dan Tahun Baru bergerak melandai dan tidak mencerminkan lonjaka sebagaimana yang beredar di publik. rep/mb06

