Rabu, Agustus 27, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Mekanisme Islam Mencegah Generasi dari Perilaku Tawuran

by Mata Banua
11 Juli 2024
in Opini
0

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd (Penulis, Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi)

Tawuran lagi-lagi pecah di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos muncul di balik terjadinya aksi tawuran. Tawuran tersebut melibatkan warga RW 01 dan RW 02 pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam. Tawuran terjadi dipicu warga saling ejek. Padahal awal tahun lalu, telah dibuat deklarasi damai buntut tawuran serupa.

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\27 Agustus 2025\8\Nizar Al Farisy.jpg

Peraturan Daerah Sebagai “Magnum Opus”

26 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\27 Agustus 2025\8\8\Gennta Rahmad Putra.jpg

Mungkinkah Dunia Jatuh Dalam Kediktatoran Baru?

26 Agustus 2025
Load More

Kapolres Metro Jaktim Kombes mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan tawuran kembali terjadi. Dia merinci seperti faktor ekonomi, pendidikan, kehidupan sosial, dan budaya. Selain itu, pengawasan orang tua yang kurang.

Lurah Cipinang Besar Utara (CBU) angkat bicara terkait tawuran yang kerap terjadi di Bassura, Jaktim. Dia menyebut adanya provokasi pihak luar menjadi salah satu pemicunya. Selain provokasi pihak luar, ia mengaku mendapatkan informasi tawuran tersebut juga dijadikan muatan konten di media sosial pelaku (detik.com).

Kepolisian mengungkap tawuran tersebut hanya ditujukan untuk membuat konten dan menambah followers sehingga bisa mendapatkan imbalan. Tawuran secara live juga terjadi di Surabaya. Sebanyak enam orang remaja anggota gengster yang menamai diri “Pasukan Angin Malam” diringkus polisi Kamis (27/6/2024). Mereka diringkus saat hendak tawuran. Meski belum tawuran para pelaku telah bersiap dengan membawa celurit, gergaji dan parang (idntimes.com).

Sungguh miris, tawuran remaja masih terus terjadi. Bahkan, dilakukan dengan cara kekinian demi mendapatkan cuan. Hal ini menunjukkan rusaknya generasi, dan menunjukkan betapa kebahagiaan berdasarkan materi telah menghunjam kuat dalam diri umat termasuk generasi. Generasi telah kehilangan jati dirinya sebagai pemuda Muslim yang seharusnya taat kepada Allah dan membawa kebaikan bagi masyarakat.

Mereka tidak memahami tujuan hidup yang benar di dunia ini. Sebaliknya, telah terpengaruh pemikiran sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Alhasil mereka berperilaku liberal, melakukan apapun yang diinginkan. Bahkan, menghalalkan segala cara untuk mengejar materi.

Semakin banyaknya remaja terseret tawuran menggambarkan gagalnya sistem pendidikan hari ini dalam mencetak generasi berkualitas. Pasalnya, sistem pendidikan yang diterapkan berasas sekuler. Sehingga bukannya memahamkan jati dirinya yang hakiki, pemikiran sekuler liberal semakin menguat dalam diri mereka.

Pendidikan sekuler sebenarnya buah penerapan sistem kehidupan Kapitalisme. Sistem ini telah menjauhkan negara sebagai raa’in atau pengurus umat. Salah satunya membentuk kepribadian mulia pada diri generasi. Negara hanya memandang sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang dibangun untuk memenuhi kepentingan para kapital. Tak heran, banyak remaja yang pandai, namun krisis moral.

Di sisi lain, negara gagal menghindarkan generasi dari tontonan yang tidak mendidik dan tidak menuntunnya bertindak benar, termasuk bagaimana menyalurkan naluri baqa’ (eksistensi diri) dengan benar. Karena itu, problem tawuran untuk mendapat cuan sebenarnya bukan sekadar problem personal. Akan tetapi problem sistemik, yakni akibat penerapan sistem kehidupan Kapitalisme oleh negara.

Berbagai kerusakan yang menimpa umat tak lepas dari ideologi Kapitalisme yang mendominasi dunia. Dengan prinsip sekularisme liberalisme, mereka bertindak semaunya tanpa mau terikat dengan aturan Sang Pencipta. Padahal, tanpa bimbingan wahyu Allah, dunia akan rusak karena kerakusan dan keangkaramurkaan manusia. Laluapakahkondisiiniharusterusdilanjutkan?

Solusi tuntas problem ini adalah hadirnya negara yang berperan sebagai raa’in atau pengurus umat yang bertanggung jawab membentuk ketakwaan individu masyarakatnya dan membangun suasana takwa pada setiap individu. Negara yang dimaksud adalah negara Islam (Khilafah). Khilafah berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi Kapitalisme sekuler yang merusak kepribadian mereka.

Hal ini diwujudkan negara melalui penerapan sistem pendidikan Islam yang memiliki tujuan luhur, yakni memahamkan tujuan hidup setiap Muslim untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi umat. Selain itu, pendidikan Islam juga akan menjadikan anak dapat bertahan hidup dalam situasi apapun dengan tetap terikat aturan Allah dan Rasul-Nya.

Negara juga berkewajiban menyaring dan mencegah tontonan yang tidak mendidik dan menjerumuskan pada krisis moral. Seperti konten kekerasan, porno, atau tayangan yang mengajarkan nilai-nilai liberal. Pendidikan berbasis sistem Islam memadukan tiga peran sentral, yakni keluarga, masyarakat, dan negara.

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah ujung tombak lahirnya bibit unggul generasi. Khususnya ibu merupakan sekolah pertama anak-anaknya. Seorang ibu akan mendidik dan membentuk kepribadian anaknya berbasis akidah Islam. Dengan keimanan yang kokoh generasi akan selalu terdorong beramal shaleh dan terjauhkan dari segala perbuatan maksiat.

Perilaku masyarakat dalam sistem Islam akan selalu kondusif. Masyarakat dibentuk menjadi masyarakat bertakwa yang senantiasa ber-amar ma’ruf nahi munkar. Masyarakat seperti ini akan membentuk suasana yang baik dan positif bagi generasi. Sebab generasi akan melihat perbuatan-perbuatan baik masyarakat dan menjadikannya sebagai ukuran kebaikan bagi dirinya.

Adapun negara Khilafah akan menyelenggarakan pendidikan secara komprehensif. Negara berkewajiban menyediakan fasilitas pendidikan memadai mulai dari kurikulum berbasis akidah Islam, sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga pengajar profesional, hingga sistem gaji guru yang menyejahterakan.

Dengan demikian, tidak ada satu individu pun yang tidak mengenyam pendidikan karena terhalang biaya. Terbentuknya kepribadian Islam dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh rakyat. Demikianlah mekanisme Khilafah mampu mencegah generasi dari perilaku buruk yang merusak dirinya dan masyarakat.

UmatIslamakanmeraihkemenanganjikadanhanyajikamenerapkanisial-Qur’an dan Sunnah secara menyeluruh. Itulah Islam kaffah. Hal itu membutuhkan institusi negara yang dijalankan sesuai sistem hukumIslam.

Alhasil, ajaran Islam justru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Itulah juga yang dipraktikkan Rasulullah Saw. Beliau contohkan bagaimana mengatur urusan individu, masyarakat, dan negara berdasarkan syariah Islam. Semestinya, itu pula yang dilakukan umatnya hari ini.[]

 

 

Tags: Nor AniyahTawuran
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA