Kamis, Agustus 21, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Pupuk Subsidi Dijual di Atas HET

by Mata Banua
2 Juli 2024
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2024\Juli 2024\3 Juli 2024\7\7\BERITA-FOTO HAL  EKONOMI (03 - Juli )\master 7.jpg
PUPUK SUBSIDI – Maraknya penjualan pupuk bersubsidi di atas HET ditenggarai akibat kios pengecer membebankan biaya operasional kepada harga penjualan kepada petani. Para penyalur menganggap nilai margin fee pupuk subsidi terlalu kecil, yaitu Rp50 per kilogram untuk di tingkat distributor dan Rp75 per kilogram untuk di tingkat kios pengecer.(foto:mb/ant)

 

JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Ke­mendag) membeberkan penyebab ma­rak­nya penjualan pupuk bersubsidi di atas har­ga eceran tertinggi (HET).

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\21 Agustus 2025\7\hal Ekonomi 21 Agustus) )\master 7.jpg

Bulog Wajibkan Pembelian Beras SPHP via Aplikasi

20 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\21 Agustus 2025\7\hal Ekonomi 21 Agustus) )\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

60 Persen Penyaluran KUR Terserap ke Sektor Produksi

20 Agustus 2025
Load More

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Ba­rang Penting, Ditjen Perdagangan Dalam Ne­geri Kemendag Bambang Wisnubroto me­ng­atakan, penjualan pupuk bersubsidi di atas HET disebabkan karena kios pengecer me­m­bebankan biaya operasional kepada harg­a penjualan kepada petani.

Adapun, HET pupuk bersubsidi 2024 di­te­tapkan sebesar Rp2.250 per kilogram un­tuk pupuk urea, Rp2.300 per kilogram untuk pupuk NPK, Rp3.300 per kilogram untuk pupuk NPK formula khusus, dan Rp800 per kilogram untuk pupuk organik.

“Kios pengecer membebankan biaya jarak, biaya bongkar muat, biaya ad­mi­nistrasi kios, fotocopy laporan hingga jar­i­ng­an wifi kepada petani,” ujar Bambang dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Selasa.

Selain itu, kata Bambang, para dis­tributor hingga kios pengecer juga terus me­ngeluhkan margin fee dari penyaluran pupuk ber­subsidi.

Para penyalur menganggap nilai margin fee pupuk subsidi terlalu kecil, yaitu Rp50 per kilogram untuk di tingkat distributor dan Rp75 per kilogram untuk di tingkat ki­os pengecer.

Para penyalur pupuk subsidi, kata Bambang, mengharapkan adanya kenaikan mar­gin fee penjualan pupuk subsidi. Mu­sababnya, sudah hampir 13 tahun besaran margin fee penjualan pupuk subsidi disebut belum pernah berubah.

Kendati begitu, Bambang menyebut bah­wa kewenangan penetapan margin fee pupuk subsidi berada di ranah Kementerian Per­tanian. Dia mengakui bahwa menaikkan mar­gin fee akan berpengaruh terhadap besaran HET pupuk bersubsidi.

“Kami sangat mendorong apabila bisa di­lakukan penyesuaian terkait dengan ma­r­gin fee sebagai insentif para distributor dalam menyalurkan pupuk subsidi,” kata Bambang.

Adapun, berdasarkan catatan Pupuk In­donesia Holding Company (PIHC), total pen­yaluran pupuk subsidi hingga 30 Juni 2024 mencapai 3,11 juta ton atau baru 32,6% dari total alokasi tahun ini 9,55 juta ton.

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi membeberkan, sejumlah penyebab realisasi penyaluran pupuk subsidi cenderung lambat.

Rahmad membeberkan, hingga Mei 2024, terdapat 58% petani yang terdaftar dalam e-RDKK belum menebus jatah pupuk subsidinya. “Setelah kami evaluasi, ada lima hal yang menjadi perhatian. Jadi mungkin pembaharuan data dan sosialisasi harus ditingkatkan,” ujar Rahmad .

Rahmad mengatakan, alasan sebagian petani belum menebus pupuk subsidi lantaran menganggap alokasi atau jatah pupuk subsidi terlalu kecil.

Para petani enggan mengeluarkan biaya per­­­jalanan ke kios pertanian untuk me­nem­bus pupuk dalam volume yang sedikit. Se­lain itu, Rahmad membeberkan bahwa ter­dapat koreksi nilai penyaluran pupuk subsidi di tingkat distributor dan kios pertanian men­capai Rp15,6 miliar pada Maret 2024. Jawa Timur menjadi wilayah terbanyak terjadi koreksi penyaluran pupuk subsidi. “Ini karena pemahaman aparat atau petugas di daerah tidak seperti di Jakarta, jadi mereka menterjemahkan petunjuk teknis dengan berbagai variasinya. Ini men­ye­bab­kan kios dan distributor menjadi super hati-hati dalam penebusan, sehingga mem­per­lam­bat penebusan,” jelasnya. bisn/mb06

 

 

Tags: Pupuk Subsidi
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA