
BANJARMASIN – Baru berjalan satu tahun, kini destinasi wisata Kampung Ketupat sudah tak lagi beroperasi. Kuat dugaan karena merugi.
Berdasarkan pantauan jejakrekam.com, Senin (6/5) di lapangan, nampak gerbang masuk menuju lokasi tersebut tertutup tanpa ada penjagaan sama sekali.
Menilik ke dalam kawasan, belasan tenant pedagang dan UMKM juga tampak tutup. Pemandangan jalan di dalamnya pun tak terurus dengan daun kering dan rumput liar yang berserakan.
Baik itu area tenant, ampiteater hingga taman bermain pun menampakkan pemandangan yang sama, kosong tak terurus. Hal ini menguatkan kesan, bahwasanya kawasan wisata itu telah lama tak beroperasi.
Padahal, Kampung Ketupat ini sempat digadang-gadang akan menjadi tempat wisata baru yang ramai dan menarik perhatian. Baik untuk wisatawan ataupun masyarakat Banjarmasin.
Dari informasi yang dihimpun di lapangan, destinasi wisata baru itu memang sudah tidak beroperasi lagi.
Hal ini pun dibenarkan oleh salah seorang warga yang tim jejakrekam.com temui di sekitar kawasan wisata tersebut. “Saya dengar, pembangun sekaligus pengelola kawasan ini merugi,” ucapnya, pada Senin (6/5).
Ia melanjutkan, penyebabnya diduga karena minimnya pengunjung yang datang ke Kampung Ketupat. “Setahu saya, itu aliran listrik dan air ledengnya juga sudah diputus,” ungkapnya.
Tak diketahui sejak kapan waktu pastinya kondisi tersebut telah terjadi. Namun dirinya mengungkapkan hal itu telah berlangsung dari sebulan yang lalu. “Bahkan sebelum bulan puasa (Ramadhan) tadi sudah tutup,” tandasnya.
Hal serupa juga dikatakan Asmiah, salah satu warga dan pengerajin bungkus ketupat di sekitar daerah itu. Dimana sudah sejak beberapa bulan lalu Kampung Ketupat tak lagi beroperasi.
Disinggung apa penyebabnya, Asmiah mengaku tidak tahu. Tapi tanda-tanda tidak beroperasinya itu menurutnya sudah lama terdengar.
“Bahkan ada kabar, bahwa gaji petugas kebersihan di sana tidak dibayar selama dua bulan. Belum lagi, soal sepinya kunjungan,” tutupnya.
Beralih ke Kartinah, mantan pedagang yang sempat menyewa tenant di sana. Dirinya bahkan mengaku telah mengundurkan diri dari bulan Januari yang lalu.
“Saya mundur karena sepi sekali pengunjungnya. Saya pun tau itu tutup baru-baru ini saja,” ungkapnya.
Bahkan, bebernya, karena sepinya pengunjung yang datang, dirinya malah merugi ketika membuka tenant di sana.
Pasalnya, di samping harus membayar karyawan, di sana juga per bulan harus membayar listrik dan air Rp 300 ribu per bulannya. “Belum lagi ada bagi hasil dengan pengelola, sekitar 10 persen dari penjualan,” bebernya. Kondisi itu dialami selama berbulan-bulan.
Diungkapkannya, hal tersebut mulai terjadi ketika pengunjung yang ingin masuk harus membayar tiket. “Kalau awal-awal memang ramai, bahkan sehari itu ada yang sampai jutaan omsetnya,” ungkapnya.
“Itu saat pengunjung masuk gratis, setelah dipungut biaya mulai sepi,” tambahnya.
Karena dirasanya peluang bisnis tak lagi menguntungkan di sana, akhirnya Kartinah memilih untuk mengundurkan diri, daripada harus merugi lebih besar.
Diketahui, sebelumnya destinasi wisata baru itu berasal dari program pembenahan atau revitalisasi kawasan Kampung Ketupat. Dengan tujuan menghidupkan lahan yang tidak terpakai.
Proses revitalisasi berlangsung sejak Agustus 2022. Kemudian rampung dan mulai dioperasionalkan di pertengahan 2023 tadi.
Berdiri di atas tanah seluas 800 meter persegi milik Pemkot Banjarmasin, lalu dikelola oleh PT Juru Supervisi Indonesia, sebagai pihak ketiga. Dengan nilai investasi mencapai Rp 6 miliar.
Kerja sama investor dengan Pemko Banjarmasin itu akan berlangsung hingga 15 tahun ke depan. Dalam bentuk perjanjian pemanfaatan lahan.
Hingga dalam perjalanannya, PT Juru Supervisi Indonesia berhasil menyulap kawasan tersebut menjadi area food court, dilengkapi dengan bangunan ampiteater untuk kegiatan kesenian, hingga area bermain.
Sehingga selain digadang akan sebagai ikon baru dengan bangunan khas ketupat raksasanya. Kawasan itu juga diharapkan menjadi destinasi wisata alternatif
Adapun terkait nasib operasional destinasi wisata baru itu, mencoba untuk mengonfirmasi Head of Business Development PT Juru Suversvisi Indonesia, M Wahyu B Ramadhan.
Namun, hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan. Nomor handphone yang dihubungi, juga tidak aktif. jjr