
JAKARTA – Dampak ekonomi selama bulan ramadhan dan lebaran mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan atau sering dikatakan sebagai dampak musiman. Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa, yang menjadi bagian dari perayaan tahunan ini.
Seperti diketahui, setiap menjelang lebaran, masyarakat akan mengeluarkan belanja untuk keperluan hari raya, seperti kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan transportasi. Terlebih dengan adanya THR, dimana PNS menerima tunjangan kinerja dan gaji ke-13 lebih awal, dan libur cuti bersama yang cukup panjang pada tahun ini, pengeluaran dan belanja masyarakat saat mudik dan lebaran, juga mendorong geliat UMKM serta pariwisata, terutama di daerah, baik di kampung halaman dan daerah wisata.
Sementara itu, Bank Indonesia menyiapkan kebutuhan uang layak edar sebesar Rp 197,6 triliun atau meningkat 4,65 persen dibandingkan kebutuhan pada tahun 2023. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan uang dan kebutuhan penukaran uang menjelang Lebaran.
Dampak ekonomi ramadhan dan lebaran akan mempengaruhi kuartal I dan kuartal II 2024. Dengan target pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2 persen, efek musiman ramadhan dan lebaran akan mendorong pertumbuhan kuartal I dan kurtal II 2024 mencapai lebih dari 5 persen (yoy). Hal ini didorong oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang diprediksi meningkat selama bulan suci ramadhan dan perayaan Idul Fitri.
Berkaca pada data historis, konsumsi rumah tangga pada saat ramadhan dan lebaran tahun lalu tumbuh sebesar 5,23 persen secara tahunan pada kuartal II tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi selama kuartal II 2023, yaitu 5,17 persen (yoy) juga merupakan pertumbuhan tertinggi selama tahun tersebut, dikarenakan adanya faktor musiman pendorong, yaitu konsumsi rumah tangga saat bulan ramadhan dan lebaran, dan berkontribusi sebesar 53,31 persen terhadap pertumbuhan dari sisi pengeluaran.
Perputaran nilai ekonomi selama periode bulan suci dan hari raya Idul Fitri juga dapat mendorong UMKM meraup keuntungan. Pasalnya, sejak awal ramadhan, viralnya “war takjil” merupakan indikasi bahwa potensi pasar UMKM meningkat selama bulan ramadhan, terutama sektor makanan dan minuman.
Tidak hanya peningkatan pangsa pasar bagi kelompok Muslim yang mencari takjil, namun juga tradisi musiman berburu takjil juga sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia secara umum.
Terlebih lagi, menjelang hari raya, pesanan hantaran dan perayaan hari raya, menjadi peluang UMKM. Tidak hanya itu, pergerakan masyarakat selama mudik ke kampung halaman juga dapat mendorong pertumbuhan di daerah, terlebih bagi UMKM di daerah dan juga di kawasan wisata.
Persiapan kebutuhan menjelang hari raya, seperti makanan, pakaian, kebutuhan perawatan dan kesehatan menjadi, tidak dapat dipisahkan menjadi permintaan yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Dengan perubahan pola belanja masyarakat beberapa tahun belakangan ini, terlebih sejak pandemi, belanja secara daring melalui platform digital mengalami peningkatan pada periode menjelang bulan puasa dan lebaran. rep/mb06