Minggu, Juli 20, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Minim Antisipasi, Kasus DBD Mengancam Keselamatan Generasi

by Mata Banua
27 Februari 2024
in Opini
0
D:\2024\Februari 2024\28 Februari 2024\8\8\Master opini.jpg
(foto:mb/web)

 

OLEH: MASTIKA WATI. SE (Ibu Rumah Tangga di Batola)

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\18 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Pentingnya Guru Terlatih Bimbingan Konseling

17 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\18 Juli 2025\8\8\foto opini 1.jpg

Menjamin Kualitas Pangan dari Negara

17 Juli 2025
Load More

Kewaspadaan terhadap penyakit di musim hujan patut menjadi atensi seluruh pihak salah satunya demam berdarah dengue (DBD). Belum genap dua bulan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Baubau sudah mencatat 40 kasus DBD menyerang masyarakat diawal tahun 2024. Jumlah kasus cukup meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu dan beruntung pasien demam berdarah yang dirawat di rumah sakit dan puskemas tidak sampai meninggal dunia.

Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Baubau Yuslina menyebutkan kasus deman berdarah paling banyak menyerang anak-anak dan usia produktif, Sebaran kasus DBD tertinggi paling banyak di wilayah perkotaan yang padat rumah penduduk khususnya permukiman dekat timbulan sampah dan drainase.

“Januari 2024 kita sudah ada 30 kasus dan sampai hari ini 7 februari sudah 40 kasus, dan ini meningkat,”ungkapnya.

Yuslina memprediksi puncak tertinggi kasus demam berdarah dimulai Januari hingga maret, kemudian biasanya melandai di pertengahan tahun dan meningkat kembali saat November.

Ketika musim hujan, kita harus sadar bahwa nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) akan berisiko lebih banyak ditemukan di lingkungan sekitar tempat tinggal.

Telur nyamuk yang selama musim panas bertahan di tempat yang kering akhirnya menetas ketika tergenang air. Dalam sekali bertelur, nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab demam dengue, bisa mengeluarkan 100 telur.

Secara morfologi, nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan garis-garis putih keperakan pada bagian badannya, terutama pada bagian kaki. Itu sebabnya, nyamuk ini juga dikenal berwarna belang hitam-putih. Nyamuk ini cenderung lebih aktif pada pagi dan sore hari, meskipun terkadang juga menggigit pada malam hari.

Nyamuk Aedes aegypti senang bersembunyi di tempat yang gelap dan lembab, baik di dalam maupun luar rumah, seperti di tumpukan gantungan baju di belakang pintu, kolong tempat tidur, ataupun di antara rumput liar yang tumbuh di halaman rumah. Karena itu, pastikan untuk rajin membersihkan rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Banjarmasin juga mengalami lonjakan. Bahkan sudah muncul satu kasus kematian.

Merespons itu, Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina menertibkan surat edaran (SE). Ditujukan ke semua kecamatan dan kelurahan. Isinya, seruan agar masyarakat turun bergotong royong membersihkan lingkungan dari sarang jentik nyamuk.

Terpisah, Camat Banjarmasin Barat, Ibnu Sabil mengaku sudah meminta para lurah untuk mengerahkan para ketua rukun tetangga (RT) untuk menggelar gotong royong.

“Edaran itu sudah disebar ke sembilan lurah di Banjarmasin Barat,” ujar Ibnu. Saat ini, jumlah kasus DBD telah meningkat dari 17 kasus menjadi 22 kasus. Dengan satu kasus kematian di Telaga Biru, Banjarmasin Barat pada akhir pekan tadi.

Tercatat 1.062 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di 13 kabupaten kota di Kalimantan Selatan, hingga 27 Januari 2024. Dimana 8 diantaranya sudah menyebabkan kematian. Tertinggi di kabupaten Tapin dengan 3 kematian dan di Tanah Laut dengan 2 kasus kematian.

Meski begitu, hingga saat ini, pemerintah provinsi masih belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, dr. Diauddin, kepada wartawan belum lama tadi di Banjarmasin.

Data Dinas Kesehatan Provinsi menyebutkan, kasus DBD tertinggi pada Januari 2024 ini, terjadi di kabupaten Banjar dengan 222 kasus. Disusul Hulu Sungai Tengah 155 kasus, Tapin 148 kasus dan Hulu Sungai Selatan dengan 147 kasus, serta kota Banjarbaru dengan 106 kasus. Sementara kabupaten kota lainnya, mencatatkan kasus di bawah angka 100

Indonesia, sebagai negara endemik dengue, menghadapi tantangan yang sama setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga minggu ke-52 tahun 2023 mencatat 98.071 kasus dengan 764 kematian.

Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof Dr dr Nila Djuwita F A Moeloek SpM(K) mengatakan bahwa sinergi dan peran aktif masyarakat diperlukan untuk menanggulangi DBD, yang dimulai dari tingkat keluarga sebelum langkah nasional yang lebih besar.

DBD adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa langkah yang harus dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak bukan hanya keluarga tetapi juga masyarakat bahkan negara.

Kesadaran masyarakat akan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan juga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat dibutuhkan. Tidak bisa satu atau dua keluarga saja yang sadar akan kepentingan hal tersebut tetapi harus dengan kesadaran seluruh masyarakat.

Didalam sistem kapitalisme liberal saat ini sangat sulit mewujudkan kesadaran hidup bersih. Banyak masyarakat yang masih tinggal dibantaran sungai dan menggunakan air sungai sebagai sumber air nya.

Begitu pula masih banyak orang yang tinggal dibawah jembatan yang tidak memiliki air bersih untuk kehidupan mereka. Hal ini tentu berpengaruh besar pada kesehatan mereka dan pastinya membutuhkan peran negara dalam menyelesaikan kondisi sulit masyarakat.

Selain itu, kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat harus dipahami sejak dini. Begitu juga adanya pencegahan harus dipahami juga sejak dini. Maka, adanya sistem yang kuat dalam mengontrol kesadaran masyarakat ini juga diperlukan peran aktif negara.

Sehingga langkah-langkah antisipasi dapat berjalan secara sistemik dan kasus DBD tidak akan terus meningkat. Namun, lagi-lagi sulitnya melakukan pencegahan sejak dini didalam sistem kapitalisme ini sangat dirasakan. Peran negara untuk berpartisipasi menjaga kesehatan masyarakat dan perduli pada masyarakat hari ini juga sangat minim.

Pada akhirnya, hanya sebagian masyarakat yang mampu mengantisipasi dan menjaga kesehatan mereka karena kemampuan secara finansial. Dari sisi menjaga makanan dan kebersihan. Adapun jika masyarakat yang tidak mampu secara finansial, hanya sebatas bisa mendapatkan makanan dan minuman tanpa mempertimbangkan kebersihan nya.

Jika pun kasus DBD masih terus meningkat ketika sudah diantisipasi maka dibutuhkan juga kesiapan rumah sakit yang disediakan oleh negara untuk menangani penderita DBD yang membutuhkan rawat inap.

Negara akan memfasilitasi kebutuhan tersebut, karena layanan kesehatan adalah kebutuhan masyarakat dan bersifat mutlak. Seluruh lapisan masyarakat harus mendapatkan hak yang sama dalam menikmati fasilitas kesehatan dari negara secara cuma-cuma. Negara harus menyiapkan mekanisme akses rumah sakit dengan mudah, tepat dan gratis.

Negara juga mengoptimalkan edukasi pada masyarakat tentang PHBS dan upaya pencegahan penularan DBD serta berbagai hal yang dapat dilaksanakan di tingkat rumah tangga. Selain itu, negara juga Menyiapkan upaya pencegahan dengan teknologi unggul dan merata disemua wilayah.

Semua langkah-langkah tersebut hanya bisa diwujudkan secara sempurna jika kita menerapkan sistem syariat islam kaffah (khilafah) dalam kehidupan. Islam telah menjadikan kebersihan dan kesehatan sebagai hal penting sebagaimana ajaran Rasulullah SAW.

Begitu pula anjuran islam agar setiap muslim menjaga kebersihan dan kesehatan seharusnya menjadi kebiasaan bagi setiap muslim. Selain itu, kesehatan adalah hal pokok yang harus dipenuhi oleh negara bagi rakyat nya secara cuma-cuma dan merata.

Negara di dalam pandangan islam mempunyai partisipasi yang besar dalam menjaga kesehatan masyarakatkan. Menjaga kebersihan dan kesehatan bukan hanya dibimbau dari tingkat keluarga tetapi juga masyarakat dan negara.

Negara harus mampu membuat aturan yang tepat agar masyarakat bersama-sama menjaga kesehatan.

Jika terjadi banyak kasus seperti DBD maka negara harus sigap dan menyediakan fasilitas kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Khilafah akan membiayai kesehatan masyarakat dari pos-pos pemasukan baitul maal.

Seperti itulah cara Islam dalam menjaga kebersihan dan kesehatan masyarakat mulai dari tatanan individu sampai ke tatanan negara.

Wallahua’lam Bisshawab.

 

 

Tags: DBDMastika Wati
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA