Sabtu, Agustus 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Teori Belajar Humanisme

by Mata Banua
5 November 2023
in Opini
0

D:\2023\November 2023\6 November 2023\8\8\muhammad rafiq fadil.jpg

Muhammad Rafiq Fadhil (Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga)

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\1 Agustus 2025\8\8\Kwik Kian Gie.jpg

Kwik Kian Gie, Sang Nasionalis dan Penjaga Nalar Ekonomi Bangsa

31 Juli 2025
D:\2025\Agustus 2025\1 Agustus 2025\8\8\foto opini 1.jpg

PPATK Blokir Rekening Dormant: Langkah Berani Tumbangkan Judol

31 Juli 2025
Load More

Kemampuan setiap orang untuk memahami pembelajaran berbeda-beda. Ada yang bisa cepat paham ketika dia membaca, ada yang cepat paham ketika mendengarkan, dan ada juga yang cepat paham ketika diperagakan. Terdapat berbagai cara pola dan metode pembelajaran, dan setiap orang memiliki cara pembelajaran yang berbeda pula.

Bagi seorang tenaga pendidik, mengemban tanggung jawab yang besar dalam melakukan pekerjaannya untuk mencerdaskan bangsa bukan perkara mudah. Maka dari itu, proses pengajaran juga membutuhkan persiapan baik dan matang untuk memastikan bahwa materi atau pengetahuan dapat tersampaikan dengan baik.

Selain itu, mengajarkan ilmu pengetahuan bukan merupakan pekerjaan mudah sesederhana memberikan materi. Melainkan ada kewajiban besar di baliknya, dimana mereka dituntut untuk membuat murid-murid dengan kemampuan yang berbeda bisa memahami satu kurikulum pelajaran yang sama.

Untuk itu perlu dipahami apabila mengajar tidak sekedar menyampaikan materi tapi lebih dari itu, mengajar merupakan bagaimana guru melakukan pendekatan sistematis dan psikologis terhadap muridnya untuk memahami mereka.

Sebab, hanya dengan memahami murid seorang pendidik mampu mengetahui bagaimana treatment yang benar supaya ilmu pengetahuan dapat tersampaikan dengan baik pada muridnya. Dalam membahas pendekatan belajar, mungkin hal yang sudah biasa di kalangan para tenaga pengajar dan guru. Tapi bisa jadi hal tersebut begitu asing bagi para orang tua dan lainnya.

Padahal apapun profesi kita saat ini, cepat atau lambat semua orang juga akan menjadi calon orang tua dimana juga membutuhkan edukasi terhadap pendekatan belajar untuk anak-anak mereka nantinya.

Dalam tulisan ini, akan membahas salah satu teori pendekatan belajar yaitu teori humanisme, yang mungkin dapat memberikan gambaran bagi para calon guru, calon pengajar bahkan calon orang tua di masa depan.

Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme adalah teori belajar yang bertujuan menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan dan bisa membuat orang mampu dalam mengenali diri sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda, oleh karena itu bagi para pengajar tidak dapat hanya menggunakan satu teori saja dalam melakukan pengajaran terhadap muridnya.Ada banyak teori belajar yang bisa disesuaikan dengan karakter dan kemampuan murid salah satunya teori belajar humanisme.

Teori Pembelajaran Humanisme Menurut Carl Ransom Rogers

Menurut Carl Ransom Rogers teori belajar humanisme yaitu proses belajar yang membutuhkan sebuah sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan guru,tanpa adanya prasangka dari kedua belah pihak ,dengan begitu proses belajar akan berjalan dengan baik. Menurut R.Rogers juga bahwa belajar harus melibatkan sisi intelektualitas dan emosional pesertadidik. Oleh karena itu, motivasi belajar wajib dimiliki oleh individu yang sedang belajar. (Viandari, 2021)

Roger membedakan dua ciri belajar,yaitu:

1). belajar yang bermakna dan

2). belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.

Menurut Rogers ada tiga unsur penting dalam belajar :

1) Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin dicari penyelesaiannya.

2) Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut. Pada tahap ini, sikap terbentuk melalui proses kenyataan-penerimaanpengertian-empatik.

3) Adanya sumber belajar, baik manusia maupun bahan tertulis atau cetak.

Keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh Rogers terletak pada sumbangannya (peserta didik) terhadap kesadaran akan kemampuan diri sendiri karena pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Teori Pembelajaran Humanisme Menurut Arthur Combs

Menurut Arthur Combs pengertian teori belajar humanisme adalah teori belajar yang memanusiakan manusia. Pembelajaran tersebut berpusat pada kepribadian. manusia. Teori ini juga berfokus pada bagimana pendidikan menghasilkan sesuatu yg efektif dengan cara meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang dimiliki seseorang. Arthur Combs juga berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didiknya mau belajar apabila materi pelajarannya disusun sebagaimana mestinya. Pendidik dapat juga memahami perilaku peserta didiknya jika ia mengetahui bagaimana peserta didik mempersepsikan perbuatannya pada situasi tertentu. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses pembelajaran.

Adapun penerapan dari teori belajar humanisme dan sosial, yaitu :

1) merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2) menerapkan kontrak belajar pada peserta didik

3) mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, aktif dalam prosespembelajaran dalam artian dapat mengemukakan pendapatnya

4) memberikankesempatankepadapesertadidikuntukmaju mempresentasikan hasil dari apa yang mereka kerjakan.

Teori Pembelajaran Humanisme Menurut Abraham Maslow

Abraham Maslow terkenal sebagai bapak aliran humanistic ia mengemukakan bahwa seseorang berperilaku pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Maslow percaya bahwa manusia begerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisamungkin. Teori yang sangatterkenal adalah teori hirarki kebutuhan Maslow. Maslow menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Andi Setiawan, tanpa tahun). Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmani yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis (Wasitohadi, 2012).

Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri. Edukasi yang berhasil pada intinya adalah kecakapan menghadirkan makna antara pendidik dengan pembelajar sehingga dapat mencapai tujuan menjadi manusia yang unggul dan bijaksana. Maksudnya ialah menuntun peserta didik bahwa mereka butuh pendidikan karakter. Pendidik memfasilitasi siswa menggali, mengembangkan danmenerapkan kecakapan-kecakapan yang mereka punya supaya mampu memaksimalkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Dengan cara mengaktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. (Ibid, tanpa tahun)

Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang dimulai dari yang terendah yaitu: 1) fisiologis, 2) rasa aman, 3) cinta dan rasa memiliki, 4) harga diri, 5) aktualisasi diri (Jhon W. Santrock, tanpa tahun)

This tendency might be hrase as the desire to become more and more what one idiosyncrati “Self-actualization, namely, tothe tendency for him to become actualized. cally is, to become everything that one is capable of becoming”. Artinya bahwa kebutuhan aktualisasi diri adalah kecenderungan seseorang untuk mengerahkan semua kemampuan atau keinginannya secara terus menerus dalam menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun seseorang individu telah memenuhi kebutuhan kebutuhan diatas, baik kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan percintaan dan rasa mempunyai, meliputi kebutuhan akan rasa penghargaan, ia masih akan diliputi oleh emosi yang tidak puas. Ketidak puasan ini berasal dari dorongan dirinya yang terdalam, karena merasa ada kualitas atau potensi dirinya yang belum teraktualisasikan. Pada intinya seseorang individu akan dituntut untuk jujur terhadap semua potensi dan sifat yang ada pada dirinya.

Teori Pembelajaran Humanisme Menurut Jurgen Habermas

Menurut Jurgen Habermas, belajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungan belajarnya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Karena, antara dua itu saling keterkaitan. (Budinigsih, 2004 ). Bisa dikatakan, teori belajar humanisme dan sosialadalah teori pembelajaran yang sistem pembelajarannya sesuai dengan psikologi manusia. Belajar dengan adannya interaksi antara individu dengan lingkungan alamsekitarnya dan lingkungan sosialnya. Teori belajar humanisme sifatnya lebih mengarah di bidang kajian filsafat, teori kepribadian, psikologi, dan psikoterapi. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep pembelajaran untuk membentuk seseorang untuk bisa menggapai apa yang di harapkannya di masa depan nantinya serta tentang proses belajar dalam bentuk yang ideal.

Ada tiga tahapan belajar menurut Jurgen Habermas, yaitu;

1) Belajar Teknis (Technical Learning)

Belajar teknis merupakan belajar tentang cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara baik dan benar. Dalam belajar teknis ini, seseorang belajar tentang pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar dapat mengelola lingkungan alam dengan baik dan benar. Seperti pada bidang ilmu pengetahuan dan sains.

2) Belajar Praktis (Practical Learning)

Belajar praktis merupakan belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya. Kegiatanbelajar lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Belajar teknis ini digunakan dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, psikologi, antropologi, dan lain sebagainya.

3) Belajar Emansipatoris

Belajar emansipatoris merupakan cara belajar seseorang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan maupun perkembangan budaya dalam masyarakat pada zaman yang modern ini. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengetahuan dan kereativitas untuk mendukung terjadinya perkembangan budaya di masyarakat tersebut.

Ketika seseorang memiliki pemahaman serta kesadaran dengan kondisi perubahan dan perkembanagn budayanya, maka seseorang tersebut dianggap telah mampu mencapai tahap belajar yang paling tinggi.

Dari tahapan pembelajaran tersebut, siswa diharapkan mampu mencapai kesadaran tentang dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya, inti dalam teori pembelajaran humanisme adalah mencapai kearifan serta kebijaksanaan hidup.

Sehingga, siswa dapat mengenali dirinya dan lingkungannya, serta peran sosialnya yang harus dilakukan di lingkungan hidupnya, yang pada akhirnya siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dengan maksimal. (Widya, 2018)

Kelebihan

Berikut ini kelebihan dari teori belajar humanistik yang mampu membawa manfaat bagi setiap individunya.

*Meningkatkan minat belajar individu

*Membantu membentuk kepribadian, perubahan sikap kearah yang positif dan hati nurani.

*Membantu meningkatkan kreativitas setiap orang.

*Membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik.

*Mampu menghadirkan sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada setiap individu.

*lMengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi diri.

Kekurangan

Akan tetapi teori ini juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin akan tidak tepat apabila diterapkan pada beberapa anak.

*Teori humanistik ini dapat memunculkan perilaku individualis.

*Apabila tidak ada kesungguhan dari murid untuk belajar maka proses belajar pun bisa dianggap gagal.

*Tenaga pengajar sebagai fasilitator menjadi minim peranan.

*Pendekatan belajar humanistik ini tidak dapat digunakan untuk metode pembelajaran praktis.

*Akan munculnya perbedaan yang signifikan terhadap murid satu dengan yang lainnya sehingga timbul kesenjangan.

Aplikasi dalam Pembelajaran

Dalam teori ini seorang pengajar bertugas sebagai fasilitator, oleh karena itu langkah berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dilakukan selaku fasilitator.

1.Pada awal pertemuan, seorang guru dapat memberikan motivasi supaya murid mau dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

2.Tujuan pembelajaran dipaparkan oleh guru, namun apabila ada murid yang belum memahaminya guru dapat menjelaskan ulang untuk memastikan murid benar-benar tahu arah pembelajarannya.

3.Penting bagi pengajar ataupun guru untuk memahami ciri dan karakter murid yang akan diajarkan, supaya dapat menyesuaikan keinginan murid.

4.Memfasilitasi sumber materi melalui berbagai media kreatif supaya murid tidak bosan, seperti buku atau modul pelajaran dan perangkat audio visual.

5.Menjalin komunikasi yang baik dengan murid supaya proses belajar tetap terkendali.

6.Mendorong murid untuk semakin meningkatkan kreatifitas dan supaya lebih peka terhadap diri sendiri dan sekitarnya.

7.Menjaga suasana belajar supaya selalu kondusif.

8.Melakukan kegiatan yang mendorong murid untuk selalu aktif selama proses belajar berlangsung.

Bagi para tenaga pengajar maupun calon guru, dalam prakteknya teori belajar humanistik ini juga membutuhkan pemahaman teori belajar lainnya supaya dapat berjalan dengan baik. Berbagai metode belajar dapat dilakukan pada berbagai cara pendekatan seperti yang telah dipaparkan dalam buku teori belajar dan pembelajaran berikut.

Aplikasi dalam Kehidupan

Dapat disimpulkan bahwa, teori humanistik adalah sebuah teori untuk pendekatan belajar yang lebih humanis atau manusiawi. Bukan semata-mata karena teori lain tidak manusiawi, melainkan untuk memberikan sebuah proses pengalaman belajar yang relevan dengan murid yang bersangkutan.

Dengan begitu harapannya supaya murid yang melakukan pendekatan belajar ini mencapai hasil maksimal karena mereka menikmati proses belajar yang baik. Hasil maksimal disini juga tidak sekedar nilai yang baik dalam bidang akademis, melainkan juga menghasilkan pribadi yang jauh lebih baik.

Dari sini peranan guru yang meskipun terkesan minimal, namun sebenarnya berperan cukup besar. Membimbing murid dan terus memotivasinya juga merupakan hal tidak mudah, karena hal tersebut tidak bisa diraih hanya dari membaca buku panduan semata melainkan melalui pengalaman seorang tenaga pengajar untuk bisa menyikapi muridnya.

Selain itu dalam proses belajar humanistik, murid juga diberikan tanggung jawab yang besar terhadap pembelajarannya yang akan mampu mempengaruhi hasil belajar di masa mendatang. Maka diantara keduanya, dibutuhkan sebuah kerjasama yang baik, seimbang dan saling memahami satu sama lain.

Akan tetapi sebagai sebuah teori yang dirumuskan manusia, teori humanis ini juga tidak selalu bisa diterapkan sama rata pada setiap anak karena pada dasarnya setiap manusia itu berbeda dari segi kemampuan dan perilakunya. Begitu juga teori lainnya seperti teori kognitif dan behavioristik, meskipun pada dasarnya setiap teori saling terhubung dan melengkapi.

 

 

Tags: Belajar HumanismeMahasiswa UIN Sunan KalijagaMuhammad Rafiq Fadhil
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA