
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan potensi tekanan inflasi menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), seiring lonjakan harga sejumlah komoditas pangan strategis, terutama cabai rawit dan minyak goreng.
Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Ponco Adi menyebut kedua komoditas tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus lantaran sudah berada pada level harga tinggi dan disertai tren kenaikan yang signifikan.
“Ada dua komoditas yang perlu mendapt perhatian khusus karena level harga dan perubahan harganya yang relatif sudah tinggi, yaitu cabai rawit dan minyak goreng,” kata Windhiarso.
Pada pekan ketiga Desember 2025, harga cabai rawit mengalami lonjakan tajam dibandingkan bulan sebelumnya dan telah melampaui harga acuan penjualan (HAP) Rp40.000-Rp57.000 per kilogram.
Bahkan, cabai rawit mengalami kenaikan indeks perubahan harga (IPH) di 76,67% wilayah di Indonesia. Data menunjukkan, rata-rata harga cabai rawit naik 52,86% dibandingkan November 2025 menjadi Rp66.841 per kilogram.
Sementara itu, harga rata-rata beras medium, premium, hingga stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog di tingkat konsumen berada pada tren menurun menjelang momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 09.00 WIB pada Senin harga rata-rata beras medium secara nasional dibanderol Rp13.361 per kilogram di tingkat konsumen, atau turun 13,8% dari HET nasional yang ditetapkan sebesar Rp13.500-Rp15.500 per kilogram.
Sementara itu, harga rata-rata beras premium secara asional di tingkat konsumen mencapai Rp15.393 per kilogram. Harganya berada di rentang HET nasional Rp14.900-Rp15.800 per kilogram.
Untuk harga rata-rata beras SPHP Bulog terpantau berada di level Rp12.444 per kilogram di tingkat konsumen secara nasional, atau turun 7,82% dari HET nasional Rp12.500-Rp13.500 per kilogram. bisn/mb06

