
BANJARMASIN – Kesehatan mental ibu tak lagi bisa dipandang sebagai isu domestik semata. Ia adalah fondasi ketahanan keluarga sekaligus penentu kualitas generasi masa depan. Kesadaran inilah yang mengemuka dalam Seminar Kesehatan Mental Ibu yang digelar Pemerintah Kota Banjarmasin bersama TP PKK Kota Banjarmasin, Kamis (18/12), di Hotel Fugo, bertepatan dengan peringatan ke-97 Hari Ibu.
Mengusung tema “Perempuan Berdaya dan Berkarya Menuju Indonesia Emas 2045”, seminar ini dihadiri jajaran pimpinan SKPD di lingkungan Pemko Banjarmasin, pengurus PKK kota, kecamatan, hingga kelurahan, serta perwakilan berbagai organisasi perempuan. Tidak hanya kaum ibu, sejumlah bapak turut hadir sebagai bentuk dukungan terhadap kesehatan mental keluarga secara utuh.
Walikota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR, menegaskan bahwa perhatian terhadap kesehatan mental ibu merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah dalam membangun masyarakat yang sehat secara menyeluruh.
“Kegiatan dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-97. Pemko berkomitmen terus memberikan dukungan dan semangat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental ibu,” ujar Yamin.
Menurutnya, ibu memiliki peran strategis sebagai penopang utama kehidupan keluarga. Ketahanan mental seorang ibu berpengaruh langsung terhadap suasana rumah, pola asuh anak, hingga produktivitas anggota keluarga lainnya.
“Seminar ini menjadi salah satu fondasi penting bagi para ibu. Mereka bukan hanya pendamping, tetapi penguat, pemberi semangat, dan sumber doa bagi keluarga. Ketika mental ibu kuat, keluarga juga akan kuat,” tambahnya.
Seminar ini diarahkan sebagai ruang pemulihan dan refleksi bersama. Ketua TP PKK Kota Banjarmasin, Hj. Neli Listriani, menyebut kegiatan ini untuk saling berbagi dan menguatkan. “Kami mengundang berbagai organisasi perempuan, PKK kecamatan dan kelurahan, untuk bersama-sama membahas kesehatan mental ibu. Tujuannya agar sesama ibu bisa saling berbagi, saling menginspirasi, dan melakukan refleksi diri,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa beban ganda ibu baik sebagai pengelola rumah tangga maupun sebagai individu yang aktif di masyarakat sering kali tidak diimbangi dengan ruang untuk mengekspresikan kelelahan mental. “Ibu itu tidak pernah libur. Walaupun ada hari libur atau peringatan Hari Ibu, pekerjaan rumah tetap berjalan. Di sinilah pentingnya ruang seperti ini, tempat ibu bisa mengeluh, bertukar pikiran, dan saling menguatkan,” katanya.
Baginya kesehatan mental ibu berdampak langsung pada tumbuh kembang anak. “Kalau ibunya sehat secara mental, insyaallah akan melahirkan anak-anak yang cerdas dan sehat secara emosional,” ujarnya.
Antusiasme peserta terlihat dari keterlibatan aktif ibu-ibu dalam diskusi. Banyak peserta memanfaatkan sesi dialog untuk menyampaikan keluhan seputar pengasuhan anak, tekanan ekonomi keluarga, hingga kelelahan emosional yang selama ini dipendam. “Selain silaturahmi, para ibu sangat antusias karena bisa saling bertukar pendapat tentang keluhan rumah tangga, cara mengurus anak, dan bagaimana menyikapi tekanan sehari-hari,” ungkap Neli.
Kegiatan ini menjadi langkah awal perumusan kebijakan berbasis kebutuhan nyata masyarakat.
Seminar Kesehatan Mental Ibu ini menegaskan bahwa membangun kota tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal merawat ketahanan psikologis warganya terutama kaum ibu yang menjadi pondasi awal pembentukan karakter anak masa depan. via

