
BANJARMASIN – Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, hingga Oktober 2025 telah terjadi 106 kali kejadian bencana alam, seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung dan gempa bumi.
“106 kali bencana alam itu di dominasi angin ribut atau angin puting beliung sebanyak 55 kali,” ucap Kabid Penanganan Bencana pada Dinas Sosial Provinsi Kalsel H Achmadi SSos, Rabu (5/11).
Madi –sapaan akrabnya—menyebutkan, bencana alam angin puting beliung itu terbanyak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) 17 kali, di susul Kota Banjarmasin 13 kali dan Kabupaten Banjar 11 kali.
Kemudian, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) lima kali, Barito Kuala (Batola) empat kali, Banjarbaru dua kali, serta Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Tengah (HST) dan Tanah Laut (Tala) masing-masing satu kali.
“Sementara untuk bencana alam banjir hingga Oktober 2025 terjadi sebanyak 34 kali, terbanyak di Kabupaten Banjar tujuh kali, HST ada enam kali, dan Batola lima kali,” katanya.
Selanjutnya, lanjut dia, Kabupaten Tapin mengalami bencana banjir sebanyak empat kali, Hulu Sungai Utara (HSU) tiga kali, HSS dan Tala masing-masing dua kali, Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Balangan, Tabalong dan Tanbu masing-masing satu kali.
Ia menambahkan, untuk bencana alam tanah longsor terjadi sebanyak 15 kali, terbanyak di Kabupaten Balangan lima kali, di susul Kabupaten Banjar empat kali, HSS tiga kali, Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Kabupaten Tapin masing-masing satu kali.
“Sedangkan bencana alam gempa bumi hingga Oktober 2025 terjadi tiga kali di Kabupaten HSU, Batola dan Tanbu masing-masing satu kali,” ujarnya.
Madi menyebutkan, akibat bencana alam hingga Oktober itu menyebabkan 67.719 kepala keluarga (KK) atau 190.981 jiwa terdampak, dan dua orang di antaranya meninggal dunia, yakni di Banjarbaru dan Kabupaten Banjar.
Selain itu, bencana alam tersebut juga menyebabkan 10 rumah penduduk mengalami kerusakan berat, 126 mengalami rusak sedang, dan 59.450 buah rumah rusak ringan.
Menyinggung kerugian akibat bencana alam tersebut, Madi menyampaikan sementara asumsi kerugian Rp 130,888 miliar, terbesar di alami Kabupaten Banjar Rp 76,314 miliar.
Selain itu, Kabupaten Tala sekitar Rp 21,045 miliar, Batola di taksir Rp 14,207 miliar, HSU sekitar Rp 11,586 miliar, Tapin sekitar Rp 2,177 miliar, dan HST mencapai Rp1,632 miliar.
Selanjutnya, Kabupaten HSS sekitar Rp 1,540 miliar, Kota Banjarbaru sekitar Rp 1,102 miliar, Kabupaten Balangan Rp 657 juta, dan Kota Banjarmasin sekitar Rp 543 juta. ani

