Mata Banua Online
Selasa, Desember 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Tapin prioritaskan irigasi sawah di tengah konflik antar sektor

by Mata Banua
22 Juni 2025
in Daerah, Lintas
0

 

IRIGASI-Bupati Tapin H. Yamani (tengah) dan Plt. Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Kementerian Pertanian Husnain (dua dari kiri) saat diwawancarai oleh media terkait persoalan distribusi air irigasi yang tidak merata dari bendungan Tapin, di Rantau, Kabupaten Tapin, Kamis (19/6/2025). (foto:mb/ant)

RANTAU-Pemerintah Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, menggelar rapat koordinasi lintas sektor guna mencari solusi atas persoalan distribusi air irigasi yang kian mendesak menyusul ancaman gagal panen di lahan sawah wilayah hilir.

Berita Lainnya

Alumni Akpol 2005 kirim bantuan korban bencana alam di Sumatera

Alumni Akpol 2005 kirim bantuan korban bencana alam di Sumatera

1 Desember 2025
APBD Kabupaten Balangan 2026 turun drastis

APBD Kabupaten Balangan 2026 turun drastis

30 November 2025

Plt. Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Kementerian Pertanian Husnain mengatakan bahwa sekitar 2.300 hektare sawah di Kalimantan Selatan, termasuk Tapin, terancam gagal panen akibat tidak meratanya aliran air dari Bendung Tapin.

“Persoalan muncul dari rebutan air antar sektor-pertanian, perikanan, dan pembangkit listrik. Beberapa pintu air ditutup sepihak, sehingga saluran utama tak lagi menjangkau lahan-lahan di hilir,” kata Husnain, di Rantau, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalsel, Kamis.

Bupati Tapin H. Yamani menyebutkan pentingnya keadilan dalam pembagian air dan menempatkan pertanian sebagai prioritas utama.

“Kita tak ingin ada satu sektor yang mendominasi. Pertanian menyangkut hajat hidup banyak orang, jadi harus ada mekanisme yang adil dan terpantau,” ujarnya.

Yamani menyebutkan, Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan telah mencatat bahwa potensi lahan irigasi di Tapin masih belum dimanfaatkan secara optimal.

“Defisit air rutin terjadi setiap musim tanam. Untuk itu, pemanfaatan air untuk tambak dibatasi maksimal 72 hektare guna menjamin ketersediaan bagi sawah,” ucap Yamani.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya menambahkan masalah distribusi bukan sekadar volume air, tetapi juga tata kelola pintu air dan kapasitas saluran.”Kalau setiap sektor saling menutup aliran, krisis justru makin dalam. Perlu kesepakatan kolektif,” ujarnya.

Sebelumnya, kata dia, mediasi serupa telah digelar pada 28 Mei 2025, namun belum membuahkan kesepakatan jangka panjang.”Pemerintah daerah seharusnya segera membentuk satuan tugas pengendali irigasi sebagai langkah taktis mencegah konflik berulang,” kata Putu.

Selain Satgas pengendali irigasi, ucap Putu, peta distribusi air terpadu dan sinkronisasi kebijakan pusat-daerah juga diperlukan guna menjamin keberlanjutan produksi pangan di kawasan tersebut.{[an/mb03]}

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper