BANJARMASIN – Hingga 30 November 2024, telah terjadi sebanyak 88 kasus bencana alam di Provinsi Kalimantan Selatan dan masih didominasi bencana banjir dan angin puting beliung dan tanah longsor.
“Jika melihat data tersebut, selama bulan November 2024 terjadi 12 kali bencana alam atau meningkat dari Oktober,” kata Kabid Penanganan Bencana pada Dinas Sosial Provinsi Kalsel, H Achmadi, SSos, di Banjarmasin, Selasa (10/12).
Menurut Madi (sapaan akrabnya), peningkatan kasus bencana alam tersebut merupakan dampak dari peralihan musim dari kemarau ke musim hujan dan berdasarkan prakiraan BMKG bulan November merupakan awal musim hujan di Kalsel.
“Dari 88 kali bencana alam di Kalsel hingga 30 Novembar 2024 itu, sebanyak 30 kali merupakan bencana alam banjir, 19 kali tanah longsor, 30 kali angin puting beliung dan sembilan kali gempa bumi,” katanya.
Dari 30 kali bencana alam banjir di Kalsel tersebut terbanyak di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) sembilan kali, disusul Kabupaten Barito Kuala (Batola) empat kali dan masing-masing tiga kali di Kabupaten Kotabaru dan Hulu Sungai Utara (HSU).
Selanjutnya, tiga kali di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dan masing-masing dua kali di Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah (HST), sedangkan di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong masing-masing satu kali.
Sementara itu, ada 19 kali bencana alam tanah longsor terbanyak di Kabupaten Tanbu enam kali, disusul Kabupaten Kotabaru tiga kali, Kabupaten Banjar, Balangan dan Kota Banjarbaru masing-masing dua kali dan masing-masing satu kali di Kota Banjarmasin, Tapin dan HST serta Kabupaten Tanah Laut (Tala).
Untuk bencana alam angin puting beliung sebanyak 30 kali, terbanyak di Kabupaten Batola dan Kabupaten Banjar masing-masing tujuh kali disusul lima kali di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tiga kali di Banjarbaru.
Selain itu, tiga kali di Kota Banjarmasin, dua kali di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dan masing-masing sekali Kabupaten Tanbu, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Sedangkan bencana alam gempa bumi sembilan kali meliputi Kabupaten Tapin dan Kabupaten Tanbu masing-masing dua kali serta masing-masing satu kali di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Tabalong, Tala dan Kabupaten Kotabaru.
Madi menyebutkan akibat bencana alam di Kalsel hingga 30 November 2024 tersebut menyebabkan 27.901 kepala keluarga (KK) atau 88.152 jiwa terdampak, terbanyak di Kabupaten HSU sebanyak 14.543 KK atau 43.061 jiwa.
Kemudian, Kabupaten Tanbu sebanyak 7.565 KK atau 24.290 jiwa, Kabupaten HST tercatat 1.631 KK atau 5.369 jiwa, Kabupaten Tala sebanyak 1.588 KK atau 5.603 jiwa dan Kabupaten Batola sebanyak 1.319 KK atau 5.227 jiwa dan satu orang meninggal dunia.
Selain itu, bencana alam tersebut juga menyebabkan 171 buah rumah penduduk mengalami kerusakan berat, 41 buah rumah rusak sedang dan 37.922 buah rumah mengalami kerusakan ringan dan satu orang meninggal dunia serta empat orang luka-luka.
Akibat bencana alam di Kalsel hingga 30 November 2024 tersebut, kerugian ditaksir mencapai Rp195,928 miliar, terbesar diasumsi dialami Kabupaten HST mencapai Rp79,070 miliar dan Kabupaten Tabalong sekitar Rp60,110 miliar.
Selain itu, Kabupaten Tanbu ditaksir mencapai Rp35,740 miliar, Kabupaten Batola sekitar Rp9,265 miliar, Kabupaten Tanah Laut sekitar Rp8,215 miliar dan Kabupaten Tapin Rp980 juta, Banjar Rp888 juta dan Kabupaten Balangan Rp475 juta.
Dalam kesempatan itu, Madi berharap masyarakat terutama di kawasan yang rawan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung agar tetap mewaspadai, mengingat ada sejumlah daerah di Kalsel yang kondisi alamnya terbuka. ani