Tanggal 25 November lalumemiliki makna penting secara nasional dan internasional. Secara nasional, diperingati sebagai Hari Guru Nasional, momentum penghormatan terhadap dedikasi guru dalam membangun generasi bangsa. Secara internasional, diperingati sebagai Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, sebuah momentum untuk menyatakan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan pada perempuan.
Peringatan ke dua hari tersebut seolah saling melengkapi. Keduanya memberikan refleksi tentang peran sentral guru dan perempuandalam membentuk generasi penerus bangsa. Guru dan perempuan adalah arsitek peradaban, yang dari keduanya kita mengharapkan lahirnya generasi yang cerdas, tangguh, berdaya saing, berkarakter dan budi pekerti baik, dan seterusnya.
Sebagai pendidik, guru adalah pilar utama pendidikan formal yang mentransmisikan pengetahuan dan nilai-nilai karakter kepada siswanya. Tugas dan peran guru tidak hanya sebatas pada menyampaikan pengetahuan akademik. Lebih dari itu, guru adalah arsitek yang membangun karakter siswa sejak dini, serta menginspirasi mereka untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Guru menjadi figur panutan di sekolah yang membentuk cara pandang (worldview) siswa dalam melihat dunia dan memposisikan diri mereka di tengah masyarakat.
Sementara perempuan (ibu) adalah guru pertama dan utama bagi setiap individu sejak ia lahir. Perempuan adalah pilar fundamental peradaban. Dari rahimnya, lahirgenerasi yang diharapkan kelak menjadi penerus peradaban. Dalam lingkungan keluarga, perempuan menanamkan nilai-nilai dasar yang membentuk karakter anak sejak dini. Sementara di tengah masyarakat, perempuan berkontribusi di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan lainnya.
Karena itu, peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan sejatinya perlu menjadi momentum bagi kita semua untuk merefleksikan peran penting guru dan perempuan dalam masyarakat dan kehidupan berbangsa. Untuk itu, diperlukan langkah konkret untuk memperkuat peran guru dan perempuan sebagai arsitek peradaban.
Pertama, kesejahteraan dan profesionalisme guru perlu menjadi perhatian serius pemerintah, terutama dengan telah hadirnya tiga kementerian baru, sebagai pemecahan Kemendikbudristek, yang punya tugas khusus di bidang pendidikan. Pelatihan berkala dan berkelanjutan, pengurangan beban administratif, serta peningkatan gaji guru terutama yang berstatus honorer adalah langkah penting untuk memastikan guru dapat fokus pada tugas utama mereka: mendidik dan mencetak generasi yang berkarakter.
Kedua, penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan harus menjadi prioritas nasional. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku dan adil bagi korban, disertai dengan program pendampingan dan rehabilitasi untuk korban, adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi ruang gerak perempuan.
Ketiga, pemerintah perlu mempertimbangkan pentingnya mengintegrasikan pendidikan kesetaraan gender ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Untuk mendukung ini, guru (dan juga orang tua) perlu diberikan pelatihan khusus untuk mengenalkan konsep ini kepada siswa, sehingga generasi mendatang tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menghormati peran perempuan dan memahami konstruksi sosial gender di masyarakat.
Keempat, peran dan kontribusimasyarakat juga memiliki pengaruh penting. Masyarakat punya tanggung jawab untuk mendukung guru dan perempuan dalam menjalankan peran mereka. Penghargaan yang tulus, penghapusan stigma, lingkungan sosial yang aman dan nyaman, serta dukungan sosial komunitas adalah hal-hal kecil yang dapat memberikan dampak besar bagi guru dan perempuan.
Pada akhirnya, masa depan peradaban bangsa kita ditentukan oleh kualitas guru dan perempuan. Guru adalah pilar pendidikan, sementara perempuan adalah pilar kehidupan. Jika keduanya diberi tempat yang layak, dihargai dan dijaga, maka mereka akan melahirkan dan mencetak generasi unggul yang dengan itu peradaban yang lebih baik bukan hanya impian, tetapi kenyataan yang bisa kita wujudkan bersama. Mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 berada di tangan guru dan perempuan sebagai arsitek peradaban.