Oleh Khaerul Izan
Menjadi guru honorer yang hanya mengandalkan kemampuan dana sekolah untuk menggaji mereka, seringkali mewarnai keluh kesah para guru di beberapa daerah di negeri ini. Karena itu, para guru tersebut seringkali tidak mampu bertahan untuk terus mengabdi sebagai pendidik. Bagi mereka yang bersabar, justru merasakan berkah dengan program pengangkatan mereka menjadi pegawai dengan status PPPK.
Seorang guru yang berasal dari Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Putri menuturkan menjadi guru honorer sudah lebih dari 21 tahun dan selama itu pula ia tidak ada bayangan menjadi aparatur sipil negara (ASN) lewat program PPPK.
Selama itu, gaji yang didapatkan tentu jauh dari kata layak, namun ia terus bertahan karena ingin mengabdikan diri kepada masyarakat melalui jalur guru. Dia tetap mampu menjaga semangat menularkan ilmu di tengah keterbatasan fasilitas yang diterimanya.
Ketika ditemui ANTARA, beberapa waktu lalu, ia berturur, rasanya sudah pasrah menjadi guru honorer selama-lamanya. Ia bersyukur karena kesabarannya itu, ia bisa lolos dalam seleksi ASN lewat jalur PPPK.
Seorang guru lainnya di Kota Pekanbaru Muhamad Febriansetiana mengemukakan bahwa dengan berbagai program dari pemerintah, baik PPG maupun PGP, termasuk pengangkatan sebagai PPPK. para guru mendapatkan harapan baru untuk menjalani hidup dengan lebih sejahtera.
Menjaga profesi guru
Pendapatan guru yang tidak sebanding dengan pengabdiannya membuat dunia pendidikan harus berbenah, agar generasi muda mau memilih profesi sebagai guru dan menjadikan anak-anak sekolah kembali mau bercita-cita untuk berprofesi mencerdaskan bangsanya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendata hingga Mei 2024 jumlah guru di Indonesia sebanyak 2.996.818, baik yang berstatus pegawai negeri maupun honorer dan guru swasta.
Dari jumlah tersebut masih banyak guru yang mempunyai pendapatan di bawah kata layak. Untuk itu Kemendikbudristek terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang nantinya mereka menjadi guru bersertifikasi, sehingga mendapatkan penghasilan tambahan dari honor yang diterimanya dari sekolah.
Saat ini dari 2,9 juta guru di Indonesia baru ada 1,3 juta guru yang sudah tersertifikasi sedangkan 1,6 juta lainya masih belum tersertifikasi.
Dari 1,6 juta guru yang belum tersertifikasi yang masuk kriteria menjadi PPG hanya ada 1,2 juta, karena sisanya ada yang belum menamatkan jenjang pendidikan S1.
Pada tahun 2024 ini Kemendikbudristek mendata 589.589 guru sudah lulus menjadi PPG, sedangkan sisanya yaitu 713.582 guru masih belum mengikuti seleksi dan diharapkan pada tahun 2025 bisa mengikuti program tersebut.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Nunuk Suryani mengatakan program PPG ini bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada para guru.
Karena ketika guru mengikuti program tersebut, maka mereka akan menerima tunjangan dari pemerintah atas profesinya, dan itu adalah salah satu upaya dari pemerintah agar generasi muda berminat menjadi pengajar.
Perhatian pemerintah pada peningkatan kesejahteraan guru itu didasarkan pemikiran bahwa menjadi pengajar, sebagai panggilan hati, harus dibarengi dengan kesejahteraan secara ekonomi yang mereka terima setiap bulan.
Selain program PPG, Kemendikbudristek juga memiliki sejumlah program lainnya untuk menyejahterakan para guru, seperti Pendidikan Guru Penggerak (PGP).
Program PGP bertujuan memberikan ruang kepada para guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam hal pembelajaran. Hasilnya, dari awal program tersebut bergulir telah mengantarkan sebanyak 12 ribu lebih lulusannya menjadi kepala sekolah, dan ini tentu meningkatkan penghasilan mereka, termasuk bagaimana karir mereka diberikan ruang untuk menanjak.
Pada saat kunjungan ke Universitas Riau, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani mendapatkan informasi bahwa fakultas keguruan di kampus itu, saat ini mulai banyak peminatnya.
Kenyataan itu diduga kuat karena semakin banyaknya contoh-contoh guru yang hidupnya lebih sejahtera dibandikan dengan tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana yang pernah digambarkan oleh penyanyi legendaris Iwan Fals, dalam lagunya tentang kehidupan seorang guru, berjudul “Oemar Bakri”.
Anggota Komisi X DPR RI Muhamad Nur Purnamasidi mengingatkan penerbitan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 19 Tahun 2024 tentang Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai momentum mempercepat sertifikasi para guru.
Hal tersebut, sebagai langkah untuk mengantisipasi penurunan minat pada profesi guru sebagai tenaga pendidik dibandingkan dengan profesi lain, sehingga kita terhindari kenyataan mengalami “krisis guru” di kemudian hari.
Krisis atau kekurangan tenaga guru tentu menjadi ancaman bagi upaya pencapaian target Indonesia Emas Tahun 2045.
Mulai dirasakan
Program yang telah diupayakan oleh pemerintah terkait kesejahteraan tenaga pendidik itu mulai dirasakan oleh para guru yang mendapatkan kesempatan dan lulus dalam program tersebut.
Karena dengan mengikuti program PPG maupun PGP, para guru kini bisa meningkat kesejahteraannya dan tidak lagi dianggap sebagai profesi kurang bergengsi, bahkan kini tidak sedikit para guru yang bisa berkarir secara fungsional maupun struktural di pemerintahan.
Guru karir memang diperlukan agar ke depan kesejahteraan mereka lebih terjamin lagi. Langkah dari Kemendikbudristek yang memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih sejahtera perlu didukung oleh semua pihak. Semua itu bukan semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan guru, melainkan juga menyangkut masa depan generasi muda dan bangsa.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tanggung jawab semua pihak. Karena itu, ketika pemerintah telah berupaya keras meningkatkan kesejahteraan para pendidik, maka para guru yang telah menikmati kesejahteraan itu juga harus lebih menunjukkan komitmennya untuk bekerja secara profesional dan dedikasi yang tinggi untuk mengantarkan anak-anak didiknya menjadi manusia cerdas, baik secara pikiran maupun hati nuraninya.
Dengan kesejahteraan guru yang semakin meningkat, maka para guru akan lebih fokus menjalani pekerjaanya, sehingga mereka bisa bekerja dengan sepenuh hati untuk mendidik anak-anak muirdnya menjadi manusia berkarakter mulia. (ant)