
BANJARMASIN – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Asean Business Advisory Council (Asean-BAC) dan Borneo Economic Community (BEC) berkolaborasi menggelar Borneo Economic Forum (BEF) untuk memperkuat kerja sama dan pertumbuhan bersama di antara negara-negara Asean yang tergabung dalam Borneo Economic Community, Selasa (13/8).
Mengusung tema; Regional Connectivity: A Pathway to Inclusive Growth, ajang ini diharapkan dapat meningkatkan investasi ke Ibu Kota Nusantara (IKN), mendorong ekonomi Kalimantan secara merata, dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional demi mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H Sahbirin Noor dalam sambutannya yang di wakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Adi Santoso menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Kadin Indonesia dan Kadin Provinsi Kalsel atas terselenggaranya Borneo Economic Forum ini.
“Kami optimis Kalsel dengan posisinya sebagai gerbang IKN memiliki peluang besar di kancah Asean. Kesempatan meraih investor terbuka lebar jika kita pandai memanfaatkan momentum. Borneo Economic Forum memberikan kita kesempatan membuka akses kolaborasi yang lebih luas dan membangun konsolidasi dengan negara-negara Asean di bawah pendampingan Kadin Indonesia dan Borneo Economic Community,” ujarnya di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, Selasa (13/8).
Ketua ASEAN-BAC Indonesia sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menekankan pentingnya Forum Ekonomi Borneo sebagai wadah untuk membahas dan merumuskan solusi bagi pengembangan ekonomi di Pulau Kalimantan.
Menurutnya, dengan PDB gabungan sekitar USD 165 miliar, Borneo memiliki posisi strategis sebagai pusat integrasi ekonomi dan perdagangan regional, terutama dengan hadirnya IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
“Forum Ini merupakan upaya untuk mendukung pembangunan ekonomi di Pulau Kalimantan. Tentunya dengan hadirnya pusat pemerintahan baru di IKN, Borneo berperan penting menjadi salah satu Epicentrum of Economic Growth menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen yang di dorong oleh pemerintah terpilih Prabowo dan Gibran, sekaligus mengoptimalisasi potensi kolaborasi ekonomi di Borneo yang secara geografis berbatasan siaran pers untuk diterbitkan segera dengan negara tetangga Malaysia dan Brunei, sebagai bagian dari Good Neighbor Policy,” jelasnya.
Ia menambahkan, Borneo juga berpotensi menjadi pusat pengembangan ekonomi hijau yang berkelanjutan melalui solusi berbasis alam, energi terbarukan, ekowisata, dan pasar karbon.
Untuk itu, pembangunan infrastruktur yang terencana dan terintegrasi di Borneo sangat penting agar visi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat tercapai.
“Saya mengajak lebih banyak pengusaha, baik dari Indonesia, Sabah, Sarawak, maupun Brunei untuk memajukan Cross-Border Trade dan membangun infrastruktur serta project terbarukan. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan potensi besar Borneo sebagai pusat ekonomi hijau dan digital di Asean,” tambahnya.
Sementara, Ketua Asean-BAC Brunei Darussalam dan Co-Chair Borneo Economic Community Haslina Taib menegaskan BEC memiliki visi dan komitmen untuk memprioritaskan inklusi masyarakat dan UMKM dalam peluang ekonomi baru di bidang perdagangan lintas batas, investasi, masa depan pekerjaan, dan keberlanjutan.
Ia juga menekankan pentingnya Nusantara sebagai ibu kota baru Indonesia dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dan membangun pembangunan berkelanjutan di Borneo.
Diketahui, Borneo Economic Forum ini menghadirkan berbagai sesi diskusi panel yang berfokus pada tiga topik, yaitu perdagangan dan investasi, pembangunan manusia dan mobilitas, serta konektivitas infrastruktur.
Acara ini turut di hadiri perwakilan bisnis dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia, serta para pemangku kepentingan lainnya yang akan membahas peluang investasi dan kolaborasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Borneo dan mendukung pembangunan IKN Nusantara. rds