BERBICARA tentang Kang Yusran Pare adalah berbicara tentang sejarah Banjarmasin Post itu sendiri. Karena Kang Yusran ngetem dan berkarya di Banjarmasin Post (BPost) dalam rentang waktu yang lumayan panjang, selama total kurang lebih 20 tahun.
Perjalanan jusrnalistik si akang itu dimulai saat manajemen BPost memutuskan menjual sebagian besar kepemilikan sahamnya kepada KKG (Kelompok Kompas Gramedia) holding company yang bisnis awalnya adalah menerbitkan harian paling berpengaruh di Tanah Air, yakni “Kompas”.
Nah, Kang Yusran adalah salah satu jurnalis senior yang bernaung di bawah salah satu divisi usaha KKG, yakni PT Indopersda Primamedia (disebut juga Persda).
Persda berpusat di kawasan perkantoran KKG, kawasan Palmerah Selatan, Jakarta. (kami sering menyebutnya Mabes, Markas Besar). Di bawah Persda bernaung koran-koran daerah ternama, yang sebagian besar sahamnya tentu saja dimiliki KKG.
Dan Kang Yusran menjadi salah satu orang yang diterjunkan KKG begitu MoU bargaining diteken. Dengan tugas khusus, mengamankan jalur di Banjarmasin, yang bakal menjadi rekomendasi untuk tindakan selanjutnya. Biasanya akan disertai dengan menurunkan lagi lebih banyak kru KKG di berbagai divisi.
Bersama Kang Yusran juga dihadirkan Tim Asistensi yang juga terdiri para jurnalis senior Persda yang tugas awalnya sama dengan kang Yusran, melakukan scanning, dan tindakan emergency sesuai sikon.
Jadi, perjalanan Kang Yusran di Banjarmasin, berawal dari dimulainya kerjasama manajemen KKG dengan PT Grafika Wangi Kalimantan (GWK), holding companynya Banjarmasin Post di tahun 1994.
Perjalanan 20 tahun Kang Yusran di Banjarmasin Post dijalani dalam berbagai level karier, dari mulai menjadi anggota tim asistensi ketika tiba pertama kali di Banjarmasin. Kemudian menjadi Redaktur Pelaksana, Wakil Pemimpin Redaksi hingga menggapai puncak kariernya, sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred).
Jabatan-jabatan di atas sebenarnya menurut saya hanya formalitas. Karena sejatinya Kang Yusran dan tim asistensi adalah perwakilan dari pemilik. Selaku pemilik, dia adalah bos. Kira-kira demikianlah realitasnya.
Dalam statusnya sebagai jurnalis KKG, pada rentang waktu total di atas itu, Kang Yusran tidak selamanya mangkal di Banjarmasin.
Ada kalanya dia harus touring ke berbagai kota provinsi. Karena tugas awalnya sendiri memang adalah sebagai “dokter jurnalistik” , sebagai koki bagi dapur redaksi di berbagai koran daerah.
Sehingga ketika ada koran daerah yang membutuhkan ‘perawatan’, ‘pengobatan’, dan asupan gizi, Kang Yusran dan Tim asistensi (atau lebih tepatnya disebut Tim Kopassus) lah yang diterjunkan.
Kalau pasiennya sudah normal lagi sehat, status tindakan Kang Yusran dan tim diturunkan ke level refresh dan maintenance. Kalau statusnya sudah genuine, tinggal gas pol. Begitu seterusnya.
Begitu tunai tugas sebagai dokter koran, Kang Yusran pun kembali lagi ke home base keduanya yaitu di Banjarmasin Post. Setidaknya itu catatan yang saya ingat.
Kang Yusran terakhir berada di BPost dalam rentang tahun 2009 – 2016. Era di mana BPost dan koran-koran lainnya mulai mengurangi oplah edisi cetaknya. BPost ikut bertransformasi ke era Koran digital berbasis online dengan penguatan di lini masa sosial media (medsos).
Itu adalah era di mana koran edisi cetak tergerus oleh ekspansi media ber platform digital.
Kalau dulu bendera bisnisnya dari KKG adalah Persda (Pers Daerah, diambil dari legal company resminya PT Indopersda Primamedia).
Sekarang masih tetap dalam satu basket keranjang pemberitaan dengan sistem yang sama, yang dikendalikan di Palmerah Selatan Jakarta, yang kemudian bersulih nama menjadi “Tribunnews Network”.
Situs yang belakangan paling banyak dikunjungi, dan meraih berbagai award. Lantaran updatingnya yang detik per detik, sajian kontennya yang kekinian dan news networknya yang luas. Dan yang jelas, tidak perlu menjadi member.
Dan Kang Yusran, bukan saja menjalani, melainkan pula membidani, menukangi dan mengawalnya.
Dari era Banjarmasin Post dalam edisi koran cetak. Dan lalu kemudian bertransformasi ke era koran digital. Meski edisi cetak masih tetap hadir dalam oplah terbatas.
E-Newspaper BPost ini kemudian dikenal luas dengan edisi onlinenya bertajuk, “Tribunnews Banjarmasin”. Sesuai nama kota di mana koran itu beroperasi. Meski logo Banjarmasin Post tetap hadir di pojokan page situsnya.
Era cetak dan era digital. Dua masa berbeda, namun sarat tantangan bisnis yang tajam penuh tanjakan dan kelokan. Yang membutuhkan bukan saja effort, tapi juga naluri, knowledge dan lucky.
Di masa koran cetak, Kang Yusran dan tim harus berjuang merecovery BPost yang mengalami sakit kronis (mis manajemen, majemen keluarga, dan public accountability), bahkan nyaris kolaps. BPost waktu itu digambarkan terlihat manis di luar tapi keropos di dalam.
Meski menyandang nama besar, namun performa BPost waktu itu (di bawah tahun 1994) dalam status underrated. Underrated dalam perkara : oplah cetak dan jumlah pemasang iklan.
Dan Anda tahu, dalam bisnis media dahulu, dapurnya diasapi hanya oleh dua jalur itu.
Kesadaran owner akan kondisi ini, membuat BPost rela melebur diri bersama KKG sebagaimana saya paparkan di atas. Sebuah tindakan tepat, cepat dan terbukti benar sampai saat ini.
KKG sendiri bersedia amblalih tu, dari kang Yusran, sebagi tindakan penyelamatan bagi koran besar dan berpengaruh di Kalimantan. Supaya tidak larut dan karam.
Perjuangan Kang Yusran bersama Tim asistensi di divisi redaksi ataupu usaha), bersama para pimpinan, dan wartawan lokal, membuahkan hasil signifikan.
Terjadi peningkatan jumlah oplah cetak yang progresif, ,BPost bahkan genuine. Melakukan ekspansi ke berbagai sektor usaha.
Kenaikan kesuksesan berlanjut di masa reformasi tahun 1998, yang ditandai dengan kejatuhan Presiden Soeharto .
Melahirkan banyak media yang memiliki selling point: Tabloid BeBAS, Tabloid Serambi Ummah, Harian Metro Banjar, dan Tabloid Spirit Kalsel.
Beranak pinak di berbagai sektor usaha membuat BanjarmasinPost beubah nama menjadi Banjarmasin Post Group.
Perjuangan membenahi manajemen di semua lini, Selama 20 tahun, alias dua dekade. Dia sudah menjelma menjadi urang banjar asli, jurnalis banjar tulen, ketimbang sebagai wartawan asal Jakarta.
Selama 20 tahun lebih menggawangi BPost dan menjalani .itu bukan perjuangan receh dan abal-abal. Ada banyak. Kepada beliau lah, Kang Yusran Permana, Kang Yusran, Kang JPX berguru.
Sebagai manusia, Kang Yusran adalah hamba Tuhan biasa. Tapi sebagi jurnalis, dia adalah embah, empu, maha guru banyak wartawan di Indoneis,a dan itu layak dicatat memakai pena emas.
Ada masa pasang surut, ada masa pergolakan dan pergesekan dan ada masa kejayaan. Itu lumrah di media manapun di dunia.
Sebelum akhirya beliau cabut untuk penugasan baru di Jawa Tengah dan terakhir di kampung halamannya Jawa Barat.
Selama rentang waktu itu, saya hampir selalu bersama dia, kecuali saat era tahun 2005 ketika saya resign dari Banjarmasin Post.
Oleh Budhi Rifani
Mantan Redaktur Pelaksana Tabloid BeBAS