Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Krisis Beras Jilid 2 Mungkin Terjadi

by Mata Banua
5 Maret 2024
in Ekonomi & Bisnis
0

JAKARTA – Produksi padi tahun ini menjadi pertaruhan. Krisis beras jilid dua masih berpeluang terjadi.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengeklaim Indonesia telah berhasil melewati krisis beras tahap pertama yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Trio Motor Kumpulkan Komunitas Pecinta Honda

1 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\7\7\master 7.jpg

Beras SPHP Mulai Digelontorkan

1 Juli 2025
Load More

Selain importasi jutaan ton, upaya lainnya yang dilakukan pemerinth menghadapi krisis beras adalah mengguyur stok beras komersial Bulog ke penggilingan padi.

Mereka diberikan harga beras sebesar Rp12.000 per kilogram untuk kemudian diwajibkan menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp13.900 per kilogram.

Arief mengeklaim, dengan cara itu pemerintah bisa tetap menjaga petani menikmati harga gabah yang tinggi. Adapun, upaya lainnya yang dilakukan di hilir, yakni penyaluran bantuan pangan beras hingga operasi pasar beras SPHP Bulog.

“Fase krisisnya sudah lewat yang pertama. Fase krisis kedua, setelah ini tergantung penanaman di Maret dan April,” ujar Arief usai rapat koordinasi pengamanan stok dan harga pangan jelang Ramadan, dikutip Selasa.

Menurut Arief, saat penanaman pada Maret-April mencapai lebih dari 1 juta hektare, diperkirakan Indonesia tidak akan kekurangan beras pada musim gadu pada Juli 2024. “Maka bulan 7 kita tetap masih punya beras di atas 2,5 juta ton,” ungkapnya.

Hal sebaliknya bisa terjadi, saat penanaman pada Maret-April tidak berjalan mulus karena iklim.

Kendati begitu, Arief mengatakan, pemerintah telah bersiap dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) untuk melakukan intervensi saat krisis terjadi. “Pemerintah sudah bersiap dengan CBP-nya karena Juli-akhir tahun dan awal tahun adalah masa pemerintah melakukan intervensi,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, adanya fenomena El Nino dan perubahan iklim membuat panen raya sejak 2 tahun terakhir hanya berlangsung satu kali.

Padahal tahun-tahun sebelumnya panen raya bisa terjadi dua kali dalam setahun. “Saya takutnya tahun ini satu kali [panen raya], pengaruhnya pasti terhadap harga,” katanya.

Selain adanya persoalan konversi lahan yang masif, Sutarto juga menyebut bahwa produktivitas padi yang rendah menjadi masalah lainnya.

Adapun, panen raya tahun ini diperkirakan hanya sekitar 3,5 juta ton. Kondisi yang jauh berbeda dari panen raya tahun sebelumnya mencapai 5 juta ton. Produksi yang diperkirakan tidak sebesar periode panen raya sebelumnya, kata Sutarto, menjadi tanda-tanda harga beras tidak turun signifikan jelang panen raya.

“Ini sebenarnya kenapa masih harga [beras] ini keliatan bergerak, tapi kok belum signifikan ya,” katanya. bisn/mb06

 

 

Tags: Arief Prasetyo AdiberasKepala Badan Pangan Nasional
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA