
BANJARMASIN – Kerugian akibat bencana baik bencana sosial maupun alam seperti banjir, tanah longsor dan angin ribut atau angin puting beliung hingga 31 Januari di Kalsel di taksir mencapai Rp 7,481 miliar.
“Kalau dibandingkan periode yang sama tahun 2023, kerugian bencana ada peningkatan, karena tahun lalu hanya Rp 2,735 miliar,” kata Kabid Penanganan Bencana pada Dinas Sosial Provinsi Kalsel H Achmadi SSos, Minggu (4/2).
Madi –sapaan akrabnya– menyebutkan, dari kerugian bencana tersebut sebagian besar akibat bencana sosial, yakni kebakaran pemukiman penduduk mencapai Rp 7,335 miliar, sedangkan bencana alam hanya Rp 146,750 juta.
Kerugian bencana kebakaran pemukiman penduduk selama Januari itu terbesar di alami Kota Banjarmasin mencapai Rp 5,275 miliar, di susul Kabupaten Banjar Rp 1,1 miliar.
Selain itu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) di taksir sekitar Rp 460 juta, Tapin sekitar Rp 350 juta, dan Barito Kuala (Batola) mencapai Rp 150 juta.
Di tanya frekuensi bencana sosial di Kalsel, Madi menyebutkan hingga 31 Januari 2024 telah terjadi 15 kali kebakaran pemukiman penduduk, terbanyak di Kabupaten Banjar enam kali, di susul Kota Banjarmasin tiga kali, Kabupaten HST sebanyak dua kali, dan masing-masing satu kali di Tapin, Batola, Balangan, dan Kotabaru.
Akibat bencana kebakaran itu, sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau 95 jiwa kehilangan tempat tinggal, 16 buah rumah penduduk mengalami rusak total, 11 buah rumah rusak berat, dan enam buah rumah rusak ringan.
Kemudian, Madi menyampaikan hingga 31 Januari telah terjadi 18 kali bencana alam di Kalsel, meliputi 13 kali bencana banjir, dua kali tanah longsor, dan tiga kali angin ribut atau lebih dikenal angin puting beliung.
Bencana alam tersebut menyebabkan 18.641 kepala keluarga (KK) atau 57.820 jiwa terdampak, dan juga mengakibatkan 96 buah rumah penduduk mengalami kerusakan berat.
Pada kesempatan itu, ia pun mengingatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, terutama bencana alam apalagi saat ini telah memasuki musim penghujan agar meningkatkan kewaspadaan guna meminimalir resiko bencana. ani