Ummu Arsy ,(Tinggal di Amuntai)
Kasus bunuh diri tidak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Baru saja terjadi kasus bunuh diri pada anak yang terjadi di Pekalongan. Dikutip dari detik.com, aksi bunuh diri anak SD ini terjadi di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), Rabu petang (22/11/2023), sekitar pukul 16.00 WIB. Aksi nekat bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP. “Awalnya anak ini terus bermain HP. Oleh ibunya ditegur agar berhenti main HP untuk makan siang. Kemudian HP dimintanya,” kata Kasatreskrim Polres Pekalongan AKP Isnovim, dikutip dari detikJateng, Jumat (24/11/2023).
Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan, Ipung Sunaryo, menyayangkan adanya peristiwa tersebut. Pihaknya mengaku prihatin dengan peristiwa itu. Ia berharap, ini peristiwa pertama dan terakhir yang terjadi.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, sepanjang 2023 terdapat 17 kasus anak mengakhiri hidup atau bunuh diri. Jumlah tersebut diperkirakan masih belum menunjukkan jumlah yang sebenarnya karena kesadaran untuk melaporkan kasus bunuh diri anak belum terbentuk dengan baik.
“Sampai saat ini ada sembilan pengaduan dari media massa, namun setelah kami track, ada 17 kasus. Selebihnya bunuh diri anak-anak rata-rata belum ada kesadaran dilaporkan. (Selain itu) kasus bunuh diri seringnya tidak diselidiki Republika, Senin (6/11/2023).
Dia menyampaikan, kasus-kasus itu terjadi pada usia rawan, yakni kelas lima sekolah dasar (SD), kelas satu dan dua sekolah menengah pertama (SMP), serta kelas satu dan dua sekolah menengah atas atau kejuruan (SMA/SMK). Ada sejumlah tindakan yang dilakukan oleh korban bunuh diri ketika memutuskan mengakhiri hidupnya, Republika.Co.Id, Jakarta, 6 November 2023
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan sebanyak delapan kasus anak bunuh diri. Tepatnya, dalam bulan November 2023 ini. Salah satu penyebab utama kasus anak bunuh diri ini karena faktor kesehatan mental. “Itu sangat memprihatinkan,” kata Komisioner KPAI Diyah Puspitarini dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Kamis (30/11/2023).
Selain itu, menurut Diyah, faktor perundungan (bullying) dari teman dan pengasuhan. Menurutnya, faktor pengasuhan ini karena tidak mendapat ruang yang aman di rumah. “Faktor pengasuhan ini mungkin melihat orang tuanya yang tidak mendidik secara baik,” ucapnya. Faktor lain yang menyebabkan kasus anak bunuh diri adalah faktor ekonomi dan faktor asmara. “Faktor asmara itu mempengaruhi tidak hanya menimpa seorang siswi SMAN 3 Kota Bandung. Tetapi juga di beberapa daerah,” kata Diyah, menambahkan.
Kasus bunuh diri anak ini, lanjut Diyah, tidak berdiri tunggal tetapi ada faktor lain yang menyertainya. “Sehingga anak memutuskan untuk bunuh diri,” Ia mengungkapkan anak-anak yang berniat untuk mengakhiri hidup kebanyakan mendapatkan informasi dari sejumlah situs-situs di dunia maya. “Itu mereka mendapatkan inside dari media sosial juga, menyarankan agar keluarga memberikan perlindungan yang baik kepada anak-anak.
Banyaknya kasus bunuh diri pada anak hanya lah sebuah akibat dari berbagai penyebab masalah yang ada. Akar masalah dari kasus bunuh diri adalah penerapan system sekuler dimana meniadakan peran agama dalam menyelasaikan masalah manusia. Sistem pendidikan anak yang jauh dari pengkuatan akidah, ditambah orang tua/keluarga tidak menajalankan fungsi sebagai pendidik pertama dalam keluarga, lingkungan masyarakat yang membiarkan masyarakat bebas melakukan sesuai keinginan.
Hal ini berbeda dengan Islam, Islam menjadikan pendidikan pertama dan utama bertumpu pada keluarga, berupa penguatan akidah. Pendidkan di sekolah bertujuan mencetak generasi berkepribadian Islam yang siap menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah. Negara menyediakan fasilitas pendidikan yang layak dan pendidik yang mempunyai keahlian dibidangnya.
Sistem pendidikan Islam mulai dari pendidkan dasar sampai pendidikan tinggi. Sekolah dasar tujuannya menanamkan akidah Islam pada anak didik, sehingga anak akan memilki akidah yang kuat dan siap menjalankan semua aturan yang ada dalam akidah Islam. Dengan memiliki akidah Islam yang kuat, generasi akan memiliki iman, mental yang kuat ketika memiliki masalah dalam kehidupan, disamping peran keluarga yang selalu mengingatkan dalam ketakwaan. Wallahu’alam.