Anda suka gorengan? Pakar gizi klinis dr Yohan Samudra, Sp.GK tidak melarang orang-orang menyantap hidangan yang digoreng asalkan tahu memilih minyak yang lebih sehat.
“Selama saya jadi dokter gizi pun tidak pernah melarang orang makan gorengan. Yang penting kita tahu caranya, pilihan minyaknya seperti apa, dan juga kuantitasnya,” ujar dia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
Yohan mengatakan ciri minyak yang lebih sehat untuk menggoreng, yakni memiliki titik didih tinggi atau saat dipanaskan minyak ini lebih tahan panas dan tidak mudah mengeluarkan asap. Selain itu, carilah minyak yang lebih stabil atau tidak mudah rusak karena meningkatkan radikal bebas atau oksidan.
“Bagus kalau pilih minyak yang ada antioksidannya sekalian untuk menetralisir pemanasan minyak yang kita lakukan. Antioksidan juga untuk kesehatan jantung,” ujar Yohan.
Yohan menuturkan minyak bekatul atau rice bran oil bisa menjadi pilihan untuk menggoreng. Bekatul merupakan kulit ari beras merah yang dikatakan tinggi serat, vitamin, mineral, serta mengandung antioksidan atau antiradikal bebas.
“Antioksidan di rice bran oil itu gama oryzanol,” tutur Yohan.
Menurut Yohan, penelitian menunjukkan antioksidan dari alfa tocopherol atau vitamin E pada minyak sawit alias palm oil menurun signifikan dibandingkan rice bran oil. Gama oryzanol yang melindungi vitamin E supaya tidak cepat turun kadarnya.
Di samping itu, titik didih minyak bekatul diketahui melebihi minyak lain. Artinya, saat digunakan untuk menggoreng, tidak ada asap.
Yohan menyebut penggunaan minyak bekatul dapat membuat hidangan renyah. Berbicara lebih lanjut tentang makanan yang digoreng, Yohan mengaku kerap memasukkannya sebagai lauk saat makan utama, khususnya ketika bosan dengan hidangan yang dikukus atau cara memasak lainnya.
Yohan juga memasukkan gorengan sebagai camilan. Namun, dia memastikan ada zat gizi lain di dalamnya, misalnya protein dengan menambahkan udang.
“Misal tempura, pakai tepung, tepung itu sumber karbohidrat, di dalamnya ada udang itu sumber protein, kemudian digoreng pakai minyak maka sumber lemaknya ada. Jadi seimbang ada karbohidrat, protein dan lemak,” kata dia.
Yohan mengingatkan lemak dan minyak dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel, mengganti sel, dan membentuk hormon sehingga jumlahnya harus seimbang seperti halnya nutrisi lain seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
“Jadi, kalau terlalu sedikit atau takut dengan lemak itu tidak sehat. Jadi harus seimbang semua. Kalau makan makanan utama lihat piringnya ada sayur, protein hewani, nabati, juga karbohidrat tentunya karbohidrat kompleks semisal beras merah karena bekatulnya,” kata Yohan.
Terkait jumlah, khusus untuk lemak (minyak), Kementerian Kesehatan merekomendasikan konsumsi lemak 20-25 persen dari total energi (702 kkal) per orang per hari. Itu setara dengan lima sendok makan per orang per hari atau 67 gram per orang per hari.ant