
Pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya dapat di lihat dari beberapa aspek salah satunya adalah sumber daya alam yang tersedia di negara tersebut. Kondisi perekonomian di Indonesia hingga saat ini masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya angka pengangguran dan tingkat kesejahteraan rakyatnya yang masih terbilang rendah. Salah satu penyebabnya adalah tingginya harga bahan pangan yang tidak bisa dijangkau masyarakat yang berpendapatan rendah.
Bahan pangan adalah segala sesuatu yang dapat diolah menjadi sebuah makanan sehingga dapat dikonsumsi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan pangan yang paling diminati masyarakat Indonesia adalah bahan pangan nabati yang berasal dari hasil pertanian. Bahan pangan nabati ini sangat diminati masyarakat Indonesia karena dinilai cocok untuk menjaga kesehatan. Bahan pangan nabati juga kaya akan serat dan rendah kolesterol sehingga aman untuk dikomsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Pemenuhan bahan pangan ini sangat penting karena sudah menjadi bagian dari hak masyarakat Indonesia sebagaimana diatur dalam UU No 7. Tahun 1996 tentang pangan yang berkaitan dengan kehidupan seseorang sehingga menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Bahan pangan memiliki proporsi yang cukup besar dalam kehidupan rumah tangga, sehingga sering terjadi perubahan harga akibat adanya sistem permintaan maupun penawaran.
Penurunan permintaan barang yang terus menurun akan mengakibatkan terjadinya inflasi karena ketidakmampuan masyarakat untuk menjangkau tingginya harga bahan pangan yang terus mengalami kenaikan. Salah satu contoh adalah tingginya harga minyak goreng yang terjadi pada beberapa tahun lalu. Meskipun harganya terbilang mahal, minyak goreng sawit masih menjadi makanan pokok terpopuler di Iindonesia.
Hal ini diperkuat oleh hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS, yang menunjukkan bahwa konsumsi minyak nabati sawit terus mengalami peningkatan, terutama di tingkat rumah tangga. Harga minyak nabati sendiri terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari yang semula Rp. 14.000/liter menjadi Rp. 28.000/liter. Sehingga banyak dari sebagian ibu rumah tangga maupun pelaku usaha yang menggunakan minyak jelantah (bekas pakai) untuk digunakan kembali dengan alasan menghemat.
Padahal, penggunaan minyak jelantah yang dilakukan secara terus menerus memberikan efek samping bagi kesehatan karena menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai jenis penyakit. Karena pengolahan makanan menggunakan minyak jelantah akan mengakibatkan terjadinya stres oksidatif dan peningkatkan kadar lemak dalam tubuh. Sehingga kondisi ini menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit Diabetes.
Banyak sekali permasalahan yang disebabkan dari tingginya harga bahan pangan. Tidak hanya dibidang ekonomi saja, namun terjadi juga dibidang kesehatan. Di situasi seperti inilah campur tangan pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan harga produksi bahan pangan sehingga bisa mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Pemerintah harus bisa mencari solusi terbaik dengan menerapkan beberapa kebijakan yang tidak merugikan pihak manapun. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan kebijakan fiskal, menurunkan tarif impor produk pertanian, dan pemerintah harus terus melindungi sektor pertanian dalam negeri untuk menciptakan ketahanan pangan dan menstabilkan harga bahan pangan agar semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi.
Apabila pemerintah tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini, maka kesenjangan sosial akan terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat indonesia. Hal ini disebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kestabilan harga bahan pangan terbukti mampu menjadikan masyarakat cenderung lebih tenang karena kebutuhan pokok dapat terpenuhi sehingga stabilitas negara dapat terjaga dengan baik.