Oleh: Rifki Febriansyah
Indonesia sedang mempersiapkan diri menjadi negara maju di tahun 2045, artinya semangat dan prestasi generasi penerus bangsa saat ini merupakan penentu produktifitas bangsa Indonesia kedepannya. Tetapi usia produktif bekerja antara 15-40 tahun justru sedang mengalami kepanikan dalam mencari pekerjaan. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut, terutama bagi generasi Milenial dengan rentang usia 27-41 tahun, kebanyakan dari usia tersebut menganggur atau memiliki pekerjaan akan tetapi belum mapan. Inilah masalah yang perlu dicarikan solusi alternatifnya, agar bangsa Indoneisa benar-benar siap menjadi negara maju di tahun 2045.
Negara kita tercinta memiliki tingkat pengangguran tinggi dibandingkan dengan negara lain, misalnya jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia sebesar 5,3 % sedangkan Malaysia 4,3%. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Grafik pengangguran di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 2020 menurut mengalami penurunan. Misalnya, pada bulan Agustus 9,77 juta orang, lalu pada bulan Agustus 2021 tingkat pengangguran di Indonesia mencapai angkat 9,1 juta orang.
Meskipun menurun, tetapi tetap saja angka pengangguran di Indonesia masih terbilang tinggi, problem yang menjadi penyebab angka pengangguran tinggi ada berbagai aspek, yang pertama kurangnya lapangan pekerjaan di akibatkan banyaknya generasi milenial yang ingin bekerja tidak memiliki pengalaman yang kompeten sehingga mengalami hambatan, dibanding dengan orang yang memiliki segudang pengalaman. Hal ini membuat generasi milenial pasrah dan cenderung bersikap acuh. Aspek yang kedua karena banyaknya lulusan yang bekerja tidak pada bidangnya, sebagai contoh si A seorang sarjana jurusan Hukum normalnya si A akan mencari pekerjaan sesuai bidangnya yaitu sebagai advokat, tetapi banyak juga sarjana Hukum yang bekerja di bagian Teller Bank, ini membuat lulusan Akuntansi yang normalnya bekerja sebagai Teller Bank memiliki pesaing. Fenomena tersebut juga berlaku pada jurusan yang lain.
Dunia pekerjaan yang terus berkembang dan berubah seiring dengan zaman, tentu perubahan tersebut diringi dengan mindset yang berubah pula dari para pekerja, mindset yang berubah bisa terjadi karena pengaruh pergaulan, sistem kepercayaan dan pendidikan. Problem lain yang kedua yaitu gaji yang masih tergolong rendah, gaji yang rendah bisa mempengaruhi hasil pekerjaan, jika kita bekerja tetapi gaji yang diberikan tinggi kita akan lebih bersemangat dan lebih giat untuk bekerja. akan tetapi, jika kita bekerja tetapi gaji yang diberikan sedikit tentunya kita menjadi malas dan sungkan untuk berangkat bekerja.
Selanjutnya adalah beban yang terlalu tinggi. beban kerja yang diberikan terlalu tinggi mengakibatkan pekerja tertekan dalam melakukan pekerjaan, Sebagai contoh pabrik sepatu A memiliki target dalam sehari memproduksi 2000 pasang sepatu, suatu ketika pabrik tersebut menaikan target produksi menjadi 4000 pasang sepatu yang dihasilkan tanpa menambah karyawan dan menaikkan gaji, hal tersebut membuat pekerja memiliki beban yang sangat tinggi.
Pekerjaan yang menjadi impian para generasi milenial yaitu memiliki penghasilan yang tinggi tetapi bekerja dengan tenaga yang sedikit. Contohnya dengan bantuan tekhnologi mereka bisa menjadi youtuber, editor, gaming dan streamer serta lainnya. Kelebihannya kita bisa bekerja dengan bebas tanpa waktu, tidak ada bos sehingga bekerja lebih nyaman tanpa ada yang mengatur. Hal ini lah yang membuat banyak generasi milenial lebih tertarik, meskipun dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tetapi banyak juga yang tidak sukses pada bidang tersebut yang membuat mereka putus asa dan akhirnya menganggur.
Dunia pekerjaan saat ini dipengaruhi oleh perkembangan Tekhnologi. Tekhnologi mempunyai manfaat positif dan negatif. Manfaat positif bagi dunia pekerjaan adalah pekerjaan lebih efektif dan efisien, proses berbagi informasi menjadi lebih cepat, mempermudah komunikasi antara wilayah satu dengan wilayah yang lain. Dari Tekhnologi kita bisa bekerja dari rumah, sebagai contoh orang yang bekerja sebagai desain grafis sangat terbantu dengan adanya hal ini. Maka dari itu, para generasi milenial Indonesia harus mempunyai soft skill selama hidupnya, soft skill sangat penting karena mengubah seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya terutama dalam menghadapi dunia kerja dan lingkungan kerja.
Hal demikian akan berpengaruh terhadap perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mulai dari cara mereka memimpin, berkomunikasi, berperilaku baik terhadap orang lain dan tentunya mereka bisa mengelola bidang pekerjaannya dengan baik dan sesuai prosedur yang diberikan. Dunia pendidikan memiliki peran penting khususnya bagi mahasiswa dalam menentukan minat dan bakat agar bermanfaat bagi masa depan supaya tidak menganggur. Tetapi yang tidak kalah penting para mahasiswa tersebutlah yang harus memgembangkan minat dan bakatnya sendiri, Universitas hanya memfasilitasi, ia sebagai media untuk mengembangkan bakat tersebut.
Universitas memberikan fasilitas berupa laboratorium, ruang penelitian dan sebagainya untuk mengembangkan bakat mahasiswa dengan melakukan pelatihan. hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan zaman terbaru, hal tersebut tentunya sangat berguna bagi mahasiswa, serta dapat berkaitan ketika bekerja kedepannya, terlebih lagi zaman sekarang perkembangan Teknologi sudah sangat pesat, jika kita tidak dapat mengoperasikan komputer atau tidak memiliki skill sedikitpun tentunya kita akan tertinggal. Itulah mengapa peran pendidikan sangat penting dalam menentukan minat dan bakat. hal tersebut akan berdampak terhadap penurunan angka pengangguran di Indonesia.
Pada kesempatan yang lain, Balai Latihan Kerja (BLK) yang di inisiasi oleh Kementrian Ketenagakerjaan, akhir-akhir ini sangat intensif melaksanakan pelatihan-pelatihan yang di tujukan kepada generasi milenial dengan maksud untuk memberikan mereka soft skill sebagai bentuk dukungan terhadap mereka dalam menghadapi dunia kerja. Pada intinya soft skill adalah hal yang sangat di butuhkan dalam dunia pekerjaan.