
JAKARTA – Perum Bulog mendapat tugas dari pemerintah untuk menggelontorkan cadangan beras miliknya ke pasar. Penugasan tersebut bertujuan untuk menekan harga yang telah melampaui harga eceran tertinggi (HET) di kisaran Rp10.900-Rp13.900 per kilogram (kg).Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengungkap sebanyak 200 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) telah dialihkan untuk nantinya dijual secara komersial.
“Kami kemarin terus terang sudah mendapatkan penugasan dari Badan Pangan untuk mendistribusikan beras komersial yang berasal dari beras CBP. Jadi dialihkan sekitar 200 ribu ton, lalu kita jual secara komersil,” ucap Febby dalam acara Kebijakan Publik Perberasan Menjelang Tahun Pemilu 2024 di Gedung Ombudsman RI, Jakarta Selatan.
“Siapa yang boleh dapat? Yang bisa itu adalah penggilingan-penggilingan padi dan mungkin distributor atau pengusaha yang punya brand-brand beras juga,” sambungnya.
Meski demikian, penggilingan padi atau distributor harus menyanggupi syarat yang diberikan Bulog, yakni bersedia menjual di bawah HET beras premium Rp13.900 per kg.
Febby juga menyampaikan beras tersebut dapat langsung dijual sebanyak 50 kg dan boleh dilakukan mixing maupun rebagging yang menyesuaikan merek atau preferensi pasar.
“Kenapa saya bilang boleh di-mixing? Soalnya memang beras-beras beberapa beras seperti Thailand dan Vietnam itu kan untuk taste kita ini agak sepoh gitu ya, agak pera gitu. Bukannya jelek, agak sepoh itu taste-nya, itu memang harus dicampur mungkin dengan beras-beras di dalam negeri sehingga beras itu nanti bisa sesuai preferensinya,” jelas dia.
Pada bagian lain Febby Novita menceritakan sulitnya Indonesia mendapatkan kontrak impor beras. Menurut dia, hal ini lantaran Indonesia kalah saing dalam penawaran harga dengan Filipina hingga Eropa.
Febby menyebut saat ini mayoritas negara Eropa mulai beralih kepada komoditas beras karena produksi gandum di negaranya sudah terbatas.
“Jadi Eropa belinya lebih tinggi daripada kita. Janganlah jauh-jauh, kita bicara aja Filipina. Harga berasnya lebih tinggi, dia bisa membeli lebih tinggidaripada kita. Ini menariknya untuk beberapa kondisi impor saat ini, tidak segampang yang kemarin-kemarin,” kata Febby.
Mulanya Febby mengungkap sebenarnya Bulog mendapat banyak tawaran impor beras dari beberapa negara. Namun sayang, banyak dari mereka yang secara tiba-tiba membatalkan kontrak.
“Enggak gampang juga ternyata dapat beras, karena ini banyak yang menawarkan, tapi banyak juga di perjalanan yang membatalkan. Maksudnya udah dapat kontrak, mereka batal,” kata dia.
Kendati demikian, ia mengatakan Bulog tak sembarangan memilih beras untuk diimpor. Ada kualifikasi yang harus dipenuhi demi keamanan masyarakat Indonesia. cnn/mb06