Oleh: Jalidah, S.Pd (Guru di Batola)
Seorang ibu membunuh anak kandungnya di Subang, Jawa Barat. Korban ditemukan tewas di saluran irigasi di Kabupaten Indramayu dengan kondisi luka di kepala dan kedua tangan terikat ke belakang. Usai penyelidikan polisi, ternyata korban dianiaya terlebih dahulu sebelum ditemukan tewas. Adapun para pelaku yang terlibat adalah ibu, kakek, dan paman korban. Padahal keluarga seharusnya menjadi benteng terakhir perlindungan bagi anak. Apabila seorang anak merasa terancam, keluargalah tempat yang tepat untuk bernaung.
Hancurnya Fungsi Keluarga
Keluarga sebagai miniatur kecil dalam masyarakat memiliki delapan fungsi, yakni reproduksi, ekonomi, edukasi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, dan religiositas. Delapan fungsi tersebut dapat berjalan lancar apabila terjadi sinergi antara seluruh anggota keluarga, baik orang tua maupun anak.
Sayangnya, dalam kasus di atas, semua fungsi tersebut jelas tidak berjalan sempurna, kecuali fungsi reproduksi meski setelahnya keluarga tersebut berpisah. Perpisahan ini akhirnya membawa masalah pada aspek lainnya. Fungsi ekonomi tidak berjalan mulus, terlihat dari sang anak putus sekolah pada usia 13 tahun.
Keluarga juga tidak mampu menjadi tempat edukasi terbaik karena sang anak suka mencuri, bahkan berani memukul orang yang lebih tua. Fungsi proteksi juga tidak bisa diberikan karena sang ibu justru melukai bahkan membunuh anaknya. Selain itu, tidak berjalannya fungsi religiositas membuat seluruh keluarga jauh dari agama. Ini dapat kita lihat dari keseharian anak atau sikap orang tua yang tidak mampu mengontrol emosi dalam menghadapi anaknya.
Ini bukan kasus pertama, sebelumnya juga banyak kasus orang tua membunuh anaknya.
Sekularisme Biangnya
Sekularisme adalah paham yang mengandalkan akal manusia dan meniadakan peran agama dalam kehidupan. Paham ini menggempur setiap sendi kehidupan, bahkan ke dalam keluarga.
Fungsi religiositas rusak karena sekularisme. Keluarga yang jauh dari agama membuat mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak benar karena memang tidak paham mana yang benar dan salah. Mereka juga memenuhi kebutuhan dengan cara apa saja, walau dengan mencuri, misalnya. Jika ada masalah, mereka akan menyelesaikan dengan gegabah, emosi tidak terkontrol, bahkan menuruti hawa nafsu semata. Kalau fungsi ini sudah rusak, fungsi yang lain bisa ikut rusak.
Penerapan kapitalisme dalam kehidupan bernegara juga membuat si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin. Penderitaan orang miskin ini membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan. Akhirnya, fungsi ekonomi dalam keluarga menjadi tidak berjalan.
Islam Menjaga Fungsi Keluarga
Kapitalisme sangat berbeda dengan Islam. Kapitalisme merusak fungsi keluarga, sedangkan Islam menjaganya. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjadikan Islam sebagai landasan hidup yang akan menuntun kaum muslim menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Taala.
Walhasil, manusia akan berupaya taat dalam segala aturan, termasuk dalam berkeluarga. Orang tua dan anak akan memahami segala tanggung jawabnya dan saling membantu dan memahami satu sama lainnya. Dengan begitu, delapan fungsi keluarga akan berlangsung dengan lancar dan ideal.