
JAKARTA – Upaya pencapaian ketahanan pangan di Indonesia tengah dihadapkan oleh berbagai tantangan. Tantangan itu mulai dari meningkatnya frekuensi kejadian El Nino dengan durasi yang semakin panjang, tingkat anomali iklim semakin besar, dan siklus kejadian yang semakin pendek.
Menurut BMKG, fenomena El Nino akan tetap berlangsung hingga bulan Maret-April 2024. Anomali iklim tersebut menyebabkan penurunan curah hujan dan kemarau berkepanjangan, sehingga berimplikasi pada ketersediaan air untuk produksi pertanian yang terbatas. Keterbatasan ketersediaan air untuk pengairan ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas pangan hingga terjadinya gagal panen pada sejumlah lahan pertanian dan dapat mengganggu ketersediaan pangan.
Terkait hal ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan bahan pangan di dalam negeri, dalam jangka pendek dengan melakukan impor beras, dan dalam jangka panjang adalah seluruh upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan produksi beras menjadi penting dilakukan dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.
Pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan permintaan beras
Pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan permintaan beras dan menjadikan sumber pangan ini perlu dijamin ketersediaannya. Perencanaan kebijakan dalam mendorong peningkatan produksi beras tidak hanya dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga di daerah, baik provinsi maupun kabupaten.
Kabupaten Bogor merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, tercatat jumlah penduduk di Kabupaten Bogor sebanyak 5.427.068 jiwa. Posisinya yang strategis, dekat dengan ibu kota dan pesatnya pertumbuhan sektor industri menyebabkan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor kian meningkat.
Tingginya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan bahan pangan di Kabupaten Bogor juga lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Saat ini, produksi pangan di Kabupaten Bogor terkendala oleh semakin berkurangnya lahan pertanian yang banyak terkonversi untuk kebutuhan industri, permukiman, dan perdagangan.
Tingkat pemenuhan beras di Kabupaten Bogor masih dalam kondisi defisit yang mana, hanya sekitar 50-60 persen yang terpenuhi dari produksi secara mandiri di wilayah Kabupaten Bogor sehingga masih perlu membeli dari daerah lainnya. Selama tahun 2001-2021, tingkat produksi beras di Kabupaten Bogor cukup berfluktuasi, tetapi menunjukkan tren yang meningkat.
Pertumbuhan produksi beras mencapai 1,46 persen setiap tahun dengan rata-rata produksi sebesar 313.601 ton per tahunnya. Sentra produksi di Kabupaten Bogor berada pada Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Jonggol, dan Kecamatan Pamijahan.
Sementara itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan penduduk yang memiliki tren meningkat secara langsung berdampak pada kebutuhan pangan penduduk, termasuk pada permintaan beras yang meningkat. Tren kebutuhan beras terus meningkat secara signifikan selama tahun 2001 hingga 2019, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.35 persen.
Tren konsumsi beras sempat menurun sebesar 15 persen atau sebesar 83.188 ton pada tahun 2020. Selama lima tahun terakhir, rata-rata konsumsi per kapita beras di Kabupaten Bogr adalah sebesar 94.625 kg per tahunnya. rep/mb06