
Oleh : Legendaria Raula Saputri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Guru merupakan garda terdepan dalam melaksanakan kurikulum. Guru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi saat ini dan di masa depan nanti. Kurikulum apapun yang dipakai dalam proses transfer pengetahuan ke peserta didik, guru harus siap melaksanakannya. Saat ini Indonesia telah melakukan pergantian kurikulum berulang kali, meskipun perubahan kurikulum tersebut hanya dinilai sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum merdeka belajar sudah mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2022/2023. Proses pembelajaran di kurikulum merdeka tidak berfokus pada capaian pembelajaran saja melainkan juga pada pembianaan karakter siswa. Proses pembelajarannya yaitu siswa diminta untuk mengamati suatu masalah nyata yang kemudian memberikan masalah secara nyata pula dari masalah tersebut. Setelah penerapannya sejak ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pendidik maupun siswa. Perlu diketahui, jika tidak semua sekolah bisa menerapkan kurikulum merdeka. Sekolah yang memenuhi kriterialah yang akan menggunakan kurikulum ini, kriteria tersebut seperti kesiapan guru dan berbagai pihak dari sekolah, serta tersedianya fasilitas penunjang pembelajaran. Penerapan kurikulum merdeka ini tidak hanya tugas guru ataupun kepala sekolah saja, tetapi juga perlunya dukungan dari orang tua siswa dan kondisi sekitar.
Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diberikan kesempatan untuk memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari, menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mengembangkan keterampilan dan karakter siswa diadakanlah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dimana kegiatannya akan dilakukan di luar kelas. Penerapan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengatasi beberapa masalah dalam sistem pendidikan yang telah ada sebelumnya. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa, diharapkan motivasi belajar mereka akan meningkat, sekaligus mengurangi tingkat kejenuhan dan kebosanan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya setiap perubahan, Kurikulum Merdeka juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utamanya adalah implementasi yang konsisten dan efektif di semua sekolah di Indonesia. Dalam menerapkan kurikulum merdeka, banyak sekali pihak yang terlibat, akan tetapi guru tetap menjadi faktor utama dalam menunjang berhasilnya siswa. Sayangnya, tidak semua guru mampu memahami konsep kurikulum merdeka ini, sehingga dalam penerapannya tidak berjalan dengan sempurna. Penyebab yang tidak bukan karena pemerintah langsung menerapkan kurikulum merdeka tanpa adanya pelatihan terlebih dahulu. Hal tersebutlah yang membuat guru tidak mengetahui makna ataupun strategi yang sebenarnya dari kurikulum merdeka. Ketika mencoba mengubah proses pembelajaran, guru mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar kembali, menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang di harapkan. Beberapa sekolah membuat program yang cukup ketat dengan melibatkan guru dalam partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan.
Diketahui bahwa beberapa guru masih mengandalkan buku paket, baik buku siswa maupun buku guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Sedangkan sumber belajar lainnya dianggap tidak penting. Hal ini yang membuat guru kurang melakukan aktivitas untuk meningkatkan literasi. Padahal kegiatan membaca sebenarnya bukan hanya semata-mata ditujukan kepada peserta didik. Guru pun harus aktif melakukan literasi. Apapun mata pelajaran yang diampu, kegiatan literasi bagi guru bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebagai pendidik, melakukan kegiatan literasi adalah sebuah keharusan. Guru dituntut untuk selalu update dengan perkembangan zaman. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru harus rajin membaca, khususnya terkait dengan materi yang diajarkan kepada peserta didik.
Namun begitu, Nadiem meyakinkan, anak-anak tidak perlu lagi khawatir dengan tes kelulusan. Karena asesmen nasional yang digunakan tidak bertujuan menghukum guru atau siswa, tetapi sebagai bahan refleksi agar guru terus terdorong untuk belajar. Supaya kepala sekolah termotivasi untuk meningkatkan kualitas sekolahnya. Dari data PISA (Programme for International Student Assessment) yang dikutip, sampai 20 tahun terakhir menunjukkan kecakapan dasar seperti kemampuan memahami bacaan, kemampuan menyelesaikan problem menggunakan matematika sederhana dan kemampuan menalar secara ilmiah, hasilnya masih stagnan. Ternyata hanya sekitar 30 persen siswa kita yang memenuhi standar minimun kemampuan membaca, problem solving matematika dan literasi sains.
Untuk mengatasi semua masalah di atas agar dapat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan baik, guru dituntut meningkatkan literasi bacaannya, memperbanyak referensi, dan meningkatkan kualitas kompetensi guru, serta mampu mengelola waktunya dengan baik. Guru juga harus memiliki kemudahan mengakses digital dan internet. Untuk mencapai efektivitas yang maksimal, evaluasi yang berkelanjutan perlu dilakukan secara rutin. Dalam evaluasi ini, perubahan yang diperlukan dapat diidentifikasi dan dilakukan untuk terus memperbaiki dan mengoptimalkan Kurikulum Merdeka. Jika diimplementasikan dengan baik, Kurikulum Merdeka dapat menjadi fondasi yang kuat untuk mencetak generasi muda Indonesia yang kreatif, mandiri, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Kesimpulannya, Kurikulum Merdeka memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan efektivitas pendidikan di Indonesia. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa, diharapkan akan muncul generasi yang lebih kreatif, mandiri, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Namun, tantangan implementasi dan evaluasi yang konsisten perlu diatasi agar Kurikulum Merdeka dapat memberikan dampak yang positif dan berkelanjutan. Kurikulum Merdeka membawa dampak yang beragam bagi siswa dan guru.