BANJARMASIN – Kemarau berkepanjangan dan cuaca panas ekstrem yang melanda Banjarmasin, membawa sejumlah dampak buruk bagi masyarakat, mulai dari ancaman Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan kabut asap membayangi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, saat ini Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan Indikator Particulate Matter (PM) 2,5. Kondisi udara di Kota Banjarmasin ini, menjadikannya salah satu yang paling tercemar dan tidak sehat di Indonesia.
Sekretaris DLH Banjarmasin, Wahyu Hadi Cahyono menuturkan partikel PM 2,5 yang kecil ini bisa masuk sangat jauh ke paru-paru hingga aliran darah yang berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan bahkan komplikasi kesehatan yang lebih serius.
“Jika mengacu data dan pemicunya, salah satunya adalah dampak langsung dari kebakaran hutan dan lahan, terutama kiriman tetangga terdekat,” ucap Wahyu, seperti dikutip jejakrekam.com.
“Kami mengimbau warga untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan. Kalau pun ingin berpergian keluar rumah gunakan selalu masker sebagai pelindung diri dari polusi udara tidak sehat,” ujarnya.
Benar saja, kualitas udara yang mengkhawatirkan ini ternyata membuat penderita ISPA yang ada Kota Banjarmasin mengalami kenaikan yang pesat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, sudah mencatat ada sekitar 5.896 orang yang terjangkit ISPA hingga akhir Agustus 2023 tadi.
Jumlah ini meningkat hampir konsisten 1000 kasus tiap bulannya, mulai dari Juni 2023 yang lalu. “Jika melihat kasus di bulan Juni ada 3769 kasus, Juli 4351 kasus, dan hingga akhir Agustus lalu sudah mencapai 5.896,” ujar M Ramadhan, Plt Kepala Dinkes Kota Banjarmasin.
Untuk di bulan September ini dirinya belum menyebutkan seberapa angka pasti, jumlah penambahan kasus ISPA yang terjadi. Namun, bisa dipastikan angkanya terus meningkat mengingat semakin parahnya kondisi kabut asap yang terjadi di Banjarmasin saat ini.
Kondisi kabut asap ini sendiri, dikatakan oleh Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin, Husni Thamrin adalah dari kiriman kabupaten dan kota sebelah.
Dia juga mengungkapkan, memang juga terdapat beberapa lahan yang terbakar akibat dampak dari kemarau dan cuaca panas ekstrim ini. “Namun tidak banyak dan skalanya pun kecil-kecil,” ucapnya.
Mulai tanggal 26 Juni hingga sekarang di Banjarmasin sudah ada sekitar 26 kali kebakaran lahan yang terjadi. “Sebagian besar penyebabnya adalah dari kelalaian manusia, paling sering saat membakar sampah dan ditinggalkan sehingga apinya merambat dan makin besar,” ujarnya.
Hingga saat ini, pihaknya telah mencatat sekitar 2,30 hektare lahan yang sudah terbakar di area Kota Banjarmasin. “Yang paling besar kemarin baru saja terjadi di kawasan Sungai Andai, dengan luasan yang terbakar 1,5 hektare,” ungkapnya.
Atas hal ini pun, Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina mengimbau, warga menggunakan masker kalau memang merasa sudah napas sesak. “Sebab, dengan cuaca seperti ini dan kabut asap mulai terasa. Ditambah lagi tingkat kebakaran lahan yang cukup besar di kawasan sekeliling Banjarmasin. Itu akan mengakibatkan polusi udara sangat tinggi dan tidak sehat,” ujarnya.
Ibnu mengungkapkan, saat ini untuk kasus ISPA, Banjarmasin menduduki peringkat dua setelah Banjarbaru. “Artinya kita ini memang terdampak, sehingga kemudian mengimbau terutama anak sekolah. Kalau masih bisa ke sekolah tapi tetap menggunakan masker,” jelasnya.jjr