
JAKARTA – Massa PA 212, Front Persaudaraan Islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, dan Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) masih bertahan menggelar aksi menolak proyek strategis nasional (PSN) di Pulau Rempang, di Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, Rabu (20/9).
Pantauan CNNIndonesia.com pukul 17.50 WIB, massa memutuskan untuk Salat Maghrib di lokasi. Salah satu muazin naik ke mobil komando untuk mengumandangkan adzan.
Sebelumnya, beberapa orang juga membakar sampah dan daun-daun kering di dekat beton pembatas jalan yang mengarah ke jalan Medan Merdeka Barat.
Selain itu, ada pula beberapa orang yang menyalakan flare berwarna merah di dekat kolam bundaran.
Hingga tadi malam, arus lalu lintas dari arah Jalan Budi Kemuliaan ke arah Jalan Medan Merdeka Selatan maupun MH Thamrin padat merayap. Begitu pula dengan Jalan Abdul Muis ke arah Jalan Kebon Sirih.
Massa aksi menegaskan, pembangunan Rempang Eco City merupakan bentuk nyata pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Koordinator Lapangan GNPR, Verry Koestanto menilai proyek itu menggusur paksa dan mengusir penduduk asli Kampung Tua di Kelurahan Rempang Cate dan Sembulang.
“Proyek tersebut bentuk nyata pelanggaran HAM dan merupakan hasil dari UU Omnibus Law Ciptaker rezim berkuasa,” ujar Verry.
Selain itu, dia juga menilai bentrokan di Rempang merupakan tragedi dan pelanggaran terhadap tujuan bernegara, yang seharusnya melindungi segenap bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, dia bersama massa aksi menuntut pemerintah mencabut dan menghentikan proyek Rempang Eco City. Menurutnya, pemerintah harus menghormati hak penduduk asli Kampung Tua Pulau Rempang.
“Hentikan dan cabut Rempang Eco City serta dicabut dari proyek strategis nasional sebelum ada pembicaraan, penyelesaian, dan kesepakatan dengan warga tedampak proyek tersebut,” tuturnya.
Dia juga meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Yudo Margono untuk bersikap humanis dalam menangani perkara di Rempang.
“Menarik mundur pasukan serta mencopot Kapolda Kepulauan Riau, Kapolsek Barelang dan Komandan TNI AL Batam yang terlibat dalam kekerasan fisik terhadap masyarakat sipil,” kata dia.
Massa terlihat membawa satu mobil komando bersama ratusan demonstran untuk bersiap-siap menggelar menggelar ‘Aksi 209 Bela Rempang’.
Mereka melantunkan selawat sambil meminta demonstran mengelilingi mobil komando. Selain itu, mereka juga mengibarkan bendera merah putih dan bendera ormas masing-masing.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin menjelaskan, pihaknya menyiapkan rekayasa lalu lintas dan 2.600 personel yang diterjunkan untuk mengamankan aksi demo.
Ribuan personel ini, kata dia, tidak hanya untuk mengamankan Aksi 209 Bela Rempang, tapi juga demo lain yang ada di wilayah Jakarta Pusat. web