RANTAU – Staf Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tapin Junaidi menaksir kerugian yang didapat petani Cabai Rawit Hiyung akibat kebakaran hutan dan lahan mengalami kerugian mencapai Rp540 juta. “Total kerugian tembus di angka Rp 540 juta,” ujarnya, Sabtu (16/9).
Ia mengatakan, penghitungan kerugian itu berdasarkan tanaman Cabai Rawit Hiyung siap panen sebanyak 12 ribu batang, yang terbakar hingga mencapai lebih dari tiga hektare pada Jumat (15/9). “Produksi per hektare rata-rata empat hingga enam ton,” katanya.
Jadi, lanjut Junaidi, dengan asumsi harga Rp 45 ribu, bisa ditaksir kerugian yang diderita petani lebih dari setengah miliar rupiah. “Petani yang terdampak ini, yakni Juhani, Ardiansyah, Irun, dan Fahri,” ucapnya.
Ia memastikan tak ada rekayasa terkait dampak karhutla yang kemungkinan mencapai lebih dari 12 ribu batang Cabai Rawit Hiyung tersebut terbakar. “12 ribu batang itu yang pasti terbakar, kemungkinan bisa lebih, di bawah 15 ribu batang,” ujarnya.
Junaidi menyebutkan, petani membutuhkan bantuan mengingat bertani Cabai Rawit Hiyung menjadi mata pencaharian dan tulang punggung ekonomi masyarakat.
“Buat modal untuk tanam lagi, biar petani semangat tetap menanam Cabai Rawit Hiyung,” ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Tapin Sufiansyah mengatakan, saat ini sedang diupayakan agar para petani mendapatkan bantuan.
“Insha Allah bila memang tanaman cabai nya sudah siap panen dan terbakar, pemerintah daerah bisa memberikan bantuan,” katanya.
Namun, Dinas Pertanian Tapin bakal memastikan total kerugian yang diderita petani terlebih dahulu. “Tapi di data dan di cek dulu informasinya. Nanti kita minta pihak dinas pertanian untuk mendata kejelasannya,” ujarnya
Sebelumnya, terjadi kebakaran di lahan Cabai Rawit Hiyung pada Jumat (15/9) sekitar pukul 14.00 Wita.
Warga Desa Hiyung RT 04 Ardiansyah (60) beserta keluarga saat berupaya memadamkan api menggunakan semprotan rumput mengaku pasrah dengan kerugian yang diderita. “Ada 4.000 batang pohon yang terbakar,” ujarnya sambil memadamkan api.
Ia mengatakan, akibat api yang membakar 4.000 pohon Cabai Rawit Hiyung siap panen ini, kerugian yang diderita tak kurang dari Rp 100 juta. “Kita harapkan setelah bencana ini ada bantuan dari pemerintah,” ucapnya.
Berdasarakan pantauan, api terlihat membumbung tinggi di beberapa titik. BPBD beserta masyarakat terlihat kewalahan berupaya memadamkan api.
Mereka tak bisa menjangkau semua titik api yang menyebar luas di wilayah Desa Hiyung. Selain air yang minim, keadaan diperparah hembusan angin yang terbilang kencang.
Sekedar diketahui, Cabai Rawit Hiyung adalah varietas tanaman lokal khas Desa Hiyung, Kabupaten Tapin, yang tumbuh di lahan rawa lebak.
Cabai ini sudah di akui memiliki keistimewaan, karena merupakan cabai terpedas di Indonesia. Kepedasannya 17 kali lipat dibandingkan cabai biasa. ant