Haryati (Aktivis Muslimah)
Korban suspek antraks yang menimpa 87 orang warga dusun Jati, Gunung Kidul, Yogyakarta bulan Juli kemarin menyisakan pilu yang mendalam. Bahkan ada satu orang warga yang meninggal. Berawal dari tradisi warga menyembelih hewan yang sudah mati yang disebut brandu inilah diduga penyebab terpaparnya virus antraks ini.
Tradisi brandu ini memang sudah mengakar sejak nenek moyang mereka. Tujuannya menurut mereka baik, yaitu meringankan kerugian yang menimpa pemilik ternak karena ternaknya mati entah sakit atau sebab lain. Misalnya sapi yang sudah mati disembelih lalu dijual ke warga dengan harga murah dibandingkan harga pasar.
Inilah potret kemiskinan yang parah di tengah masyarakat. Bagi pembeli bisa mengkonsumsi daging dengan harga murah, sedangkan bagi pemilik ternak tidak mengalami kerugian yang besar dengan menjual sapi yang sudah mati. Ibarat kata, kedua belah pihak saling diuntungkan serta saling membantu. Selain itu tingkat literasi masyarakat yang sangat rendah mengakibatkan mereka merasa biasa saja mengkonsumsi hewan sakit bahkan yang sudah mati.
Bukti Kelalaian Penguasa
Kasus yang menimpa warga Gunung Kidul ini memjadi bukti kelalaian penguasa dalam mengurusi urusan rakyatnya. Di mana tradisi brandu yang membahayakan jiwa tetap berlangsung sampai sekarang. Seharusnya penguasa memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya mengkonsumsi hewan yang mati terutama yang sakit terserang antraks.
Bahaya yang diakibatkan mengkonsumsi hewan mati sebenarnya sudah banyak dibahas dalam berbagai media. Tetapi penguasa daerah tersebut tidak memastikan pemahaman warga akan bahaya bagi jiwa mereka. Di samping itu, tradisi ini jelas melanggar aturan agama karena memakan bangkai diharamkan dalam ajaran Islam.
Akibat Kapitalisme
Kemiskinan merupakan masalah pelik di Gunung Kidul. Jumlah penduduk miskin tahun 2022 mencapai 15,86%. Sehingga kemiskinan ini berdampak kepada banyak hal, termasuk tradisi brandu ini yang membahayakan kesehatan masyarakat.
Inilah efek kemiskinan yang melanda negeri ini, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tetapi kekayaan alam ini dikuasai oleh segelintir orang yang berada dalam lingkaran korporat. Kemiskinan yang bersifat struktural ini akibat diterapkan sistem kapitalisme.
Kapitalisme meniscayakan penguasaan kekayaan alam oleh para korporat. Di mana rakyat sebagai pemiliknya tidak bisa menikmati hasilnya. Sehingga rakyat berada dalam kemiskinan, sementara segelintir korporat menjarah kekayaan alam dengan serakah.
Oleh karena itu penyelesaian kasus antraks yang terjadi di Gunung Kidul, tidak sekedar persoalan kesehatan saja. Tetapi butuh solusi sistemik yaitu dengan meninggalkan sistem ekonomi kapitalisme yang melestarikan kemiskinan.
Solusi Islam
Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan telah memberikan rambu-rambu bagi seorang muslim, termasuk perkara makanan. Allah telah melarang dengan tegas untuk memakan bangkai, sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. Al Maidah ayat 3:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai.”
Pengharaman ini diberlakukan oleh penguasa dalam sistem Islam dengan menerapkan aturan secara menyeluruh. Penguasa tidak hanya memberikan himbauan kepada masyarakat tetapi juga memberikan sanksi yang tegas ketika ada pelanggaran terhadap aturan ini. Penguasa juga memberikan santunan kepada warga yang ternaknya mati supaya tidak terjadi jual beli bangkai.
Penguasa dalam Islam akan menerapkan sistem yang bisa mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Kekayaan alam yang sejatinya milik rakyat tidak boleh dikelola oleh swasta apalagi asing. Pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh negara, sehingga hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk sarana milik umum seperti jalan, jembatan, masjid dan lain-lain.
Kebutuhan pokok yang bersifat kolektif juga akan disediakan oleh negara seperti pendidikan, kesehatan serta keamanan secara gratis. Sehingga masyarakat dalam sistem Islam berada dalam kesejahteraan. Yang sangat berkebalikan dengan sistem saat ini, meniscayakan kemiskinan struktural.
Tidakkah kita rindu dengan sistem Islam yang membawa keberkahan serta kesejahteraan bagi seluruh warganya?